Celoteh

-318- Pencapaian 2018 dan Beberapa Fakta Tentang Saya

Tuesday, January 01, 2019


Bismillahirrahmanirrahim. 

Memulai menulis di tahun 2019, di hari pertamanya ini, tampaknya tak seru jika tak memulainya dengan membicarakan apa saja yang sudah terjadi sepanjang tahun 2018. :) Meskipun semalam saya tidak ke mana-mana, di rumah saja, saya bahkan tidur lebih awal, dan terbangun karena mendengar suara kembang api serta petasan tepat pada pergantian tahun. Itu juga tidak membuat saya penasaran untuk ikut melongok keluar. 

Semalam saya menghabiskannya, dengan rutinitas seperti biasa. :) Saya pun tidak berkesempatan ikut kegiatan muhasabah yang diadakan di Masjid, karena suami sedang punya tenggat pekerjaan yang harus segera diselesaikan. JADI BEGITU. TIDAK ADA YANG SPESIAL SEMALAM. Tapi pagi harinya, saya merasa jauh lebih segar. Senang sekaligus berdebar. Hari ini tahun telah berganti, namun itu juga berarti bahwa jatah usia semakin mendekati hari mati. 

Saya mensyukuri banyak hal sepanjang tahun 2018. Ada beberapa pencapaian yang saya sendiri TAKJUB dengan banyak PERUBAHAN YANG ADA PADA DIRI. Takjub bukan dalam artian ujub, namun sebuah ketidakpercayaan bahwa saya akhirnya sampai pada fase ini. 

Saya sadar, saya manusia dengan banyak sisi kelemahan. Saya punya banyak kesalahan dan kealpaan. Saya juga punya apa yang orang-orang sebut sebagai MASA KELAM. Dan pencapaian terbesar saya tentang itu ialah KEBERANIAN UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN. 


PERUBAHAN

Salah satunya adalah keikhlasan menerima setiap garis takdir yang telah Allah tetapkan. Dari sana, lahirlah kebesaran untuk memaafkan. Tidak dengan cara melupakan. Karena sesuatu yang menyakitkan semakin dilupakan semakin menetap dalam ingatan. 

Contohnya, memaafkan orang-orang yang rasanya tidak mudah untuk saya maafkan. Mengikhlaskan semua hal buruk yang orang lain perbuat kepada saya. Jika dulu sudut pandang saya terfokus pada orang lain yang berbuat hal keji kepada saya, "ah ya, dia memang bedebah! paling jahat sejagat!", sekarang saya lebih banyak mengukurnya ke dalam, "dia berbuat seperti itu pasti ada sebab, mungkin dari sayanya yang kurang baik, mungkin saya pernah menyakiti, mungkin dan mungkin yang lainnya". Dengan begini, fokus saya tidak lagi pada "mendendam" atau "sakit hati", tapi lebih kepada upaya perbaikan dan peningkatan kualitas diri. 

And than, hal yang ingin saya sampaikan pada mereka-mereka semua ini adalah, TERIMA KASIH. Terima kasih para haters! :). 

Makasih lo, sudah meninggikan suara dan menumpahkan makian kepada saya! :) *dengannya, saya jadi belajar bagaimana menata kesabaran menghadapi orang yang cepat naik pitam. 

Makasih lo, sudah nge-block saya di media sosial! :). *dengannya, saya jadi tidak perlu membaca status-status tidak penting darimu yang bisa jadi tidak ada value untuk kehidupan saya, menghindarkan diri saya dari gosip, kesiaan, hawa negatif, dan lingkungan yang tidak baik. 

Makasih lo, sudah berbuat tidak adil dan sewenang-wenang!, kalau perkara itu menguntungkan Anda, gercep sekali Anda meminta, begitu itu hak yang lainnya, eh malah tidak diberikan! makasih lo ya, makasih! :). *dengannya, saya jadi belajar bagaimana bobroknya sistem di negeri kita, masih banyak kecurangan, masih banyak yang harus dibenahi, dan cilakanya, saya berada di dalam pusarannya! :). 

Makasih lo, tanpa ba-bi-bu mengeluarkan saya dari sebuah grup tanpa permisi dan prakata! :). *dengannya saya jadi belajar lagi tentang ADAB. Cerdas saja tidak cukup! karena lagi-lagi, AKHLAK itu yang lebih UTAMA. :)

Dan banyak lagi ucapan Makasih lain yang tidak cukup disebutkan satu-persatu. :). 

