Parenting

Pengalaman Tetap Menyusui Eksklusif Bayi Kembar Saat Ibu Kembali Bekerja

Thursday, May 20, 2021


Bismillahirrahmanirrahim. 

Alhamdulillah, akhirnya bisa pegang laptop lagi dan melanjutkan postingan sebelumnya mengenai menyusui bayi kembar usai persalinan. 😄

Seperti ibu-ibu pekerja yang masa cuti bersalinnya akan berakhir, 😝 saya pun merasakan keresahan mengenai pemenuhan penyusuan bayi saya, apalagi ini bayinya ada dua. Ditambah kenyataan bahwa saya tidak pernah perah-perah, apalagi simpan-simpan stok sebagaimana lazimnya ibu yang akan persiapan masuk kantor. 

Bayi-bayi saya alhamdulillah atas seizin Allah menyusui ekslusif langsung dari sumbernya. 🙈 Kondisi saya saat cuti bersalin sedang di Bandung, sementara tempat tugas saya ada di Kabupaten Tana Tidung, Kaltara. Mendekati hari masuk kantor, kami tidak memutuskan kembali jauh-jauh hari, justru kami kembali ke tempat tugas mendekati hari H. Kami sampai di tempat tugas hari ini, besoknya sudah terhitung hari kerja. Alhamdulillah waktu itu terbantu dengan pemberian WFH selama dua pekan masa karantina, sehingga saya dan bayi-bayi dapat beradaptasi di tempat baru terlebih dahulu, sembari memikirkan bagaimana nasib persusuan. 🙈

Boleh baca: Trik Menyusui Bayi Kembar Saat Travelling di Musim Pandemi

Ketika masa wfh dua pekan tersebut, saya memperbanyak doa, senjata utama seorang muslim. Jujur, saya belum punya bayangan nanti bagaimana dan seperti apa. Saya tidak memiliki gambaran nanti saat saya sudah wfo, bagaimana cara menyusuinya. Namun, keyakinan saya masih sama, insyaallah saya bisa menyusui si kembar hingga tuntas dua tahun. 

Selain itu, saya juga belum ada bayangan siapa pengasuh si kembar ketika nanti sudah aktif masuk kerja. Kami kembali ke Kaltara, hanya berdua suami dan anak-anak saja. Luar biasa pokoknya mah, semua tawakkal ilallah 😀, yakin nanti Allah akan memberi jalan, dan Allah yang akan mencukupkan. 🙈. Alhamdulillah terbantu juga dengan status suami yang masih tugas belajar selama dua bulan (saat saya masuk kerja), jadi selama dua bulan itu praktis bayi-bayi ya diasuh ekslusif bersama buyanya saat saya ke kantor. 😄😘

Lalu di masa-masa belum punya arah pandangan itu, Allah datangkan sahabat-sahabat ASN saya yang berkisah tentang kesuksesan mereka full menyusui langsung hingga dua tahun. Status ibu bekerja sama sekali tidak mengurangi kesempatan menyempurnakan ibadah menyusui sesuai dengan apa yang Allah perintahkan di dalam Al-Quran. Salah satu dari mereka adalah Mbak Siti Subaidah, yang ketiga anaknya full menyusui langsung. Beliau banyak memberikan saya saran, masukan, semangat, dan dorongan bahwa insyaallah saya pun bisa. 

Waktu itu, jujur, saya belum kebayang gimana wujudnya, 😅 masih menyangkal, "ah, mereka mah bisa-bisa aja, kan bayinya satu, la ini gimana bayinya dua," astaghfirullah. 🙈 Apalagi kondisi saya waktu itu masih berurusan dengan keluhan setelah melahirkan, di mana saya tidak mampu duduk dalam waktu lama, sehingga otomatis bayi-bayi selalu saya upayakan menyusui satu-satu, agar bisa saya lakukan sembari berbaring. 

Siraman semangat juga datang dari Ustazah Hujrah Rafi'ah yang menyampaikan bahwa insyaallah pasti mampu dan dimampukan, sembari memberi contoh ASN yang telah sukses mempraktikkannya. 

Dari situ, keyakinan saya menguat kembali. Bismillah, saya yakin dengan ayat perintah Allah, dan insyaallah mampu menunaikannya. 

