Cinta

-8- Mencintai Pasangan Sepenuh Hati

Thursday, September 08, 2011


“Rin, aku sudah tawarkan mas Rizqi
untuk menikah lagi...”

Mbak Husna (sebut saja demikian),
siang itu menghubungi saya dengan nada serius. Saya baru mengenalnya, belum
lama ketika sampai di kota ini, di Tanjung Selor Kota Ibadah, Kabupaten
Bulungan. Sudah hampir lebih dari 10 tahun pernikahan, mbak Husna dan suaminya
belum dikaruniai anak.

“terus, gimana tanggapan dari mas
Rizqi mbak?”,

“mas Rizqi gak mau. Padahal
sayangkan, aku sudah ngasih lampu hijau...”



Tidak tahu harus berkata apa-apa
lagi, saya bahagia mendengarnya. Tapi kalimat mbak Husna setelah itu, begitu
menyentuh saya,

          “Mas Rizqi bilang sama aku, “mas sudah sangat bahagia hidup bersama kamu,
kalaupun mas menikah lagi, belum tentu hidup mas akan sebahagia hidup bersamamu...”.

          Jawaban klise, ya…kalimat yang diucapkan mas Rizqi memang terdengar klise, namun
kalimat tersebut tidak serta merta muncul begitu saja, ada kekuatan luarbiasa
yang telah mendorongnya. Saya yakin, kalimat yang diutarakan mbak Husna pun
sama, 'meminta suami untuk menikah lagi', bukan sebuah ungkapan ringan
yang tiba-tiba dapat keluar begitu saja, ada cinta yang penuh disana, cinta
yang seluruh, cinta yang tidak lagi berbatas pada aspek kepemilikan fisik dan
jiwa pasangan.

          Subhanalloh, Saya kembali mengingat kehidupan mbak Husna dan suaminya, bagaimana ketika mbak
Husna harus menghadapi ujian adanya orang ketiga, ketika tidak pula kunjung
mendapatkan anak, ketika suaminya tersandung kasus, ketika sang suami
mendapatkan kecelakaan, ketika terseok-seok karena masalah keuangan, sampai
pada perbedaan cara pandang.

          “Alhamdulillah Rin, sejak kami sama-sama belajar agama, mulai mengenal Alloh, belajar quran, kami
mulai jatuh cinta lagi, dan kehidupan rumah tangga kami semakin baik dan damai….…”.
ternyata, kekuatan luarbiasa, cinta penuh itu lahir dari cinta yang hakiki
ini….

***

Cinta adalah sebuah anugrah terhebat
yang pernah ada. Ketika dua orang manusia telah dipersatukan dalam bingkai
pernikahan, maka cintalah yang kemudian mengikatnya. Cinta tidak serta merta
tumbuh dengan lebat, cinta membutuhkan perjuangan dari mulai menanam, merawat,
menjaga dan memelihara. Seorang istri seperti pakaian bagi suaminya, dan
seorang suami seperti pakaian bagi istrinya. Maka keduanya saling membutuhkan,
ketika kita membuka aib suami, maka sama artinya dengan membuka pakaian kita,
membuka aib kita. Cinta bukan hanya saat senang, saat masih sama-sama sehat,
saat masih sama-sama muda, saat masih sama-sama kaya, justru cinta akan
terbukti ketangguhannya ketika sudah diuji. Ketika pasangan kita sakit, di saat
pasangan kita jatuh miskin, di saat pasangan kita tersungkur, di saat pasangan
kita di hujat, di hinakan, di fitnah. Betapapun, peliknya permasalahan rumah
tangga, jika sedari awal kita telah meletakkan cinta di tempat yang tepat, maka
cinta akan terus mengikat, sehat dan terjaga….


wallohu a'lam bisshowab
tanjung selor kota ibadah,
sya'ban 1432 H

You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



0 komentar