Suatu ketika saat dinas luar, saya bertemu dengan sahabat suami yang notabenenya juga sahabat saya. Berhubung saya sedang DL sendiri, maka ia pun mengenalkan saya pada istrinya, kami berkenalan dan membuat janji agar bisa berbincang lebih lama. Dalam kesempatan bincang-bincang tersebut, kami bertiga bertukar cerita tentang banyak hal, terutama sekali tentang pencapaian-pencapaian. Tentu saja, bukan sekedar pencapaian dalam masalah pekerjaan, menurut saya hal itu terlalu mudah untuk ditebak dan kurang menantang. Kami membicarakan tentang pencapaian-pencapaian dalam hidup. Juga tentang masa depan. Saat saya berkisah tentang 'sebagian kecil' pencapaian kami (saya dan suami), dan 'sedikit' gambaran kami tentang hidup di masa depan, sahabat saya itu terdiam sejenak, dan nampak berfikir.
"Aku tidak percaya itu dia. Aku itu udah kenal banget sama dia. Dia gak mungkin seperti itu. Dia bukan tipe perencana yang baik"
"Masa' iya?"
"Pokoknya aku masih belum percaya dan gak yakin. Aku tahu banget karakter dan sifatnya, dulu dia tidak begitu", entah hampir lebih dari tiga kali, sahabat saya itu mengucapkan keheranannya, sampai-sampai dalam hati saya berujar "ini sebenarnya siapa sih yang lebih mengenal sosok suami saya. Saya atau dia".