Masyaallah, keyakinan dan niat ini pada akhirnya memberi jalan kemudahan dan tuntunan. Untuk itu, pengalaman ini saya tuliskan, mudah-mudahan juga menularkan semangat yang sama pada ibu-ibu pekerja di luar sana. Mohon izinkan saya menyampaikan kalimat ini, "jika saya dengan dua bayi, dengan segenap ketidaksempurnaan kondisi fisik dimampukan, insyaallah dengan satu bayi akan sangat mampu." 🙏 Mudah-mudahan sharing ringan dari saya ini memberi suntikan semangat untuk menyempurnakan penyusuan ya ibu-ibu semua. 😘🙏

Keyakinan dan Doa

Tentu saja, dua hal inilah yang paling utama. Keyakinan dan doa. Keyakinan ini didasari keimanan, dipupuk dengan ilmu pengetahuan dan wawasan. Berbagai jurnal ilmiah dan pakar ilmu kesehatan jika teman-teman ingin ubek-ubek, sepakat bahwa penyusuan yang terbaik adalah menyusui langsung dari payudara ibu. Ada dua hal yang akan didapat dari proses menyusui ini (atau yang biasa dikenal dengan istilah DBF/direct breastfeeding) yakni ASI sebagai sebagai sebaik-baik asupan bayi, dan stimulasi. Stimulasi ini panjang sekali rentetannya, ya ke motorik, ya ke perkembangan otak, kecerdasan, hingga pembentukan karakter dan perasaan. Stimulasi ini tidak akan di dapatkan selain dari proses menyusui DBF. 

Air liur bayi juga memiliki desain sempurna untuk proses demand-supply ASI. Jika kita pelajari lebih dalam, maka kita akan menemukan bahwa perintah untuk menyempurnakan hingga dua tahun itu memiliki filosofi dan landasan ilmiah yang mendalam. 

Dukungan

Saat saya menuliskan ini, alhamdulillah perjalanan menyusui sudah saya jalani selama 13 bulan. Kalau saya pikirkan lagi ke belakang (flashback), saya juga punya perasaan tersendiri, agak bergidik, kok bisa ya? 🙈. 

Nah di dalam keyakinan saya, doa itu seperti perisai yang utama. Doa Nabi Nuh selalu tak luput dari lisan, saya meminta kepada Allah ditunjukkan tempat terbaik, disandarkan pada lingkungan yang mendukung. Dan alhamdulillah, Allah Mahakuasa dan pembolak balik hati ini, tiba-tiba membelokkan hati kami untuk yakin tetap mengabdi di tempat tugas sebelumnya. 

Alhamdulillah mendapatkan dukungan pimpinan dan teman-teman kerja untuk menyusui. Seperti kita ketahui, meskipun hak menyusui sudah diatur oleh undang-undang, tidak semua ibu pekerja mendapakan kemudahan untuk melakukannya. 

Jadi sekali lagi ya, pokoknya apa-apa ya doa doa dan doa. 😆. 

Saya memohon izin untuk menyusui satu kali pada jam kerja. Fyi, ini saya rada males ngubek-ubek undang-undang, teman-teman gugling sendiri saja ya. 🙈 Intinya mah, sebagai ibu menyusui, kita punya hak untuk menyusui pada jam kerja, dan itu tidak dianggap mengurangi jam kerja. 

Tapi ... tapi ya tetep we, di luar jam kerja, seringkali malam saya begadang kembali menyelesaikan tenggat pekerjaan di masa sedang banyak deadline, atau menggunakan hari libur. 😄 Ikhtiar semaksimal mungkin agar performa dalam amanah pekerjaan tetap oke. 

Mendisiplinkan Bayi

Waduh bahasanya ya, (((mendisiplinkan))). 😂

Oleh karena saya punya dua bayi, dan saya tetap ingin full dbf meski bekerja, maka saya mencoba menemukan resep formula (duh udah kayak mau bikin kue ya mak 😁), bagaimana agar jadwal menyusui kedua bayi saya bisa menyesuaikan dengan jam kerja. 

Yang pertama saya lakukan tentu saja adalah, menyamakan jadwal kedua bayi, terutama jadwal lapar dan jadwal tidur. Ini mudah dilakukan jika saya bisa aktif tandem nursing. Berhubung saya tidak kuat duduk lama-lama, bismillah susuin satu-satu gantian, dalam waktu berdekatan. 

Simulasi penjadwalan menyusui ini saya dapatkan juga hasil coba-coba, menyesuaikan tingkat kenyamanan saya dan bayi-bayi. Alhamdulillah terbantu dengan jadwal jam kantor selama pandemi yang bisa memilih dua waktu, masuk pukul 07.30 s.d 14.30, atau pukul 09.00 s.d 16.00. 

