Parenting

Berbagi Cerita Pengalaman VBAC (Vaginal Birth After Caesarean)

Monday, June 20, 2022


Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ 

"Segala puji hanya milik Allah yang dengan segala nikmatNya segala kebaikan menjadi sempurna." 

أُعِيْذُكَ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ 

"Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari semua godaan setan dan binatang pengganggu serta dari pandangan mata buruk." 

Alhamdullilah, biidznillah

Telah lahir puteri kami melalui persalinan normal (VBAC) di UK 39 W 4 D 

Hari : Senin, 06 Juni 2022

Pukul : 09.04 WITA

Tempat : RS Hermina Balikpapan

Penolong persalinan: dr. Ida Pramayanti, Sp.Og

Bb: 3,2 lebih besar dari kakaknya 2,8 kg. 

Panjang: 49 cm

Jenis kelamin: Perempuan 

Jarak kehamilan: 16 bulan

Jarak kelahiran: 25 bulan 

Riwayat SC sebelumnya: kembar (gemeli) dengan posisi sungsang keduanya. SC terencana di usia 38 W.

Birth story

Sabtu malam, 04 Juni 2022, pukul 22.00 WITA mulai merasakan kontraksi. Sudah tidak bisa tidur sampai pagi karena kontraksi makin intens sampai besok pagi. Cek di aplikasi, sudah 5-1-1. 

Siang pukul 14.00 wib (05 Juni 2022) inisiatif cek bukaan ke bidan dekat rumah karena mulai tidak nyaman dengan rasa mulesnya. 

Saat dicek ternyata baru bukaan 1. 

Malam hari, kontraksi semakin kencang dan semakin nyeri. Interval makin dekat. Pukul 22.00 bergegas ke IGD RS dengan tingkat kepedean kayaknya sudah masuk fase aktif, antara bukaan 5-6 😅. 

Ternyata ketika dicek masih bukaan 1 🥹. 

Dokter yang menangani saya menahan mengingat riwayat saya sebelumnya SC dan mendekati HPL. 

Sempat khawatir tak berhasil VBAC karena sudah masuk RS di pembukaan awal, tapi mau pulang lagi sudah tidak kuat dengan sakitnya kontraksi 🥺. 

Semakin malam sakit semakin tak tertahankan, makin rapat dan intens, sudah seperti tidak ada jeda. Sudah tidak bisa ngobrol, makan minum dsb. Tapi dipaksa makan kurma sedikit-sedikit dan madu di sela kontraksi oleh suami. Napas buyar, sudah tidak enak baring dan duduk, jadi semalaman saya berdiri. 

Tengah malam cek bukaan lagi, ternyata dengan sakit yang luar biasa, baru bukaan 2. 🥺

Pukul 04 pagi, di cek lagi baru bukaan 3. Padahal rasa sakit makin bertambah-tambah. 

Pagi (06 Juni 2022) pukul 06.00 di cek kembali baru bukaan 4. 🥺

Sementara kondisi saya luar biasa rasanya gak tahan menikmati gelombang cinta yang semakin bertambah-tambah. 

Di situ suami sudah nawarin re SC lagi kalau memang gak kuat. 

Dokter visit pukul 7 pagi. Di cek juga masih bukaan 4 menuju 5. 🥺

Beliau juga sudah menyerahkan keputusan ke kami jika memang tidak kuat silakan memutuskan re SC. 🥺 

Tapi saya jawab, coba dulu dok, sudah hampir 5. Rasanya ya Allah 🥺 dengan bukaan yang rasanya lambat di mana saya membandingkan teman kamar sebelah di fase laten masih bisa ngobrol, aktivitas, makan minum dll beda dengan saya yang sudah kayak mau dekat lahiran 🥺. Antara yakin gak yakin kuat apa tidak. 

Namun entah, di sini tiba-tiba saya merasa kuat lagi. Mengingat kembali niat, tekad, dan persiapan yang telah dilakukan selama hamil menuju hari persalinan ini. Mulai kembali menata hati dan keyakinan ke Allah. Mulai atur napas dibimbing suami dan bidan, mengencangkan sabar dan ikhlas, menikmati rasa tidak nyaman dengan senyuman, membayangkan adek bayi. 

Dari sini, kontraksi terasa makin menguat, air ketuban mulai pecah, begitupun dengan darah mulai keluar banyak. 

