Haji 2018

-297- Perjalanan Haji, Sebuah Mimpi

Friday, October 05, 2018



Bismillahirrahmanirrahim. 

"Ya Allah ya Hajj, ya Hajj, thariq ... thariq ... (Ya Allah ya Hajj, ya Hajj, jalan ... jalan ...)" teriakan lantang askar mengagetkan dan membuat saya terbangun seketika. Astaghfirullah, ternyata hanya mimpi. :). 

DIUSIR ASKAR adalah salah satu pengalaman yang cukup mendebarkan buat saya (kalau boleh dibilang seram) , :p terlebih saat kita telat datang ke Masjidil Haram, dan pintu-pintu utama ditutup, alamat bakal pindah sana pindah sini, :D mencari tempat salat yang luar biasa tidak mudah. :D. Apalagi masa menjelang pelaksanaan Wukuf Arafah, suasana masjid luar biasa padat, bayangkan semua yang akan melaksanakan haji tumpek blek jadi satu di Masjid, jadi memang kita harus datang maksimal dua jam sebelum azan berkumandang agar mendapatkan posisi salat yang nyaman dan pewe plus gak kena usir melulu. :p

Salah satu jalan menuju Masjidil Haram

Selepas bangun dari mimpi, segera saya bersiap, menuju Masjidil Haram. Siang itu, menjelang waktu asar, hujan pertama, yang turun di Mekah Al-Mukaramah yang saya rasakan. Di dalam bus salawat yang rutin mengantarkan kami semua, pergi-pulang ke Masjid, rasa syukur sedemikian dalam saya panjatkan. 

"Ya Rabb, sungguh tiada terkira nikmat yang Engkau limpahkan. Dari hari-hari yang sedemikian sibuk dengan amanah duniawi, hingga sekali dua kali (atau mungkin lebih lagi) kami lalai terhadap perintahMu. Hari-hari di Tanah Haram, tidak ada hal lain yang menyibukkan kecuali bersimpuh memohon dan beribadah kepadaMu. Bahkan di dalam istirahat tidur menanti waktu salat, mimpi saya adalah mimpi sedang berada di Masjidil Haram, lengkap dengan suasananya. Pasti ada hikmah besar yang ingin Engkau sampaikan ... Allah, terima kasih banyak ... terima kasih atas semua rizki dan karunia. Matur sembah nuwun Gusti. Hatur nuhun Rabbi." 😭

Ucapan kesyukuran yang seringkali saya lafalkan berulang di lisan. 

Di sini, banyak hal yang bisa saya renungi dalam-dalam. Di tempat mulia ini, mulai terang benderang saya rasakan tentang definisi hidup, tentang apa yang paling penting untuk saya perjuangkan, tentang apa yang semestinya saya lakukan. Tentang semua hal mengenai diri saya sendiri, yang sebelumnya belum selesai. Tentang ikhlas-lillah-berserah-pasrah. Tentang doa-doa, pengharapan, keinginan yang belum memperoleh jawab (menurut definisi jawaban saya sendiri), tentang keinginan untuk memperbaiki diri, tentang saya sebagai hamba, dan Allah sebagai pencipta sekaligus pemilik.

Tentang kerinduan dan keinginan untuk bertemu.

Tentang masa-masa penantian dan pengabulan kejutan yang tak pernah saya bayangkan.

Di sini, di Mekah-Madinah, tempat terbaik untuk ...
.
.
.

Merajut Rindu, Menenun Temu

Suami, menjadi tempat saya menumpahkan kerisauan, jelang hari-hari menuju keberangkatan. Jika ada yang bertanya, bagaimana perasaan saya di masa itu? perasaan saya kacau, risau, takut, bercampur aduk, tidak karuan.

Malam-malam yang saya lalui terasa mencekam. Panas dingin, dan lebih sering menangis. Kerinduan saya membuncah. Sampai pada titik level puncak, yang tak tertahankan.

"Ya Allah, benarkah kami akan menjadi bagian dari tamu undangan yang Engkau perkenankan?"