Tentu saja, ucapan TERIMA KASIH terbesar adalah kepada Allah yang Maha Besar! terima kasih ya Rabbi, atas semua jalan takdir yang Engkau berikan. Rasa sakit, rasa pahit, asam, dan manis. Semua rasa telah berpadu melecut saya pada arah perubahan yang lebih baik. :). 

PERJALANAN

Pencapaian yang sangat amat saya syukuri ilainnya ialah hadiah PERJALANAN dari Allah Sang Maha Esa. (Sebenarnya, semua pencapaian yang saya tuliskan di sini semata bukan atas kemampuan saya, tetapi atas karunia dari Allah Sang Maha Kuasa)

Dengannya, saya mendapatkan banyak esensi, tentang apa-apa saja yang semestinya saya perjuangkan dalam hidup. Salah satunya tidak lain dan tidak bukan ialah jalan kebaikan, keridlaan menuju Allah.  Darinya, saya memiliki kesempatan untuk "berhenti sejenak" dari segala macam keriuhan duniawi dan mengisinya dengan banyak muhasabah diri. Alhamdulillah, alhamdulillah, sebuah perjalanan spiritual yang sangat membekas demikian mendalam untuk saya. 

Perjalanan Haji, Sebuah Mimpi. 



Dari perjalanan ini, lahirlah satu hal PERUBAHAN lagi pada diri saya. Ialah KEBERANIAN UNTUK SEMAKIN MENGOPTIMALKAN IKHTIAR.  

Saya mendapatkan suatu pembelajaran bahwa mendapatkan rezeki itu perlu upaya. Seperti orang-orang penjual tisu di trotoar, mereka tetap bergerak menjajakan, meski peluangnya sangat kecil di mata saya, tetapi mereka tidak duduk diam, mereka berupaya, mengelilingi setiap pengendara saat lampu merah menyala. 

Bahwa itulah yang dinamakan ranah manusia. Ranah manusia adalah bergerak, dan berupaya. Gantungkan harapan dan tambahkan doa-doa. Tidak duduk diam!. Tidak meratapi keadaan terus-terusan! tidak TRAUMA mencoba seperti yang pernah saya alami di tahun sebelumnya. Allah kuatkan saya untuk menghentikan rengekan dan ketidakberanian saya untuk kembali mencoba lewat pengajaran betapa tegarnya seorang perempuan bernama Hajar. :)

Perempuan Setegar Hajar, Sebuah Perjuangan!. 


Dan sepulangnya dari Baitullah, alhamdulillah, hati saya menjadi sedemikian tenang dan lapang, perkara hasil saya benar-benar telah menyerahkannya kepada Allah, tugas saya ialah berupaya dan bergerak. Saya tidak boleh duduk diam lantas kemudian mengharapkan sebuah mukjizat datang! :) Dan alhamdulillah, tiba-tiba saja saya menjadi semakin berani untuk memulai ikhtiar kembali. :)


MENULIS

Menulis bukan lagi untuk menjaga kewarasan, di mata saya. :) 

Sekarang, saya melihat menulis sebagai kebutuhan. Seperti saya butuh mengaji, seperti saya butuh Allah, seperti saya butuh makan, minum, dan juga tidur. :).

Saya akan menulis, sebagaimana saya akan mengaji, sebagaimana saya akan makan atau minum. Saya membutuhkannya untuk hidup, dan hidup saya ini sudah digariskan sejak dari penciptaannya, ialah untuk beribadah kepada Allah. Maka menulis saya akan menjadi bagian dari ibadah saya. Saya tidak bisa lagi menganggapnya remeh, saya tidak mungkin lagi menjadikannya sebagai pelampiasan amarah atau kata-kata kotor, adu domba, ghibah, riya' dan hal-hal yang sifatnya menjadikannya jauh dari nilai ibadah.

Saya juga menjadi semakin sadar, bahwa setiap tulisan yang terlahir dari buah pemikiran saya akan dipertanggung jawabkan kelak, sebagaimana perbuatan kita yang lainnya. Oleh karenanya, tidak boleh lagi menjadi sekadar tulisan. 


