Bismillahirrohmanirrohim,
Novel ini saya dapatkan langsung dari penulisnya (jadi dapat tanda tangannya dong?) <--- penting, :-). Saya kenal Mbak Pujia sebagai sesama BAW-ers, waktu beliau promo ada diskon ongkir untuk luar jawa, saya langsung ngacung dong, hehe.
Tokoh utama di dalam novel ini bernama Zaida, anak sulung dari seorang janda dari tiga bersaudara, Fara dan Nadia. Ceritanya tidak jauh dari masalah percintaan, sesuai dengan judulnya. Zaida mencintai seorang lelaki yang bernama Ilham, kawan semasa kuliahnya dulu, mereka berkecimpung di organisasi yang sama, Rohis. Cinta Zaida tidak bertepuk sebelah tangan, tidak lama setelah pertemuan mereka dalam sebuah talk show, Ilham datang ke rumah Zaida, untuk melamarnya.
Zaida begitu bahagia saat itu, meski sempat ragu karena di waktu bersamaan, Zaida sedang menunggu keputusan penerimaan beasiswa S2 nya di Belanda, pada akhirnya Zaida berkeputusan akan menerima lamaran Ilham. Sesaat sebelum mengutarakan keputusan itu, Zaida berencana menemui Nayla, teman magang di kantornya, untuk mengembalikan buku yang dipinjamnya dari Nayla. Tanpa disengaja, Zaida mencuri dengar percakapan Nayla dan ibunya, bahwa ternyata ibunda Ilham merasa kurang cocok dengan pilihan anaknya. Sesuai dengan trah keluarga terpandang pada umumnya, pemilihan seorang isteri akan dinilai bibit, bebet dan bobotnya. Ibunda Ilham berniat menjodohkan Ilham dengan Hamidah, puteri Ustad Mansyur, seorang ustad terkemuka. Hamidah sendiri digambarkan sebagai seorang gadis muda yang cantik, dan seorang hafidzoh. Ibunda Ilham begitu mendambakan seorang menantu hafidzoh agar kelak bisa mengajari cucu-cucunya Al-Quran.
Zaida sangat terpukul mendengar kenyataan itu, jika ia menerima lamaran Ilham, jelas ia bukan menantu yang diharapkan. Tetapi, jika ia menolak, sama halnya dengan membohongi diri sendiri, sebab Zaida sesungguhnya sangat mengharapkan Ilham menjadi pendampingnya. Tetapi, Zaida telah bertekad, ia tidak ingin dibandingkan dengan siapapun, dan ia juga tidak ingin menikah jika tidak bisa diterima oleh keluarga calon suaminya. Hamidah, jelas bukan tandingan yang sepadan buatnya, Zaida merasa lebih baik mengundurkan diri. Laki-laki muslim mana yang sanggup menolak jika hendak dijodohkan dengan Hamidah, gadis dengan kecantikan luar biasa, keturunan ustad, dan seorang hafidzoh. Akhirnya, melalui sepucuk surat, Zaida mengutarakan penolakannya kepada Ilham.