"Ya Allah benar nih ya Allah? saya akan sampai lagi ke Baitullah? ya Allah benar ya Allah saya akan berhaji tahun ini? ya Allah benarkah ya Allah Engkau akan mewujudkan mimpi-mimpi kami? ya Allah ..." rapalan doa saya semakin panjang. Mendekati hari H, perasaan saya menjadi-jadi. Entah mengapa pula saya begitu khawatir jika usia saya tidak Allah cukupkan sampai selesai berhaji, saya takut sekali pada kematian. Hingga bertambah pula redaksi doa saya,

"Ya Allah, ampuni kami yang fakir ilmu, ampuni kami yang masih banyak kesalahan dan dosa, masih tersisip perlakuan tidak menyenangkan kepada orang lain yang bisa jadi menyakiti, ibadah harian yang masih kurang maksimal, amal saleh yang masih sangat sedikit, izinkan usia kami sampai untuk menunaikan ibadah haji. Ya Allah, ini hal yang paling kami inginkan, paling kami harapkan, paling kami idamkan, sampaikan ya Allah ... sampaikan ... izinkan kerinduan yang kami rajut ini mewujud temu ..." 😭

Madinah

Takwa, Sebaik-baik Bekal

Apa bekal terbaik untuk di bawa dalam perjalanan haji? TAKWA. 

Demikian yang saya dapatkan seusai mendengarkan ceramah ilmu haji, dari youtube. Ya, tidak seperti calon jemaah satu kloter kami yang rutin mengikuti kegiatan manasik dari Kemenag tiap minggu atau calon jemaah yang ikut KBIH, kami termasuk yang tidak mengikuti proses persiapan secara rutin. Kebanyakan yang kami lakukan adalah belajar secara pribadi. Banyak alasan yang mendasari, pertama karena tempat kami mendaftar tidak di Kabupaten tempat kami tinggal dan tugas, tidak ada KBIH, cuti tahunan yang sudah habis. Di saat yang sama, kami disibukkan dengan hal lain, yakni mengikuti serangkaian tes beasiswa melanjutkan pendidikan. 

Saya sangat berterima kasih sekali pada asatiz-asatizah yang berkenan berbagi ilmu melalui youtube, semoga menjadi jariyah yang tiada terputus. Darinya, saya mendengarkan sirah, hikmah, makna, fikih dan banyak lagi. Darinya, jarak tempat kami yang jauh dari sumber ilmu tidak lagi menjadi sebuah musabab dan hambatan. Demikian pula dengan waktu. 🙏

Dari pengalaman yang saya rasakan, sebaik-baik persiapan adalah yang dilakukan semenjak jauh hari. (Kami kurang sekali akan hal ini).

Tidak cukup dengan niat dan kuat saja, mesti ada ikhtiar dan doa. Banyak kisah bagaimana kuasa Allah bekerja, tiba-tiba diberangkatkan haji melalui jalan yang tidak disangka-sangka. Jadi perjalanan haji bagi saya, adalah KUASA&KARUNIA. Tidak semata karena cukupnya harta, tidak semata karena waktu luangnya, tidak semata karena keinginan hamba, ada Allah yang Maha Kuasa di sebaliknya. 

Salah satu ikhtiar itu ialah TAKWA. Mulai lebih mendekat kepada Allah. Memperbaiki salatnya, ibadahnya, banyak-banyak memohon ampunan-Nya, mulai memperbaiki hubungan dengan sesama. Memperbaiki diri, menjauhi hal-hal yang haram, memperbanyak perbuatan baik, memperdalam ilmu tentang haji.

ILMU. Kadang ini yang luput. Bahwa kita melakukan ini sebagai bentuk mengikuti perintah Allah. Sebagai sebuah kewajiban yang kelima. Namun tiada artinya jika tak punya ilmunya. Jika kita tak paham maknanya, maka rangkaian ibadah fisik yang kita lakukan barangkali tiada terasa dalam merasuk jiwa. Hanya sekadar gerakan dan pemenuhan syarat sah saja. Tak kita rasakan apa hakikinya memutari kakbah, tak kita dapatkan sejatinya wukuf di Arafah kecuali mungkin hanya lelah dan sama sekali tak membuat pribadi kita berubah.

Ilmu ini yang sebaiknya kita persiapkan menemani takwa. Sehingga keduanya sejalan seiring. Jika ikhtiar dana telah kita lakukan dalam bentuk Pendaftaran Porsi Haji. Maka waktu menunggu keberangkatan yang panjang sangat tepat diisi dengan persiapan-persiapan, terutama bekal takwa dan bekal ilmu. Jika Allah punya kuasa, mungkin penantian keberangkatan belasan tahun, tiba-tiba saja, Allah pendekkan, atau bisa jadi berangkat dengan rencana dan takdir-Nya yang lain. Wallahua'lam. Kadang, rahasia Allah jauh lebih indah.