Salah satu ayat di dalam Al-Quran yang menjadi favorit penyemangat saya adalah ayat 77 di dalam Surah Al-Qashas tersebut. :)

Insyaallah, jalan mencari negeri akhirat dari apa yang telah Allah anugerahkan kepada saya salah satunya adalah melalui jalan menulis di blog. :) Bagian dunia yang tidak ingin saya lupakan adalah bahwa saya menjadikan aktivitas ngeblog ini sebagai cara untuk mendapatkan kebahagian lahir batin. :). 

Maka saya telah memilih, bahwa saya akan lebih banyak menulis di blog ini apa yang ingin saya tulis bukan apa yang harus saya tulis.

KONSEKUENSINYA? 

Konsekuensinya adalah saya seringkali menolak job ngeblog ataupun tawaran sponsorpost  :p jika itu memang membuat saya tidak nyaman dan tertekan. :). 

Misalnya saat saya harus mengulas sebuah produk yang tidak saya suka atau produk yang tidak pernah saya gunakan, menaruh postingan berbau iklan yang sudah diberikan oleh klien padahal sudah jelas-jelas irama bahasanya tidak sesuai dengan blog saya -dan klien menolak penawaran saya agar saya saja yang menuliskannya dengan alasan biayanya pasti lebih mahal-. :)

Tahun 2018 ini menjadi tahun di mana saya banyak melakukan penolakan, eniwei. 

SYELAMAT KALIAN TELAH MENDAPATKAN FAKTA TENTANG BLOG SAYA INI AKHIRNYA, HAHA. 

Kesimpulannya sih: SAYA SELEKTIF, itu saja. :)

Rasanya beda lo, ngeblog karena memang kita ingin menuangkan tulisan, celotehan, gagasan, niat berbagi, dengan ngeblog karena permintaan job. :) 

Saya juga sekarang tidak lagi ngoyo untuk menjadi spesialis dalam hal perbloggingan. Atau niche-nichean. :p. 

Justru itu terjadi setelah saya menuliskan artikel ini: Ivan Lanin dan Pelajaran Pentingnya Spesialiasi. Karena apa? karena kita tidak harus mengikuti orang lain, kita ini sudah spesial dari sananya, dan ternyata, saya juga menemukan bahwa, hal yang paling spesial adalah menjadi DIRI SENDIRI. Nikmati saja apapun peranmu, jika memang kalian bloger umum nan generalis, tidak masalah, selama peran itu membuatmu BAHAGIA dan memberikan manfaat kepada sesama. :)

Karena sekali lagi, saya masih seperti awal mula, ngeblog untuk hura-hura, ngeblog untuk bahagia, dan tidak menjadikannya sebagai sumber utama dalam hal penghasilan. :)

Saya juga sekarang tidak terlalu ngotot pengin menjadi Profesional Blogger. Entahlah, karena setelah saya sampai di Kota dan menyaksikan sendiri aktivitas para bloger di komunitas, sungguh tidak nyaman untuk saya jika menulis di bawah tekanan deadline dengan embel-embel "jangan lupa soft selling untuk para sponsor ya". Saya memang jadi punya banyak barang dari sponsor, dan itu menyenangkan. Tapi di sisi lain, saya juga punya kewajiban menulis karena wajib menulis. Lalu hilanglah, kebahagiaan menulis karena saya memang ingin menuliskannya. 

Dan itu tidak menggembirakan untuk saya. :)

Ahya, satu lagi pencapaian dan FAKTA tentang saya. :)

Di tahun 2018 alhamdulillah saya telah berhasil hidup dengan satu aplikasi Media Sosial saja di Smartphone. Saya telah meng-unsinstal yang lainnya, dan menyisakan aplikasi IG. Jadi sebenarnya, satu-satunya yang saya benar-benar urus selain blog adalah IG, sisanya hanya numpang share. :p Kadang-kadang saya membukanya di browser, hanya di saat saya membutuhkan untuk membagikan postingan blog saya yang terbaru. 

Rasanya? hidup saya menjadi semakin damai, alhamdulillah, serius. :). Apa yang saya lakukan itu teruji mengurangi kesia-siaan saya membaca status (penting gak penting) dari orang-orang, hidup saya menjadi lebih fokus, hidup saya menjadi tertolong dari kecanduan gadget, dan saya juga menjadi tidak terlalu bergantung dengan like, komentar. 

