Quran

-11- Mau Sukarela Masuk Neraka atau Dipaksa Masuk Surga?

Thursday, September 29, 2011

Sungai Kayan, Bulungan

               Banyak yang bertanya pada saya tentang motivasi. Apa yang harus saya bangun agar saya punya motivasi menghafal alquran? Maka saya balikkan pertanyaan itu, kurang apa Alloh memberi motivasi kepada kita? Alloh berikan kemuliaan tertinggi bagi penghafal quran, Alloh jadikan kedudukannya  bersama malaikat yang mulia lagi taat, Alloh jaga hati dan dadanya ketika di dunia, alloh lekatkan predikat padanya “Manusia Pilihan” Ahlul Quran Ahlulloh, penghafal quran adalah sebaik-baik manusia, siapa yang dekat/bersama dengan Quran maka ia adalah keluarganya Alloh, alquran memberikan janji pahala yang melimpah, Alloh hadiahkan mahkota indah pada kedua orangtuanya ketika di akhirat, hadiah terbaik dan paling berharga bagi anak untuk kedua orang tuanya.


                  Saya begitu sibuk, saya merasa tidak sempat, tidak mampu, apa yang harus saya lakukan?....

Saya pun dulu berfikiran demikian, saya berfikir mampukah saya, dengan kondisi saya seperti ini untuk menghafalkan Alquran?  Namun ternyata, Alloh memudahkan saya menghafalnya di tengah-tengah kesibukan kuliah saya. Saya tetap beraktifitas seperti biasa, saya kuliah di pagi hari, mengajar di sore hari dan saya bisa menambah hafalan 1 hari I lembar. Sungguh, janji Alloh itu pasti, Alloh memudahkan Alquran untuk siapa saja yang mau membacanya, menghafalnya, mengkajinya dan mengamalkannya. Alquran sama sekali tidak mengganggu aktivitas saya, Alquran justru hanya mengganggu waktu melamun saya, waktu menonton saya, waktu ngobrol saya dan waktu untuk hal yang sia-sia dan tidak berguna.



                    Bagaimana dengan niat? Selama ini saya menghafal hanya karena terpaksa, hanya karena lembar mutabaah pekanan, hanya karena tugas, hanya karena tekanan guru mengaji saya…ketika kita ingin bershodaqoh, kalau menunggu ikhlas, saya jamin kita tidak akan pernah sempat bershodaqoh. Paksakan saja dulu untuk bershodaqoh, setelah itu baru belajar untuk ikhlas. Paksakan diri dulu untuk menghafalkan Alquran, belajar ikhlaslah kemudian. Bersyukurlah kita jika kita diberi target oleh ustadz/ustadzah kita, sebab kita ini belum bisa membuat target.  Semua ada tingkatan-tingkatannya, bagi pemula, mereka hanya menjalankan kewajiban karena terpaksa, setelah itu barulah naik menuju tingkatan orang-orang yang ikhlas, insyaalloh….


                   Bukankah yang terpenting adalah mengamalkan? Kalau kita bisa mengamalkannya kan tidak perlu menghafalkan? Saya yakin, mereka yang melontarkan kalimat-kalimat seperti itu pastilah orang yang MALAS belajar Alquran, yang hafalannya tidak juga bertambah, yang bacaannya biasa-biasa saja bahkan di bawah standar. Mengamalkan itukan perlu pemahaman. Proses memahami adalah dengan banyak membaca, membacanya pun harus dengan baik dan benar….