Ikhtiar berikutnya yang menurut saya juga penting ialah BAHASA. Mengambil kursus jika perlu. Masa-masa perjalanan haji ke baitullah ialah masa emas, yang bisa jadi hanya sekali seumur hidup, tidak mudah terulang. Kuasai bahasa lain minimal dua bahasa, bahasa arab dan bahasa inggris. Jika memiliki keluangan kesempatan, belajar pula bahasa urdu. Ini akan memudahkan kita mengenali karunia Allah yang lain yang luar biasa indah di masa perjalanan, "perbedaan dalam keragaman manusia".

Masjidil haram dan Masjid Nabawi bagaikan miniatur bumi. Bermacam ras dari berbagai suku bangsa, karakter, budaya, kebiasaan berkumpul menjadi satu di dalamnya. Bayangkan bahwa dalam kesempatan perjalanan itu, tersimpan pula kesempatan berkeliling dunia, cukup di dalam masjid saja. Sungguh, itu akan menjadi sebuah pengalaman yang berkesan dan tak terlupakan.

Bekal yang lainnya -dalam hal yang lebih teknis- seperti pakaian, barang bawaan dan lain-lain, masih bisa diurus menjelang keberangkatan. 


Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak (Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu).

Baca selengkapnya. Klik https://muslim.or.id/22542-hadits-tentang-haji-03-ucapan-talbiyah.html
Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak (Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu).


Baca selengkapnya. Klik https://muslim.or.id/22542-hadits-tentang-haji-03-ucapan-talbiyah.html

 

Merekatkan Mimpi

Selain mempersiapkan perbekalan, adalah penting menanamkan niat untuk datang memenuhi undangan Allah, berdoa dan berupaya sungguh-sungguh. 

Upaya ini bermacam bentuknya. Persiapan takwa dan ilmu bisa dilakukan sebelum melakukan ikhtiar yang lainnya seperti halnya dana haji.

Mempersiapkan keuangan adalah bentuk ikhtiar nyata yang dapat dilakukan. Selebihnya, adalah merekatkan mimpi, melekatkan visualisasi. Banyak meminta doa agar mendapat undangan Allah pada orang-orang yang terlebih dahulu sampai ke baitullah, bersemangat menyaksikan pelepasan jemaah haji, membayangkan jika suatu saat kita akan menjadi salah satu bagiannya. Membayangkan sedang salat di hadapan kakbah. Bersemangat saat ada undangan walimatus safar, bersemangat mendengarkan cerita orang-orang sepulang dari perjalanan haji, mendengarkan pengalaman mereka, bermimpi bahwa suatu saat nanti kitalah yang datang untuk mengumandangkan talbiyah. 

Labbaikallahumma labbaik. Labbaikala syarika laka labbaik. Innal hamda wanni'mata laka wal mulk. La syarika lak. (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilanMu, tidak ada sekutu bagiMu, aku penuhi panggilanMu. Sesungguhnya segala puji, nikmat, dan kerajaan bagiMu. Tidak ada sekutu bagiMu). 😭

Mimpi yang paling indah adalah mimpi yang berbuah nyata. 

Perjalanan ini, sebuah mimpi. 

La haula wala quwwata illa billah.

Labbaikallahumma labbaik. Semoga semua kita senantiasa dimudahkan Allah dan diijabah untuk datang berkunjung, menunaikan ibadah haji ke baitullah. Amin ... amin.. amin ya mujibas sailin. 

____

*Semua foto adalah dokumentasi pribadi.



Oleh-oleh Haji

Memenuhi permintaan berbagi cerita pengalaman haji dari pembaca blog ini, dan sebuah kenyataan kalau blog ini sudah hampir 3 bulan tidak diurus  :D. Insyaallah oleh-oleh haji berupa kisah pengalaman ini akan berkolaborasi (collaborative blogging) dengan ...
.

Novianti Islahiah

Seorang Blogger Muslimah berprestasi penerima beasiswa LPDP Hiroshima University, yang tahun ini alhamdulillah berkesempatan menunaikan haji menggunakan Kuota Haji Jepang. (Doakan semoga saya sehat, kuat dan senantiasa dalam bingkai baiknya niat, karena Mbak Novi sudah menulis lebih dulu dan lebih banyak :D.)


Silakan baca cerita Mbak Novi, di sini


Afirmasi Pergi Haji Dari Jepang






You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



5 komentar

  1. Taqabbalallahu... Semoga Allah menerima ibadah Mbak Nurin..

    Kerinduannya menular-nular sampai ke aku.. Ya Allah.. semoga Allah mampukan diriku dan suami ke Baitullah.. Amiiin..

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiiin...amiiin, semoga Mbak Nabila dan suami juga segera menyusul ya. :)

      Delete