Tapi omong-omong, sekarang saya memang sudah tidak terlalu ambil pusing soal banyak-banyakan follower, like, coment, share. :). Saya ingin berkarya, bermanfaat namun tetap bahagia!. :)

KEPRIBADIAN

Banyak orang yang terheran-heran setelah bertemu saya. :)

Rata-rata mereka berujar, "ternyata Nurin itu BEDA ya, gak sesuai sama gambaran yang selama ini aku bayangkan." Haha. :D :D. 

Bahkan di sebuah acara di mana saya sempat berbincang dengan salah satu pembaca blog saya, ia berujar dengan terheran-heran, "Selama ini aku baca tulisan kamu, dan aku udah punya bayangan sendiri tentang bagaimana kamu. Tapi setelah aku ketemu langsung, ekspektasi aku itu beneran jauh banget. Jauuuh banget."

Iyes, itu karena di bahasa tutur (tulisan) saya rame, pecicilan macam Ria Ricis tapi aslinya saya kalem pendiem kayak Ustazah Oky. :D. 

Aslinya saya tenang, kalem, serius, pendiem, terutama ke lawan jenis. Oh yess! karena sebagai seorang muslimah kita punya adab dan izzah. :) Saya berkawan dengan siapapun pastinya, saya akan tetap profesional dalam hal muamalah insyaallah, tapi saya bukan tipikal muslimah yang cair, ketawa-ketiwi haha-hihi, atau bercanda kelewatan dengan lawan jenis. 

Tapi untuk sesama perempuan, saya diem juga sik. Ahaha. :) Aslinya saya memang gak banyak bicara dan bukan tipikal yang rame, serame tulisannya. :). Kok beda? ya beda, kalau tulisan, saat saya menulis, tulisan bisa diedit, undo, copy-paste, kalau ucapan emang bisa? kan gak bisa. :). 

Sekali salah ucap, kalimat ucapan dari lisan kita otomatis gak bisa di undo, apalagi di edit dan hapus. Saya jadi lebih berhati-hati, mengikuti sabda nabi, "Berkatalah yang baik, atau diam." :)

Pemilihan kata, rima, konsep atau bahasa, masih dimungkinkan di bahasa tulis, sebelum tulisan kita lemparkan, kita punya banyak waktu untuk memikirkan. Satu tulisan itu, biasanya saya selesaikan 3 -4 jam (include dengan masa membuat konsep-penulisan-editing-finishing). Sementara lisan? yakali, kudu mikir dulu setengah jam baru mulai ngomong sama kawan bicara, kelamaan pisan!. :). 

Jadi tepatnya, untuk lisan, saya lebih berhati-hati dan memang memilih untuk diam, saat saya tidak mampu memikirkan kalimat apa yang pantas dikeluarkan dalam waktu yang sedemikian singkat dalam perbincangan. Biasanya porsinya, saya akan lebih banyak mendengarkan. *Ini berlaku untuk yang baru dikenal ya. :)

Kalau untuk sahabat-sahabat perempuan saya yang memang sudah lama dekat secara personal, saya asyik, rame dan banyak omongnya. :)

Jadi begitu ya, semoga setelah saya menuturkan fakta tentang saya ini, udah gak shock kalau ketemu saya lagi. :). 

Tulisan memang tidak serta merta bisa menggambarkan wujud seseorang, tapi percayalah, tulisan-tulisan saya mewakili apa yang ada di pikiran, hati dan apa yang saya rasakan. :). Lewat tulisan, kalian bisa mengenali penulisnya jauh masuk ke dalam. :)

***

Tahun 2019, di hari pertama. Dan akhirnya, saya mensyukuri apapun pencapaian di tahun 2018, dan bersiap dengan semua kejutan yang telah Allah siapkan di hari-hari akan datang. :).