Masyaallah kuasa Allah pukul 8.30, Bidan jaga menyatakan siap buat lahiran. 

Di kala itu, rasa mengejan sudah sangat kuat.  

Dapat ujian lagi, diminta tahan ngejan nunggu dokter datang. Rasanya subhanallah 😅. Nunggu dokter hampir setengah jam dengan kondisi dorongan mengejan sudah datang bertubi-tubi tapi harus ditahan. 

Alhamdulillah pukul 08.50 dokter datang dan bayi lahir pukul 09.04 🥺.

Bonus: obras perinium. 😅 Tanpa ba-bi-bu dokter membantu jalan lahir dengan gunting-gunting. 🤭. 

Alhamdulillah Allah beri kesempatan bisa melalui proses persalinan alamiah sesuai fitrah, ibu bayi sehat dan selamat. ❤️

Ikhtiar VBAC

Keinginan VBAC muncul setelah persalinan pertama. 

- Niat ingin mendapatkan keridaan Allah dengan memperjuangkan persalinan alamiah sesuai fitrah penciptaan, melalui satu2nya jalan lahir yang Allah ciptakan. 

- Ikhtiar menjaga tubuh (terutama kesehatan rahim) sebagai salah satu amanah dari Allah. Di sini saya memahami dengan benar risiko sesar berulang serta besarnya peluang kelahiran normal setelah sesar. Selain itu, saya juga memahami dan menyakini berbagai kebaikan dan manfaat persalinan normal. 

Ikhtiar: 

Trimester pertama

1. Mulai trimes pertama mempersiapkan nutrisi: 

- Konsumsi kurma 7 butir/hari

- Minum madu, minyak zaitun 2 sdm/hari

- Konsumsi gamat, Spirulina

- Vitamin hamil

- Makan minum sehat bergizi

- Memperbanyak sayur dan buah

- Menghindari tepung, minyak, gula, makanan minuman ultra proses, msg, dan jajanan tidak sehat. 

- Minum air kelapa muda setiap hari 

Sempat divonis blighted ovum oleh dokter di usia 7 Minggu, dan diberi jadwal kuretase. Namun saya pertahankan (tidak ke dokter hingga usia bayi kira2 14 Minggu dengan push doa, keyakinan, nutrisi, asam folat dll) serta memperbanyak istirahat. Alhamdulillah bayi berkembang dan tumbuh sehat 🥺. 

2. Rutin jalan kaki setiap hari minimal 15 menit. Di trimes pertama belum banyak olah fisik karena kondisi mual muntah. 

3. Memperbaiki ibadah harian. 

Trimester kedua

1. Nutrisi masih sama dengan trimester pertama. Ditambah memperbanyak asupan protein dari telur, ikan, dan daging. 

2. Ikut puasa Ramadan selain dengan niat ibadah, juga untuk mendapatkan berbagai manfaat kesehatan untuk tubuh.

3. Jalan kaki minimal 1 km sehari. Yoga/senam minimal 1 kali sepekan. 

4. Ikut berbagai komunitas support VBAC diantaranya Cerita VBAC, Pejuang VBAC, D Maryam, Persalinan Maryam asuhan Bidan Mugi, dll. 

5. Menonton/membaca kisah sukses VBAC atau video proses persalinan normal minimal 1 kali sehari. 

6. Menambah ilmu tentang kehamilan dan persalinan minimal sekali sepekan melalui kelas daring ataupun dari berbagai akun seperti Bidan Kita, Bidan Neny, bidan kriwil, dll. .

7. Push ibadah harian. Merutinkan Dhuha, tahajud, tilawah, istighfar, bacaan tasbih, sedekah harian. 

Trimester Ketiga

1. Karena posisi sebagai ASN, saya mulai ambil cuti satu bulan sebelum hpl agar bisa fokus ikhtiar vbac. Cuti mulai diambil sejak usia 36 W. 

2. Suami mengambil cuti menemani persiapan lahiran sejak usia 38 W. 

3. Sejak usia 37 W, olah fisik sbb:

- Jalan pagi 30 menit, sore 30 menit. Saya kombinasikan antara jalan pelan, power walk, dan jalan ala PAZ Maryam. 

- Yoga/senam setiap hari

- squat 100-200 kali sehari (saya kombinasikan antara deep squat, squat biasa, dan goyang pohon kurma ala PAZ Maryam)

- merutinkan berbagai gerakan turun panggul dan optimalisasi janin. 

