Karya

-327- Wajah BPS: Menyelaraskan Passion, Mission dan Profession

Wednesday, January 23, 2019


Bismillahirrahmanirrahim. 

Tulisan ini diterbitkan di majalah Varia Statistik edisi Januari 2019. 

Sebuah kehormatan buat saya, mendapatkan email dari tim redaksi, untuk menulis artikel di edisi pembuka tahun 2019 ini. Saya di simpan di sini, sebagai kenang-kenangan, dan menambah perbendaharaan kata "BPS" di kotak pencarian. :D. 

Tidak banyak penyuntingan yang dilakukan oleh redaksi, hanya tambahan mengenai siapa Alexander yang saya catut sebagai kalimat pembuka. 

Saya juga sempat berpikir agak lama, sampai masa tenggat waktu *seperti biasa, entah mengapa, deadline itu begitu memacu adrenalin buat saya* sudah sangat dekat, idenya baru keluar. Itu pun dibantu diskusi dengan beberapa teman, saya juga meminta koreksi dari beberapa kawan. :)

Terima kasih untuk teman diskusi dan para editor sekalian. Semoga, setidaknya, tulisan ini membawa perubahan, untuk 2019 yang lebih baik dan penuh harapan positif. Amin. :)

------ 



____

Wajah BPS: Menyelaraskan Passion, Mission dan Profession



 Oleh: Nurin Ainistikmalia, SST

“It doesn’t matter what you made, or see, or offer.
If you continue to embrace ‘business as usual’, you are doomed”
-Alexander Ostenwalder-
(Ahli teori bisnis, penulis, pembicara, konsultan dan wirausahawan Swiss)


Sesaat sebelum menuliskan ini, salah seorang kawan anggota dari Komunitas Perempuan BPS Menulis menghubungi saya. Ia mengisahkan kebijakan kantornya yang mewajibkan menulis sebagai wujud dari Reformasi Birokrasi. Kebijakan tersebut memberi hasil yang sangat mengecewakan di mata pimpinan, karena ternyata evaluasi akhir tahun ini, hanya menghasilkan dua puluh persen pegawai yang menulis. Angka yang sangat tidak diharapkan! Efeknya? Pemotongan CKP bagi yang tidak menulis, tanpa tedeng aling!.

PERUBAHAN.

Tahun 2018, angin segar tampak pada wajah BPS di dunia digitalisasi. Penulis mulai mendapatkan tempat. Karya mulai mendapatkan penghargaan. Lini-lini media sosial BPS mulai tampak cerah dan berwarna. Perubahan diperlukan, karena dunia digitalisasi semakin dikejar, semakin berlari. BPS sebagai lembaga ‘satu-satunya yang boleh dipercaya’ bisa dikatakan memiliki satu keunggulan di era disruptive ini, tidak punya pesaing!.

Tidak ada pesaing ini bisa memberi dua efek buruk: business as usual dan birokrat mindset. Business as usual selain digambarkan sebagai process business yang begitu-begitu saja, standar, seperti biasanya, tidak ada perubahan, juga digambarkan sebagai manajer-manajer (sebut saja pimpinan) yang memimpin di dalam peradaban baru di zaman yang terus berubah cepat dan dinamis dengan cara-cara yang lama. Cara seperti memaksakan kehendak mewajibkan seluruh pegawai menulis, -entah apakah benar demi RB atau semata demi sesuatu yang lainnya- adalah cara lama yang kadaluarsa. Kata Cinta kepada Rangga, “udah basi!”. Ini bukan lagi zaman romusha atau orde baru di mana segala sesuatu harus dipaksakan dan jika tidak dilakukan mendapatkan hukuman!.

Sementara Birokrat Mindset menurut Rhenald Kasali digambarkan sebagai lawan dari Korporat Mindset. Sebagaimana kita ketahui, birokrat mindset pada umumnya kaku, terpaut pada jam kerja, menunggu dan bukan jemput bola, kurang kreatif, kurang daya dobrak, takut menyaksikan perubahan, tidak punya terobosan. Bagi seorang birokrat mindset strategi hanya direspon sebagai suatu perintah yang mati dan tertutup, strategi adalah perintah sehingga gagal atau berhasil bukanlah sesuatu yang harus dipikirkan.  Cukup dijalankan saja sehingga menutup diri dari kreativitas. Manusia ber-mindset birokrat juga umumnya tidak melihat media sosial sebagai alat untuk menangkap aspirasi, melakukan komunikasi, alat bantu bekerja serta alat untuk engagement dan berinovasi.

Memasuki Tahun 2019, masa yang tepat untuk menumbuhkan kembali harapan, impian dan cita-cita wajah BPS ke depan yang diharapkan mampu menjadi penyedia data yang cepat, tepat, akurat.

Ini bisa dimulai dengan mereform manajerial dengan tidak lagi menggunakan gaya kepemimpian lama yang cenderung memaksa dengan ancaman, membuat stres dan tertekan bawahan, mempersempit gerak dan hanya mengejar ‘grafik hijau 100 persen’ demi prestise ‘tercepat-terbaik dan ter-lainnya’. Sebab itu bukan esensinya. Esensinya harus dikembalikan kepada ‘selesai tepat pada waktunya dengan kualitas terbaik’. Esensinya harus dikembalikan kepada, ‘bagaimana menampilkan lembaga yang menghasilkan data terpercaya, dan akurat’.

Reformasi Birokrasi dijalankan dengan manusiawi, menggunakan prinsip passion-mission-profession yang saya sadur sedikit dari konsep Jepang soal Pekerjaan dan Passion. Saat seseorang melakukan sesuatu yang ia cintai dan kuasai, itu dinamakan passion. Jika passion yang dilakukannya sesuai dan dibutuhkan banyak orang, itu dinamakan mission. Jika seseorang telah melakukan passion dan mission dan mendapatkan bayaran karenanya, itu dinamakan profession. Irisan dari ketiganya, yakni seseorang yang melakukan sesuatu yang ia cintai, ia kuasai, dibutuhkan banyak orang, dan mendapatkan bayaran karenanya, maka ia akan menumbuhkan rasa senang, semangat, nyaman, juga menghasilkan.

Passion setiap pegawai tentu berbeda dan unik, tidak bisa disamaratakan. Tidak semua harus dipaksa menjadi penulis, meskipun menulis itu prestisius, misalnya. Setiap passion akan memegang perannya masing-masing menuju mission yang diimpikan. Hal ini akan berdampak sangat baik pada pembentukan lingkungan kerja yang sehat, nyaman, menyenangkan dan menggembirakan. Yang pangkalnya nantinya akan melahirkan kualitas hasil pekerjaan yang memuaskan.

Perubahan juga harus dilakukan pada tataran mindset. Tradisi dan karakter lama harus berganti menjadi tradisi baru yang terbuka, menerima setiap perubahan, mau terus belajar, memberi gerak pada kreativitas dan karya, serta memberi ruang sokong yang baik pada setiap ide baru, gagasan baru dan dobrakan baru.

Jika sudah seperti ini,  saya yakin, wajah perstatisikan BPS ke depan, akan cerah secerah harapan kita semua, “penyedia data statistik terpercaya untuk semua”.  Selamat datang Tahun 2019! Pengharapan baik kami semua menyertaimu. 
Salam!.


You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



1 komentar

  1. As a college essay writing service, it's important to understand the needs and expectations of college students when it comes to academic writing. This includes the importance of proper research, strong thesis statements, and clear organization and structure in their essays. Additionally, it's important to ensure that the essays are free from plagiarism and follow academic standards and guidelines.

    ReplyDelete