Bismillahirrahmanirrahim.
"Bunda, hari Senin kita semua bawa kado buat Pak Guru," celoteh
Fifi, sepulang dari sekolah Sabtu kemarin.
"Oh ya Nak, ini tanggal 25, peringatan Hari Guru Nasional" jawab
saya kemudian.
“Apa itu Hari Guru?” ah! seperti biasa,
tidak perlu menunggu lama, tanya dan celotehnya mengalir dengan derasnya. :)
Ini tahun ketiga Fifi bersekolah di jenjang Sekolah Dasar Kabupaten Tana
Tidung tepatnya di SDN 013 Tideng Pale Timur. Alhamdulillah, sesuatu yang patut
saya syukuri, setelah rasa gelisah dan butuh pemikiran panjang untuk
menyekolahkannya di sini. Jujur saja, kekhawatiran saya semakin menjadi-jadi
mengingat Tana Tidung adalah Kabupaten yang baru berkembang, pemekaran dari
Kabupaten Bulungan yang masih amat belia, tidak banyak pilihan sekolah, minim
fasilitas, kualitas, ditambah bumbu-bumbu cerita pergaulan anak-anak muda di
sini yang membuat saya cukup bergidik ngeri. Hiii.
Di tengah kemelut yang membuat saya
bimbang sulit tidur itu, Bapak saya memberikan nasihat:
“Anak sukses atau tidak itu bukan perkara
di mana ia disekolahkan, mau di pelosok manapun sekolahnya, mau gak sekolah
sekalipun (homeschooling maksudnya) yang paling besar pengaruhnya
adalah pendidikannya di rumah. Sukses itu berawal dari rumah.”
Lega rasanya mendengarkan petuah Bapak. :) Dengan Bapak, biasanya saya manut. Adem aja gitu kalau beliau sudah bersabda, apalagi kalau beliau ridho, lempeng ringan jalan saya, alhamdulillah. Meski dalam hati kecil saya juga mbatin, Bapak mah teori belaka, lha buktinya dulu juga saya di sekolahkan -diekspor- ke Jawa. :D.
Bapak
saya adalah pensiunan seorang guru. Dulu saya senang sekali dipanggil oleh
kawan-kawan sepermainan dengan sebutan “anak Pak Guru” , rasanya sungguh
terhormat. Momen lain yang membuat saya merasa terhormat adalah saat berjalan
bersama Bapak di Kampung tempat Bapak mengajar, ke manapun, setiap bertemu
siapapun, selalu ada anak-anak yang berebut cium tangan, lalu orang dewasa akan
menyapa dengan riang, “Pak Guru, mau ke mana?” :D.
Sementara, momen paling
menyenangkan lainnya adalah saat pembagian rapor. Itu waktu di mana saya merasa
“paling kaya sedunia” :). Di hari itu, semua anak akan bergembira membawa
buah tangan untuk Bapak sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih. Sementara
saya, tak perlu membawa apapun, karena saya yang nantinya juga akan menikmati
hadiah dari teman-teman untuk Bapak. Hahah. :)
Separuh dari masa pengabdian Bapak
dihabiskan di sebuah sekolah terpencil nun pelosok. Hanya ada satu kepala
sekolah dan dua orang guru kelas. Tidak ada listrik, sulit air dan anak-anak
pelaut yang tidak begitu bersemangat pergi ke sekolah. Anak-anak sekolah dengan
baju seadanya, kebanyakan tanpa alas kaki.
Aih, masa-masa sulit yang jika diceritakan
bisa jadi satu novel sendiri!. :) Sekolah di Tana Tidung ini masih jauh
lebih baik. Saban saya bertemu dengan orang yang baru pertama kali datang ke
KTT (sebutan familiar untuk Kabupaten Tana Tidung), antusias sekali mereka
bertanya,
"itu bangunan apa yang di atas
bukit?."
Kemudian saya jawab dengan bangga,
"itu Sekolah Terpadu, bakal calon sekolah asrama di masa depan, jawab
saya.
Bangunan Sekolah Terpadu megah yang
berdiri, terlihat cantik sekali saat menaiki speed boat menuju
dermaga pelabuhan Tideng Pale. Calon boarding school untuk Kaltara, katanya.
Sebuah cita-cita jauh ke depan. Meskipun kenyataan, belum semua terwujudkan
sesuai harapan. Sebagian gedung, saat ini dialih fungsikan sebagai gedung
perkantoran pemerintahan.
Mess guru Sekolah Terpadu yang difungsikan sebagai kantor pemerintahan. Foto dokumentasi BPS Kabupaten Tana Tidung |
Saya selalu membatin, gedung Sekolah Terpadu lengkap dengan fasilitas asrama putera-puteri, asrama guru, gedung serbaguna, stadion mini untuk olahraga voli, basket, renang dan lintasan, serta musala dan hutan bakau buatan untuk media belajar semegah ini akan seberapa efisien dan efektifkah untuk membangun pendidikan di Tana Tidung? dan menjadikannya sebagai pusat sekolah untuk Kaltara pada Visi Pemerintah Daerah ke depannya?
Seberapa jauh program Pemerintah Tana Tidung dalam hal pembangunan untuk pendidikan seiring sejalan dengan potret capaian pendidikan hingga saat ini?