- Gymbal setiap hari. 

4. Induksi alami yang dilakukan:

- bekam di titik induksi

- pijat arugaan 

- pijat akupresur setiap hari

- pijat oksitosin setiap hari

- terapi moxa pagi dan malam

- rebozo pagi dan malam

- Hb setiap hari. 

- konsumsi buah-buahan setiap hari untuk induksi alami seperti nanas, kiwi, dll. 

- latihan napas tiap hari. 

- konsumsi EPO 1 kapsul/hari, dimasukkan di jalan lahir 1 kapsul/hari. 

5. Mematangkan birth plan, sudah menentukan penolong persalinan dan RS yang dituju.  

6. Mengoptimalkan ibadah harian, mengencangkan doa, memperbanyak salat taubat, istighfar, dan tasbih. Memperbanyak tilawah sebagai salah satu ikhtiar olah napas. 

7. Meminta restu dan doa orang tua. 

8. Berkomunikasi dengan janin untuk berjuang bersama. 

9. Berjuang dan berdaya bersama suami.

10. Ikhtiar didampingi doula online bersama Bidan Mamalia dari D Maryam. 

~

Dengan persiapan seperti ini, subhanallah ternyata ketika hari H persalinan, tetap saja ada yang buyar dan tetap saja ternyata belum bisa sesantai dan senyaman mungkin menikmati kontraksi. Apalagi jika tidak dipersiapkan sedari awal.  

Pelajaran buat saya, bahwa segala sesuatu butuh persiapan yang matang, latihan dan bekal. Jadi memang harus rajin menuntut ilmu. 

Dan selalu ingat tujuan utama semua yang kita lakukan ialah mengejar ridanya Allah, dan menambah iman kepadaNya. 

Bahwa yang menyebabkan sukses VBAC bukan karena ikhtiar olah fisik, upgrade ilmu, atau ibadah kita, namun karena keridaan dan kemudahan yang Allah berikan. ❤️~

Terima kasih untuk semua teman-teman komunitas atas sharing kisah, ilmu, dan support. 🥰

Perjalanan VBAC menyisakan banyak hikmah untuk saya. 

Sejak dokter kandungan yang saya datangi menyatakan "wah ibu ini tahu kan jarak kehamilan ibu ini dekat sekali? Ini harus sesar lagi nih Bu. Nanti saya berikan jadwalnya ya."
Padahal belum sampai pemeriksaan trimester akhir. 

Saya langsung menyampaikan ke suami, "kita harus hijrah. Enggak bisa ikhtiar lahiran di sini," mengingat di kota tempat kami tugas hanya ada dua dokter SpOg laki-laki dan satu rumah sakit. Tidak banyak pilihan. 

Pilihan yang cukup tidak mudah sebenarnya, karena sepanjang usia pernikahan, LDM tidak pernah ada di kamus hubungan kami. 

Dengan status kami yang ASN, jika saya memilih lahiran tidak di tempat tugas, saya harus siap LDM sementara dengan suami. 

Pilihan pun mengerucut ke dua kota, Balikpapan atau Kendari (tempat asal suami). 

Akhirnya, bismillah kami putuskan untuk ikhtiar VBAC di Kota Balikpapan sekaligus diniatkan bakti kepada kedua orang tua saya, mengingat hampir 4 tahun belum sambang karena Corona. Masa cuti bersalin 3 bulan adalah kesempatan emas (karena akan sangat jarang saya dapatkan) bagi bapak dan ibu untuk membersamai anak dan cucu-cucunya. 

Secara psikologis, saya juga akan merasa lebih nyaman dibersamai oleh ibu kandung sendiri. 

Dokter pertama yang saya temui ialah dr. Ketut Widaya, SpOg pada tanggal 12 Mei 2022 dengan UK 36 W 1 D. Hasil pemeriksaan dengan beliau Alhamdulillah dalam kondisi sehat dan baik. Djj, air ketuban, segmen bawah rahim, kepala sudah mulai masuk panggul dengan posisi optimal. Saya bertanya kemungkinan persalinan normal, beliau menjawab dengan sangat positif, "insyaallah bisa Bu, aman ini." 