Sebenarnya, yang terbaik ya tetap susui bayi sesuai permintaan bayi. Berhubung bekerja, maka ikhtiar yang saya lakukan adalah menjadwal waktu menyusui, dengan menggunakan rumus bayi butuh menyusui maksimal dua jam sekali. Sounding kepada bayi-bayi juga aktif saya lakukan. Saya sampaikan kepada bayi-bayi, "Nak, kalau nanti di luar jam kerja, menyusuinya bebas ya Nak, semau-maunya," otomatis ya Bun, teng saya pulang kantor sampai tengah malam, duo bayi saya mengganas menyusunya 😂, nempeeel terus maunya nyusu. Alhamdulillah selama saya sudah di rumah, full waktu saya untuk mereka, jadi ya bayi-bayi bisa bebas minta kapan saja. 

Ini jadwal menyusui saat usia 3-6 bulan (saya memilih jam masuk kantor 07.30 - 14.30)

  • 06.00 - 07.00 : menyusui, biasanya saya susui sampai mereka tertidur. Jadi saat saya ke kantor mereka pulas.
  • 07.00 - 09.00 : kantor. Pukul 08.30 biasanya mereka terbangun. Buyanya mengajak mereka bermain sampai saya kembali pukul 09.00. 
  • 09.00 - 10.00   :  menyusui, di sini mereka disusui sampai tidur kembali. 
  • 10.00 - 12.00   :  kantor. 
  • 12.00 - 13.00   :  menyusui sampai tidur.
  • 14.30               :  pulang kantor. Mereka bebas menyusui sesuka hati. 

Yang saya bold itu adalah rentang waktu saya mohon izin untuk menyusui. Apakah selalu satu jam? tidak juga. Terkadang 30 menit, kadang 45 menit, pernah juga hanya 15 menit. Tergantung maunya bayi. Tapi paling lama ya satu jam. Jarang lebih dari itu. 

Apakah selalu efektif dengan jam tersebut? tidak juga. Terkadang 08.30 sudah ada yang nangis lapar, ya saya pun pulang menyusui. Saat itu terjadi, ya saya juga langsung menyusui sekalian bayi satunya lagi. Jadwal fleksibel di awalnya. Namun lama kelamaan karena bayi-bayi saya biasakan memiliki jam tidur yang sama, maka mereka pun akan punya kebiasaan bangun di waktu yang sama, lapar juga di waktu yang sama. Ini sangat membantu saya mengurus mereka. 

Ini jadwal menyusui saat masuk usia mpasi >6 bulan (saya memilih jam masuk kantor 09.00 - 16.00).

  • 06.00 - 06.30   : menyusui
  • 06.30 - 07.30  :  sarapan pagi, mandi, dll
  • 07.30 - 08.45  :  menyusui, sampai mereka tertidur.
  • 09.00 - 12.00   :  kantor. Bayi-bayi akan bangun pukul 11.00, lanjut snack - bermain- makan siang bersih-bersih sampai pukul 12.00
  • 12.00 - 13.30   :  menyusui sampai tidur. 
  • 16.00           :  pulang kantor. Di masa mpasi saya sudah bisa pulang kantor lewat dari 16.00. Bayi-bayi biasanya bangun pukul 15.30, dilanjutkan makan sore dan mandi. Saat saya pulang, biasanya mereka masih asyik bermain. Saya masih sempat mandi dan salat. Lalu dilanjutkan sesi menyusui. 
Di masa bayi-bayi mpasi, terlihat lebih longgar, dan alhamdulillah nyaris tidak ada lagi izin keluar. Alhamdulillah aman terkendali, yang penting tenggo. Teng langsung go. 😄

Di masa ini bayi-bayi juga sudah lebih aktif, banyak bermain, banyak makan, banyak minum. Menyusu juga masih kuat, hanya waktunya sudah lebih longgar karena ada makan dan minum. 😘

Oh ya jadwal-jadwal di atas, adalah jadwal saya dan bayi-bayi saya, bisa jadi berbeda ya, nanti bisa disesuaikan setelah coba-coba mana yang cocok untuk bayinya. Cari yang sama-sama nyaman, nyaman di ibu, nyaman di bayi.