Terima kasih, para pembaca sekalian. :) Semoga dalam setiap pergantian waktu, baik itu tahun-bulan-hari-jam-detik kita semua dapat menambah amalan dan menjadi pribadi yang lebih baik, senantiasa menjadikan Allah sebagai tujuan dan sandaran. Dan semoga kita semua, diwafatkan dalam keadaan khusnul khatimah. Amin ya rabbal alamin. :)


Salam Sepenuh Cinta. Dari saya: Istikmalia. :)



You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



14 komentar

  1. Malam tahun baru kemarin jam 10 aku udah tidur malah mbak, dan tahun2 sebelumnya juga gitu gak pernah nunggu jam 12 :)
    Belajar memaafkan dengan ikhlas memang gak mudah. Memaafkannya sudah tapi maish suka teringat ya dan gak terlupakan, nah itu yang harus aku perbaiki sekarang. terima kasih sudah diingatkan ya mbak

    ReplyDelete
  2. Memang sih paling nyaman adalah menjadi diri sendiri di semua kondisi. Semoga semua ikhtiarnya di tahun 2019 ini dimudahkan dan dilancarkan ya, Mak :)

    ReplyDelete
  3. Aamiin, semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik terus, dan perubahan hanya bisa terjadi karena diri sendiri yang mau. Tetep menjadi diri sendiri agar nyaman dimanapun berada.
    Buat aku tak perlu menjelaskan tentang diri sendiri, karena yang benci akan tetep benci eeaa.. hihii

    ReplyDelete
  4. Sebelumnya salam kenal ya mbak,

    tulisannya rame tapi orangnya tak serame tulisannya, hihihi. Di point pertama, belajar memaafkan dan mengikhlaskan itu emang nggak mudah ya? Menaklukkan diri sendiri memang sulit. So, tetap jadilah diri sendiri, dan semoga makin sukses ya ��

    ReplyDelete
  5. Saya juga selektif kalau untuk memilih tulisan di blog. Gak semuanya tentang materi. Tetapi, gak apa-apa kalau memang nyamannya seperti itu

    ReplyDelete
  6. Saya dulu bingung kenapa di Makkah banyak yang menjajakan tisu. Tapi tetap saja saya beli, agar mereka bisa berjualan lagi.

    Nah kalo kata teman-teman dunmay yang udah ketemu saya, katanya sih sama aja. Di dunmay ataupun dunia nyata saya gak ada bedanya, hihii

    ReplyDelete
  7. Banyak pelajaran yang didapat dari semua ujian itu ya Mbak. Semoga ke depannya dipertemukan dengan orang-orang baik yang tidak membuat lelah lagi. Akhirnya kesulitan itu terlewati. Barokallah...

    ReplyDelete
  8. Setuju
    Jadilah diri sendiri!
    Namun kita juga kudu belajar sekaligus menghargai dan menghormati juga pilihan orang lain
    Masing-masing individu lekat dengan personalitynya

    Hanya Allah yang Maha Tahu siapa yang terbaik atau paling bertaqwa

    Dan tentang haters...
    Setuju, kita justru kudu banyak berterimakasih, karena dengan mereka kita tahu kelemahan/keburukan kita

    Satu lagi,
    Percayalah, iri itu biasanya karena tak mampu
    Hihihi...



    ReplyDelete
  9. Aamiin..semoga tahun ini menjadi diri yang lebih baik lagi ya Mbak...
    Tapi baca ini saya jadi oenasaran sama Mbak Nurin..yang pendiem itu kalau ketemu. Jangan -jangan kita diem-dieman nantinya, karena sama pendiamnya hahah..enggak ding keknya saya lebih banyak omongnya

    ReplyDelete
  10. Wah Nurin juga punya hater? Padahal tulisan2nya bijak2 ya. Apalagi saya yang nulisnya kadang emosional. Hehe...

    ReplyDelete
  11. Baca tulisan ini dan aku keinget sama sekali belum meyelesaikan draft tulisan ttg review 2018 dan harapan di tahun 2019 wkwkwk.
    Ah aku fokus malah bukan ke blognya tapi perjalanan hajinya mbak, alhamdulillah yaaa :D
    Satu2nya perjalanan yg bikin aku ngiri dan pengen jg :D

    ReplyDelete
  12. Aah...ternyata aslinya kaleum yaa...
    Aku suka ngobrol sama orang kalem, karena akunya cerewet.

    Semoga kalo ketemu aku, ga eneg duluan yaa, mba...
    Hihii~

    ReplyDelete
  13. suka bagian terima kasih ke haters
    mereka itu membuat diri lebih baik, lebih dewasa. Selamat ngeblog dengan bahagia, Mbak.

    ReplyDelete
  14. Prinsipnya sama aja sih, kita kudu selektif menerima job, gak semua kudu diambil kan mba, supaya blog kita juga rapih :)

    ReplyDelete