Aura saat berbincang dengan beliau sangat positif dan menenangkan. Jujur, ini menambah rasa percaya diri saya. Rekomendasi beberapa kenalan untuk konsultasi dengan beliau memang tepat. Selain memang beliau cukup senior sehingga punya banyak pengalaman, menurut penuturan banyak orang, beliau memang tidak "memudah-mudahkan dikit-dikit SC" dan lebih berupaya agar pasien bersalin normal. 

Saat di klinik, saya juga bertemu dengan ibu hamil kembar yang bercerita kalau dr Ketut menyampaikan bisa lahiran normal. Dalam hati saya berujar, "wah, jarang-jarang dapat dokter yang begitu." 

Sebelum sesi konsultasi selesai, dr Ketut berpesan, "kalau ibu mau saya tangani saat persalinan, di RS Hermina saja Bu, fasilitas lebih lengkap."

Nah, dari situlah, pilihan RS mulai kami tetapkan. Tentu dengan plan B, plan C, RS mana lagi yang akan kami tuju. 

Tanggal 14 Mei 2022 (UK 36 W 3 D) seperti ada dorongan dari hati, untuk ikhtiar mencoba mencari penolong persalinan dokter perempuan. Saya pun kembali mencari rekomendasi. Beberapa kawan menyarankan ke dokter Ida, kebetulan beliau juga praktik di Hermina. 

Salah satu aturan di Hermina, pasien akan ditangani oleh dokter yang pernah ditemui sebelumnya (mengacu pada catatan riwayat rawat jalan pasien) maka bismillah di hari itu juga (kebetulan sedang ada jadwal dr Ida) saya konsultasi dengan dr Ida. 

Allahu Akbar, respon dr Ida juga sangat positif, dengan melihat perkembangan hasil USG (saat itu BBJ masih di 2,8 kg), beliau menyampaikan insyaallah bisa upaya lahiran normal. Beliau bahkan memberikan saya beberapa peer olah fisik yang harus dilakukan setiap hari. 

Maka, itulah saya melihat proses kuasa Allah bekerja. Saya yang sebelumnya divonis harus re-SC, tiba-tiba, terasa mudah saja, menemukan dokter yang mau mensupport VBAC. 

Pesan beliau "jika sudah ada tanda-tanda, langsung via IGD saja ya Bu. Jika belum ada tanda, kembali kontrol dua Minggu lagi, kita lihat perkembangannya."

Selasa, 31 Mei 2022 (38 W 6 D), kontrol kembali ke dr. Ida, BBJ meningkat menjadi 3,2 kg. Saya sudah diberi peer untuk memperketat pola makan agar bayi tidak semakin besar. Beliau juga mulai memberi opsi untuk jaga-jaga pada pilihan kedua yakni re-SC (karena saya berencana menggunakan BPJS), karenanya saya diminta jika s.d 40 W belum ada tanda lahiran, saya harus mulai tercatat sebagai pasien BPJS dan kontrol ke poli BPJS (bukan via eksekutif seperti biasanya). 

Di sini saya bertanya, "tapi masih bisa ditunggu sampai 42 W kan dok?." "Dalam literatur saat ini, batasnya 41 Bu bukan 42 lagi." 

Lalu beliau melanjutkan, "ditunggu sampai 43 juga bisa Bu, asal ibunya yakin dan kuat. Karena semakin besar usia, bayi semakin besar. Faktor risiko semakin banyak. Ibu harus siap dengan segala konsekuensi."

"Yang lama-lama gitu, biasanya bayinya sehat-sehat aja kan dok?."

Setengah tersenyum beliau menjawab, "biasanya sih enggak Bu, bayinya harus dirawat dulu karena ini dan itu."

"Sekarang ibu harus benar-benar persiapkan diri. Karena sakitnya persalinan normal itu bukan sakit biasa." Pesan beliau di akhir perbincangan. 

Dari situ, saya merasakan bahwa beliau dokter yang memperlakukan pasien sebagai klien, tidak ujug-ujug memutuskan sendiri dan membuat ibu hamil menjadi tidak berdaya. Semua pilihan diserahkan kembali kepada pasien 

Qadarullah, belum sempat mengurus rujukan untuk kontrol kembali sebagai pasien BPJS, di UK 39 W 4 D bayi sudah dilahirkan dengan sehat dan selamat. Alhamdulilah benar-benar proses kuasa Allah. 

Kesabaran dan gaya dr Ida dalam menangani pasien nantinya teruji di hari H persalinan. 