Pertama, jika mau mengukur secara fisik, dan
bangga-banggaan perihal kuantias gedung sekolah. Jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) cenderung konstan dalam beberapa tahun
terakhir. Hingga tahun 2016, jumlah SDN di Kabupaten Tana Tidung berjumlah
27 sekolah dengan 2.646 murid. Jumlah SMPN sederajat tercatat berjumlah 8
sekolah dengan 1.160 murid, sementara jumlah SMAN sederajat sampai dengan tahun 2016 hanya berjumlah tiga lembaga, yang masing-masing berada di Kecamatan Sesayap, Sesayap Hilir dan
Tana Lia (untuk dua kecamatan lainnya, yaitu Betayau dan Muruk Rian belum
terdapat SMA) dengan jumlah murid sebanyak 827 di tahun 2016. Total jumlah guru untuk tiga jenjang sekolah (SD, SMP, SMA) sebanyak 697 untuk tahun ajaran 2016/2017.
Jika mau dihitung total, secara kasat, jumlah calon murid tidak sampai sepuluh ribu, kecuali ada penambahan penduduk secara tiba-tiba -kasus langka-, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tana Tidung mencatat jumlah penduduk Kabupaten Tana Tidung di tahun 2016 adalah 23.497 penduduk, dengan laju pertumbuhan penduduk 6 sampai dengan 7 persen, pada tahun 2020, jumlah penduduk Kabupaten ini diproyeksikan belum sampai pada angka 50.000.
Dari sisi pembangunan manusia, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tana Tidung terus meningkat dari tahun 2012-2016. IPM KTT naik 2,73 poin dalam jangka waktu lima tahun menjadi 65,64 di tahun 2016. Capaian ini menjadikan Tana Tidung dalam peringkat ke empat dari lima Kabupaten/Kota se Kalimantan Utara. Capaian yang sangat baik sekali.
Capaian Rata-rata Lama Sekolah meningkat dari 7,62 tahun pada tahun 2012 menjadi 8,11 tahun di tahun 2016. Hal ini mengindikasikan bahwa di Kabupaten Tana Tidung tahun 2016, jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk berusia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal berkisar antara 8 sampai dengan 9 tahun atau setara dengan kelas 2 - 3 SMP. Jadi dapat dilihat pula bahwa rata – rata penduduk berusia 25 tahun ke atas mayoritas adalah tamatan Sekolah Dasar.
Sementara capaian Harapan Lama Sekolah meningkat dari 11,30 tahun pada tahun 2012 menjadi 12,17 tahun pada tahun 2016. Angka ini mempresentasikan bahwa di Kabupaten Tana Tidung kepada tahun 2016, lama sekolah yang diharapkan dapat dicapai oleh penduduk usia 7 tahun ke atas berkisar antara 12 sampai dengan 13 tahun.
Selain kedua indikator tersebut, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa Angka Partisipasi Sekolah pada penduduk usia 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun semakin meningkat. Masing-masing berada pada angka 97,09 persen, 100 persen dan 63,45 persen. Angka ini akan menggambarkan peran serta atau partisipasi masyarakat dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan, indikasi dari angka APS ini, apabila semakin tinggi angkanya semakin berhasil program pendidikan yang diselenggarakan. Persentase 63,45 persen pada kelompok usia 16-18 tahun menunjukkan, bahwa dari setiap anak usia 16-18 tahun yang ada di Kabupaten Tana Tidung, 36 hingga 37 anak diantaranya akan ditemukan tidak/belum pernah sekolah atau tidak sekolah lagi (drop out). Meskipun angka putus sekolah pada jenjang usia ini masih tinggi, angka ini telah jauh berkurang selama tiga tahun terakhir.
Semua gambaran potret pendidikan ada satu sisi ini adalah sesuatu hal yang baik, sebab artinya, Pemerintah Daerah sudah dapat memperkirakan dengan pasti program pembangunan tepat sasaran dan efisien dalam meningkatkan derajat pendidikan.
Menengok angka nominal PDRB Tana Tidung -yang menggambarkan kemampuan daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya- atas dasar harga berlaku yang selalu meningkat setiap tahun dan berada pada angka 4,22 Trilyun di tahun 2016, Kabupaten Tana Tidung sangatlah mampu untuk membuat program tepat guna, dan membangun kualitas sumber daya manusia dari sisi pendidikan.
Ke depan, program pendidikan selaiknya tidak lagi berfokus pada pembangunan gedung -Sekolah Terpadu- saja, fokus pembangunan lebih baik diperuntukkan untuk perbaikan gedung lama pada sekolah-sekolah lain, penyempurnaan fasilitas, sarana-prasarana, dan membangun perpustakaan daerah.
Fokus berikutnya, ialah kepada peningkatan kualitas tenaga profesional (guru) yang sudah tersedia. Ini kebutuhan yang jauh lebih utama selain juga memperhatikan aspek kesejahteraannya.
Di pundak guru, segala beban moral, akhlak, prilaku dan kecerdasan bangsa ini teremban. Sudah sepatutnya memberikan guru peluang seluas-luasnya untuk meningkatkan peran, kemampuan dan kecintaan terhadap profesi.
Semoga, di tahun-tahun akan datang, potret pendidikan Tana Tidung semakin baik lagi.
Selamat Hari Guru Nasional 2017.
Terimakasih Bapak Ibu Guru. 😊
Di pundak guru, segala beban moral, akhlak, prilaku dan kecerdasan bangsa ini teremban. Sudah sepatutnya memberikan guru peluang seluas-luasnya untuk meningkatkan peran, kemampuan dan kecintaan terhadap profesi.
Semoga, di tahun-tahun akan datang, potret pendidikan Tana Tidung semakin baik lagi.
Selamat Hari Guru Nasional 2017.
Terimakasih Bapak Ibu Guru. 😊