                  Saya sudah mencoba menghafal, tapi sulit sekali. Bahkan dari ramadhan ke ramadhan jus 30 pun belum khatam, bagaimana saya harus menghafal sementara seringkali pekerjaan-pekerjaan saya membuat saya lelah dan penat? Itulah penyebabnya, seringkali kita menempatkan Alquran di bagian sesempat-sempatnya, sedapat-dapatnya, secukup-cukupnya, merasa masih banyak waktu, merasa masih ada hari esok, kalau begitu, kapan sempatnya? Kapan dapatnya? Kapan selesainya? Maka tidak ada hal lain, jika ingin serius mendapatkan kedudukan tertinggi di mata Alloh, tempatkan Alquran di bagian terpenting dalam hidup kita. Berikan waktu khusus untuk Alquran di waktu terbaik saat kita sehat, kuat dan prima. Setelah sholat subuh misalnya: saat kita belum memulai aktivitas apapun dan kondisi badan fit, berikan waktu 30 sampai 60 menit setiap harinya khusus bersama Alquran. Kemudian buat target waktu secara eksak, kapan hafalan ini harus saya selesaikan, I hari, 1 minggu, 1 bulan atau 1 tahun.  Ingatlah, prinsip “Kalau Sempat” dijamin tidak akan berhasil.


                  Ada kalanya semangat menghafal saya begitu menggebu, adakalanya saya sama sekali tidak menghafal, bagaimana kiat agar saya senantiasa istiqomah menghafalkan Alquran? Jangan pernah mentolerir 1 pelanggaran. Saat kita sudah menetapkan waktu bersama Alquran, jangan pernah mentolerir kealpaan kita bersamanya oleh penyebab apapun. Malas, sibuk, sakit, urusan mendadak atau apapun. Sekali kita tolerir, maka tunggulah ketidakistiqomahan sesaat lagi akan menjemput. Sesungguhnya orang-orang yang berguguran/tidak istiqomah itu berproses, contohnya dalam sebuah halaqoh, awalnya terlambat 5 menit, pekan depan 20 menit, pekan depan 30 menit, pekan depan tidak hadir alasan sakit, pekan depan tidak hadir alasan deadline tugas, pekan depannya lagi tidak ada keterangan, lama-lama menghilang dan tidak pernah datang. Jadikan kealpaan sebagai bentuk hutang, jika punya hutang itu berarti wajib di bayar...



                   Saya tidak punya lingkungan yang mendukung, tidak ada lembaga, sedikit sekali orang yang peduli dengan Alquran, apa yang harus saya lakukan? Selama ini, kita selalu berharap di bina, berharap ada yang mau mengarahkan, berharap ada orang-orang yang mengajak, sementara kewajiban untuk itu sesungguhnya berasal dari diri kita sendiri. Maka mulailah…. Tidak perlu terus menunggu….


                      Tapi saya masih merasa kesulitan. Bagaimana tips praktisnya? Kebanyakan dari kita menginginkan hasil yang instan, memuaskan namun tidak mau menjalankan prosesnya. Sepraktis-praktisnya cara tetap saja butuh proses. Paksakan diri untuk memulai dulu, datangi ustadz/ustadzah penghafal Alquran, jalani prosesnya…..sekarang  tinggal pilih, mau sukarela masuk neraka, atau dipaksa untuk masuk surga…


Wallohu a’lam bish Showab



“sesungguhnya kajian-kajian keislaman seperti ini dulu di Jakarta begitu mudah saya dapatkan. Mau pilih tema apa, mau dengan ustadz yang mana, mau belajar apa, seminggu 3 kali, setiap hari pun bisa. Subhanalloh, anugrah luar biasa dari Alloh, di kota ini, rasanya baru bisa mendapatkan ini setelah berbulan-bulan, sekali setahunpun belum tentu. Tulisan ini adalah catatan saya dari materi pertama,  Dauroh Alquran selama 4 hari bersama Ustadz Arham bin Ahmad Yasin, Lc, MH Al-Hafidz,  Jumat, 12 Agustus 2011 di TKIT Qurrota A’yun dan SDIT Cendekia Taka Tanjung Selor Kota Ibadah. Beliau kelahiran 1983, memiliki 2 anak, Khatam Quran dan sudah memiliki sanad ilmu tajwid, mulai menghafalkan Alquran ketika kuliah, D1 komputer, DII bahasa arab, S1 Lipia, S2 jurusan hukum UI. Beliau juga termasuk salah satu pengajar Alquran di lembaga Bimbingan Alquran Al-Ustmani Jakarta

You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



0 komentar