Bismillahirrohmanirrohim.
Namanya Harum. Perempuan berwajah cantik, oriental. Lisannya sangat fasih berbicara, menarik, meski usianya tak lagi muda.
"Maaf Bu, saya gak bisa ikutan datang, maaf ya, suamiku nunggu, mau nyiapin makannya dulu, udah kangen eh", katanya pada saya siang itu sembari tersipu malu, menghaturkan permohonan maaf tidak bisa menghadiri undangan yang saya berikan.
"Kan cuma sebentar Bu, emang suaminya kerja di mana? pulang jam berapa?"
"Bu Harum suaminya kerja di sekitaran sini aja kok Mbak, siang pulang makan siang, sore juga nanti sudah di rumah", timpal ibu-ibu yang lain.
"Lah tapi gimana ya Bu... aduh.. sayang banget kalau gak bisa ketemu makan bareng suami, sudah kangen berat..", senyum di wajah Bu Harum merekah, pipinya bersemu merah, kedua telapak tangannya tertelangkup, menutup mulut, malu.
Saya ingin tertawa, terkekeh, tapi hanya cukup tertahan, sehingga hanya menanggalkan senyuman.
"Bu Harum seperti abege saja, maunya lengket terus...", kata saya menggoda.