Cinta

-96- [Bukan] Virus Merah Jambu

Thursday, December 27, 2012


Gambar dipinjam dari: sini
Bismillahirrohmanirrohim.

Seperti siklon tropis yang menyatukan pusaran angin, hujan dan badai petir dalam suatu wilayah yang tertutup. Hatimu berdegup, nafasmu terengah, jiwamu menengadah. Lepas, namun terarah. Bergejolak, tetapi juga tak pelak.
"Antum kenapa berani sekali datang ke ana?"
Itulah kalimat pertama yang meluncur dari bibirnya. Seorang gadis 'bintang kampus' yang seringkali menjadi bahan topik utama pembicaraan kawan-kawan sejawatnya. Akhwat Ring 1, katanya. Sebutan untuk akhwat idola nyaris sempurna, memenuhi semua kriteria dambaan ikhwan, sholehah di atas rata-rata.

###

Seperti Oasis Chebika di Tunisia atau Oasis Timia di Nigeria. Hatimu berdesir pelan, tersengat syahdu alunan lagu. Seolah taman-taman subur diantara pohon palem itu, juga aliran deras air itu, jatuh mengenai ubun-ubunmu. Mulanya satu-satu, lalu tiba-tiba menjadi seribu. 

Nadhor untuk pertama kalinya, katamu. Dengan dia, Ikhwan Ring 5, katamu. Sebutanmu untuk ikhwan yang tak begitu populer, nyaris tak pernah masuk dalam daftar pembicaran akhwat, tak dikenal, tak dipandang, benar-benar jauh dari perkiraan. 
"... karena itu, ana yakin, bahwa visi misi ini sanggup terwujud dengan apa yang anti miliki"
Tetapi kehadirannya, sungguh menenangkan.
###

Fikiranmu melayang, sejauh kepak sayap burung-burung tingang. Kau biarkan dirimu bersandar, di pohon-pohon tinggi saat mentari akan terbenam. 
Kini ia bertanya tentang cinta,
sesuatu yang tak jua kau tahu
sementara
seperti apa rupanya
Lalu tak lama, ia menggoreskan tinta. Menggambar bentuk lingkaran, dan bukan segitiga. Membaginya menjadi beberapa bagian-bagian. Bagian merah jambu, katanya, itu porsi cinta terbesarnya. Disitu, ia tuliskan sebuah nama, yang ternyata tak asing.

"Itu bukan namaku",

Kemudian ia menarik garis lagi. Bagian merah muda, katanya, itu porsi cinta keduanya. Disitu, ia tuliskan kembali sebuah nama, lagi-lagi tak asing.

"Itu bukan namaku",

Matamu haru, berbinar menunggu, ketika tiba waktumu, bagianmu yang diberinya warna abu-abu. Menyempil kecil, terdesak oleh bagian-bagian yang berwarna terang benderang.

"Ah, itu aku", katamu tersipu.
###

Kelak, kita akan lebih banyak berbicara tentang cinta. Cinta tanpa definisi, cinta yang absurd, cinta yang abstrak, cinta yang abu-abu. Seperti ketika engkau tiba-tiba berada di dalam kegelapan, mati lampu. Bukan tajamnya kedua mata yang akan membantu, ataupun cemerlangnya otak yang akan menuntunmu, menuju tempat yang hendak engkau tuju. Tidak! bukan dari keduanya. Tetapi disini, di tempat yang seringkali engkau tinggalkan tak berpenghuni. Disini, dekat sekali. Ya, itu memang dia, mata batinmu. 

Seharusnya,
dan memang sebaiknya begitu,
mata batin menjadi kawanmu dalam memahami manisnya cinta. Saat mata mulai buyar dalam memandang, saat perasaanmu menjadi begitu lemah dalam menghadang, saat hembusan-hembusan syaithan terasa indah merasuki gendang, seharusnya ia sudah bersiap siaga, 
membantumu.


Hingga tak perlu beramai-ramai orang-orang akan mengatakan bahwa dirimu, telah terjangkit virus merah jambu. Cinta terlampau indah untuk dinamai menjadi virus. Cinta adalah anugerah yang Alloh berikan, padamu. Cinta hanya mengenal keindahan. Cinta hanya mengenal kesenangan. Cinta hanya mengenal kebahagiaan. Untuk itu, cinta, seperti apapun wujudnya, selalu menuju pada kodratnya, selalu menuju tabiatnya. Cinta selalu ingin memiliki. Cinta selalu mensyaratkan kepemilikan. 

Ah, adakah seorang pecinta bunga,
yang tak memiliki bunga?

Ah, adakah seorang pecinta buku,
yang tak memiliki buku?

Ah, adakah seorang pecinta kucing,
yang tak memiliki kucing?

Lalu mengapa, harus bertahan dengan kalimat bahwa cinta tak harus memiliki?

Sedang cinta, karena indahnya, telah membawamu seolah sedang mencicipi Maqomul Amin. Cinta, karena digdayanya, telah berhasil mengobarkan Himmatul Aliyahmu, menyentik Khoirul Azzammu. Cinta, telah berhasil membawamu pada kerasnya usaha, besarnya perjuangan untuk mendapatkan apa yang sedang engkau cintai.