Jarak Rumah

Nah, hal penting yang akan sangat menyokong keberhasilan menyusui eksklusif untuk ibu pekerja adalah jarak rumah. Semakin dekat jarak rumah dengan tempat kerja akan semakin meningkatkan tingkat keberhasilan. Ibu bisa segera menemui bayi jika ada urgensi. Namun berdasarkan pengalaman saya dengan dua bayi, jarang sekali ada izin tambahan di luar jam menyusui yang saya tetapkan. 

Kuncinya: saat di kantor benar-benar fokus pada pekerjaan kantor. Engga pakek ngobrol, engga pake ngalor-ngidul, engga pake acara buka game, engga pake buka-buka hp apalagi scrolling status orang, gercep langsung diberesin. 😄

Justru dengan seperti ini, status kita sebagai ibu menyusui tetap produktif dan efektif. Satu jam waktu menyusui di jam kerja sesungguhnya itu tidak lama, dibandingkan dengan yang kongkow-kongkow sejenak ngobrol dan buka-buka galeri. 😝

Booster ASI

Barusan saya ditanya apakah saya minum booster ASI? 

Nah, kalau yang dimaksud di sini adalah suplemen tambahan selain makanan minuman sehari-hari, saya tidak konsumsi. 

Saya fokus pada apa yang saya makan dan apa yang saya minum. Suplemen menurut saya hanyalah tambahan, jika benar-benar dibutuhkan. 

Dibanding fokus sama beli multivitamin atau bayam kapsul atau sayur kapsul, saya lebih memilih fokus pada makanan dan minuman yang saya konsumsi. 

Saya tidak makan minum kemasan, tidak makan minum yang banyak mengandung micin pengawet pewarna, menghindari makan minum produk ultra proses, banyak makan sayur dan buah. Saya juga mengupayakan kecukupan protein saya terpenuhi. Benar-benar harus dijaga, karena bayangkan saja masyaallah, kita punya makhluk yang tumbuh kembangnya bergantung pada kita. Apa yang kita berikan melalui ASI akan menjadi bagian dari darahnya, tulangnya, dagingnya, otaknya, masyaaallah, sayang banget kalau kita tidak peduli pada asupan gizi yang kita konsumsi. 

Untuk ibu menyusui, kecukupan konsumsi air minum minimal 2-3 liter harus terpenuhi. 

Saya percaya Allah telah mendesain tubuh kita dengan sempurna, selama input yang kita masukkan ke tubuh itu benar dan sehat, insyaallah cukup memenuhi semua zat kebutuhan. 

Pikiran Positif

Setelah keyakinan dan memperbanyak doa, hal ketiga yang menurut saya sangat penting adalah PIKIRAN YANG POSITIF. 

Berpikirlah bahwasanya kita mampu melakukannya. Dua tahun itu hanya sebentar. Perkara tidak bebas jalan-jalan, tidak bebas berkreasi, tidak bisa ini tidak bisa itu karena punya anak yang maunya nempel nyusu terus itu hanya SEBENTAR. GAK KERASA. 😘

Satu tahun menyusui bayi-bayi terasa sangat sebentar saat sudah dilalui. 😭

Masa tumbuh kembang anak tidak bisa terulang, sementara nanti hal-hal yang saat ini belum bisa kita lakukan karena menyusui nanti akan ada saatnya bisa dibayar di belakang. 😉

Mengurus anak terasa repot riweuh itu tergantung pikiran. Mau melihat sisi rempongnya atau mau melihat sisi bahagianya, kita yang tentukan. Menyusui pun demikian. Kalau mau fokus pada tantangan, ya banyak sekali yang sudah saya lalui, mulai dari menyusui maraton tanpa jeda sampai tantangan-tantangan yang ngegemesin kayak kena milk blister berhari-hari. 😜

Tapi semua itu rasanya sirna saat merasakan punya dua bayi yang menyusu bersamaan kanan kiri, masyaallah luar biasa kasih sayang Allah yang memberikan saya kesempatan menjadi ibu dari dua bayi di waktu yang sama. 😭

Mudah-mudahan, satu tahun ke depan semuanya lancar terus, kebutuhan menyusui bayi-bayi saya juga terpenuhi. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca ini. 😘 Boleh banget jika ada hal yang ingin di sharing kan atau sekadar ngobrolin tentang menyusui ini ya. Saya bukan konselor, hanya penyemangat untuk selalu yakin, yakin, dan yakin. 

MENYUSUILAH DENGAN YAKIN. 

Semangat buibu semuaaaaa. 😘

You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



2 komentar