Saat saya berada di puncak rasa sakit, dan suami mulai tidak tega. Mungkin di situ suami sempat menyampaikan ke bidan jaga atau dokter mengenai kemungkinan re-SC. 

Jawaban dr. Ida sangat menenangkan saat visit pukul 07.00 pagi, "ibu, kalau memang sudah tidak kuat, boleh kalau mau re-SC. Tergantung ibu saja."

Di situ, entah saya malah merasa mendapat suntikan semangat, dan menjadi kuat, sehingga bisa menjawab, "masih mau coba dok, sudah mau 5." "Baik, nanti kita lihat perkembangan ibu dua jam lagi ya."

Waktu itu saya merasa, "semua tergantung bagaimana saya." Keyakinan saya, nawaitu saya, kekuatan fisik dan batin saya sedang diuji. Tinggal saya saja kuat apa tidak melewatinya. 

Saat itu, atas kuasa Allah, meski saya sudah merasakan kontraksi selama hampir 2 hari 2 malam, tanpa bisa makan (berat), minum yang enak, dan tidur nyenyak. Fisik saya masih sangat prima alhamdulillah. 

Hasil lab, ekg, pantauan djj janin, air ketuban, tekanan darah, Hb, dan semuanya dalam kondisi sehat. Barangkali ini salah satu hal yang membuat provider yakin membantu upaya persalinan normal. 

Selama 2 hari 2 malam kontraksi tanpa ada jeda ataupun melemah, saya hanya mengonsumsi beberapa butir kurma (atas paksaan suami), madu, air zam-zam, dan air mineral. 

Saat mengejan pun, alhamdulillah napas saya masih kuat dan panjang. 

Saya pun teringat kembali ilmu yang saya pelajari sebelumnya, bahwa untuk ibu VBAC kemungkinan memang proses persalinan akan jauh lebih sakit dan lama. 

Di situ saya mencoba untuk lebih ikhlas menerima prosesnya, sabar menanti kemajuan pembukaannya, lebih tenang, fokus pada pengaturan napas, yakin pada Allah Sang pencipta tubuh ini, insyaallah pasti mampu melewatinya.  

Atas kuasa Allah, Alhamdulillah tidak lama, fase aktif dilalui dengan cepat sekali. 

Alhamdulillah, biiznillah, saya benar-benar merasa bahwa persalinan ini ialah antara saya dan Allah. Ujian keyakinan dan sandaran saya kepada Allah. Allah yang mampukan, Allah yang kuasakan. 

Alhamdulillah, Allah ijabah bisa merasakan persalinan normal, alamiah sesuai fitrah, dengan dokter perempuan, bisa langsung IMD dan memeluk bayi. Masyaallah sungguh sangat indah. 🥺🥰. 

Hikmah yang juga menjadi lekat untuk saya ialah bahwa seorang perempuan dengan fitrahnya dalam kehamilan, melahirkan, dan menyusui, juga keterkaitannya dengan kesehatan reproduksi, benar-benar harus menjaga apa yang dimakan dan apa yang diminumnya. 

Nutrisi sangat penting sebagai fondasi tumbuh kembang anak sejak dari kandungan hingga dewasanya. 

Apalagi saat saya hamil, saya masih dalam kondisi menyusui Kakak Kembar. Proses penyapihan baru saya lakukan 2 pekan menjelang kelahiran adik bayi. 

Berlanjut nantinya pada proses pengasuhan anak, senantiasa menuntut ilmu dan menjaga diri dalam hal-hal kebaikan juga menjadi keharusan seorang perempuan. 

Dalam persalinan kali ini, saya juga belajar bahwa Allah telah menciptakan perempuan dengan sangat sempurna. Jalan lahir telah Allah siapkan, tinggal bagaimana kita berupaya. 

Satu hal lagi, hikmah sebagai pasien riwayat pasca SC, saya benar-benar dibiarkan saja merasakan proses persalinan. Sealamiah mungkin, senyaman mungkin, karena memang pasien riwayat SC tidak boleh diberi intervensi medis. 

Tidak ada infus, tidak ada induksi, tidak ada obat-obatan, dan tidak "dipaksa" harus tiduran baring selama menunggu pembukaan. 

Akhir kata, perjalanan ini saya abadikan sebagai dokumentasi dan wujud rasa syukur. Semoga bisa turut menjadi Hikmah bagi siapa saja yang ikut membacanya. ❤️


You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



0 komentar