Tetapi cinta, duhai para pencinta!
Juga bukanlah cerita cengeng seperti dalam kisah-kisah lampau yang kini tak lagi sesuai dengan zamanmu. Biarlah 'Qois' Majnun (gila) karena cintanya yang tak sampai pada Laila di zamannya saja. Biarlah Romeo dan Juliet mati tanpa arti dalam cinta semu di zaman itu saja. Biarlah Hayati dan Zainudin yang kisah cintanya menderu haru, di zaman yang lalu saja. 

Kini cintamu, duhai para pencinta!
Tak layak mengikut zaman yang telah lewat, kala lampu tak mudah ditemu, saat surat masih marak di arak. 

Kini cintamu, duhai para pencinta!
Seharusnya berlogika. Ibarat bumi yang membutuhkan langit, ibarat malam yang bertemu siang, ibarat kanan yang berdampingan dengan kiri. Begitulah cinta, yang karena sifatnya, selalu ingin memiliki, maka semestinya cinta yang demikian berkawan dengan logika. Agar cintamu berimbang. Agar cintamu bermakna. Agar cintamu tak membuatmu mati tanpa meninggalkan maslahat.

Agar engkau tak lagi berduka karena cinta yang tak berbalas, 
seharusnya, 
Agar engkau tak menggunakan seburuk-buruknya cara untuk memaksa cinta datang
semestinya,
Agar engkau tidak dengan mudah menuhankan cinta yang belum halal
Agar engkau tak dengan mudah berbaur lintas batas
Mengumbar senyum, mengumbar gambar, mengumbar kata-kata, mengumbar aktivitas, 
mengumbar risalah hati, mengumbar diri, 
Di dunia yang kini telah berganti zaman, 
di zaman baru, 
dimana masing-masing manusia tak lagi diharuskan berjejalan 
saling bersalaman ketika bertemu 
lalu menanyakan kabar

Inilah zamanmu, duhai para pencinta!
dimana tanpa melihat 
masing-masing manusia tanpa malu 
dan tanpa ragu
saling berolok-olok
saling berhaha haha
terang-terangan di dunia tanpa tatap muka
melanggar batasan ikhtilat

Inilah zamanmu, duhai para pencinta!
dimana logikanya, 
bahwa cinta terlampau agung untuk dinisbatkan hanya kepada kepemilikan
bahwa cinta memiliki itu harusnya jauh lebih rendah dibanding cinta kepada Pemilik Cinta itu sendiri,
yakni, 
Robbmu.


Maka, dizaman yang baru ini, duhai para pencinta!
Seperti hidup dalam kegelapan yang tiba-tiba, mati lampu. Bukan tajamnya kedua mata yang akan membantu, ataupun cemerlangnya otak yang akan menuntunmu, menuju tempat yang hendak engkau tuju. Tetapi ketajaman mata batinmu yang akan menuntunmu agar  tetap berpegangan pada sisi-sisi dinding yang benar, agar tetap berpijak di atas lantai-lantai yang kokoh.

Seperti ketajaman pisau yang menuntut agar senantiasa diasah. Mata batinmu pun begitu,  jangan terus-terusan diabaikan tanpa penghuni.  Mata batin perlu diasah menggunakan buku. Bukan sembarang buku, yang hanya akan membawamu pada angan-angan semu. Buku petunjuk, buku penuntun, buku nasihat, buku penguat, buku obat. Buku di atas buku-buku. 


Wallohu a'lam. 






Keterangan tambahan:

1. Siklon tropis:
Dalam meteorologi, siklon tropis (atau hurikan, angin puyuh, badai tropis, taifun, atau angin ribut tergantung pada daerah dan kekuatannya) adalah sebuah jenis sistem tekanan udara rendah yang terbentuk secara umum di daerah tropis. Lebih lanjut bisa dilihat: disini


2. Oasis :
Oasis adalah daerah di padang pasir yg berair cukup untuk tumbuhan dan permukiman manusia. Oasis Chebika dan Oasis Timia adalah dua diantara Oasis-oasis terindah sekaligus obyek wisata di dunia.

3. Nadhor :
Nadzor adalah melihat calon pasangan suami/ istri sebelum diadakannya khitbah yang dianjurkan dalam islam. Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Al-Mughiroh bin Syu'bah dimana Rosululloh SAW pernah bersabda kepadanya sewaktu ia meminang perempuan.
“ Lihatlah dia lebih dahulu, karena nantinya akan lebih melanggengkan mawaddah dan kasih sayang antara kalian berdua”. Dan banyak hadits serupa yang menganjurkannya. 

Nadhor boleh dilaksanakan jika sudah ada tekad untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan dengan ditemani mahrom (tidak boleh hanya berduaan). Jika semata-mata hanya untuk coba-coba atau karena suka saja, maka nadhor hukumnya HARAM, karena asal hukum nadhor adalah HARAM.

4. Burung Tingang
Burung Tingang merupakan satwa langka yang terdapat di hutan rimba Kalimantan. Tercatat sebagai keturunan burung yang hidup sejak ribuan tahun lalu. Sejak lama burung tingang memang sudah menjadi salah satu burung yang “dipuja” dibanyak kebudayaan kuno, termasuk suku Dayak di Kalimantan. Burung tingang pada beberapa kebudayaan kuno menjadi bagian ritual religi yang melambangkan kebebasan, kesucian dan mithologi. Selengkapnya baca: disini

5. Maqomul Amin
Nama lain dari surga. Lihat QS Addhukhon: 51

6. Himmatul Aliyah: cita-cita yang tinggi/mulia

7. Khoirul Azzam: sebaik-baik tekad











You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



0 komentar