Parenting

Sukses Menyusui Bayi Kembar Usai Persalinan (Kiat dari Seorang Ibu Pekerja)

Monday, March 15, 2021


Bismillahirrahmanirrahim. 

Bagaimana rasanya menyusui bayi kembar?

RONTOK, haha 😆😂. 

Rasanya tiap habis nyusuin dua bocah, seluruh energi itu kayak kesedot, berasa rontok semua kalori, langsung buru-buru makan karbo bercentong-centong, haha 😂. 

Pernah, suatu ketika, tiap habis nyusu berasa pusing banget, eh kurang darah dong. 😆 Perubahan yang paling tampak itu selama menjadi busui si kembar, SAYA SELALU MERASA HAUS. Minum sebanyak apa pun gak pernah memuaskan dahaga. Hawa-hawanya tuh kayak kering terus tenggorokan. Rasa pengin minum air segalon aja rasanya kalau bisa, SERIUS EUY 😜. 

Selebihnya, rasanya menyusui bayi kembar itu seru dan menyenangkan. 😍 Kerasa seperti hormon kebahagiaan naik berlipat-lipat, alhamdulillah, masyaallah, Allahu Akbar!. 

Apakah tidak ada tantangannya? OH TENTU SAJA ADA ESMERALDA!. ADA BANGET, ada banyak. 😝 Alhamdulillah, semua bisa terlalui, Allah beri kemudahan dan tunjukkan jalan keluar, asal kita YAKIN dan dipenuhi rasa syukur. Ingat pesan di dalam Al-Quran, jikalau kita bersyukur, insyaallah akan senantiasa bertambah nikmat, bertambah, dan bertambah. 😊

MENYUSUI DENGAN YAKIN. I

Bagi setiap muslim, urusan yakin itu wajib ain, utamanya terhadap perintah yang Allah sampaikan di dalam Al-Quran. 

Keyakinan itu sudah harus ada sebelum yang lainnya. Jikalau Allah sudah tuliskan di dalam Al-Quran, pasti itu yang terbaik dan mengandung banyak keutamaan. Ini dulu yang harus terpatri dalam hati, yakin dengan semua yang Allah perintahkan

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan...," QS Al-Baqarah(2): 233. 

Mahabaik Allah yang telah menghadiahkan aktivitas menyusui untuk ibu dan bayi tidak dalam bentuk kalimat "diwajibkan atas kalian..." namun perintah yang bersifat khabar. Para ulama fikih berbeda pendapat mengenai wajib tidaknya menyusui bagi seorang ibu. Namun demikian, mayoritas mufassir menyampaikan anjuran ini di level kewajiban sebagai seorang ibu, dan hak dari seorang anak. 

Bagi saya, ayat ini 'cantik' sekali, seolah Allah sedang berbicara kepada kita, para ibu, "Aku berikan sebaik-baik pemberian untuk bayimu, maksimalkan upayamu. Namun jangan pula bersedih hati atas ketidakmampuanmu untuk menyempurnakannya." Dari ayat ini, Allah seperti hendak menunjukkan bahwa Ia telah mengetahui kemampuan dan batasan hambaNya. 

Allah sudah mengukur, bahwasanya akan ada ibu yang tidak bisa menyusui disebabkan alasan syar'i, akan ada ibu yang tidak bisa menyempurnakan susuan, dan tantangan-tantangan lain yang dihadapi. 

Ibu-ibu yang tidak bisa menyusui atau tidak bisa melakukan proses penyusuan dengan sempurna disebabkan alasan medis, alasan ketidakpahaman, dan perkara lain, itu juga bukanlah hal mudah, ada rasa sedih pasti terlewati momen yang tidak bisa digantikan oleh apa pun 😭. Namun ingatlah, jika upaya kita telah optimal, insyaallah semua berbuah pahala. Itulah mengapa, ibu disebut tiga kali, lantaran hamil, melahirkan, dan menyusui bukanlah hal ringan dan membutuhkan perjuangan. 

Jadi kesimpulannya: YAKIN dengan perkara yang Allah perintahkan, yakni menyempurnakan proses penyusuan, optimalkan ikhtiar, berjuang sampai titik darah penghabisan. Yakin insyaaallah bisa. Yakin jika sudah Allah yang anjurkan, tubuhnya pasti mampu. 

Menyusui itu butuh keyakinan. Keyakinan bahwa kita melakukannya dengan niat yang benar, lillah karena Allah. Keyakinan bahwa menyusui ialah aktivitas ibadah. Meyakini bahwa menyusui ialah bagian dari pengasuhan, bahasa kekiniannya: parenting nabawiyah. 

Pengasuhan terhadap anak, seperti yang kita ketahui, telah dimulai sejak masa janinnya. Belajar dari ayat menyusui yang lain, yakni ketika Allah melakukan penjagaan terhadap Nabi Musa, sehingga beliau hanya bisa disusui oleh ibu kandungnya, tidak oleh yang lain. Peristiwa ini menandakan betapa pentingnya proses menyusui antara ibu dan anak. Allah menjaga Nabi Musa sebab dikhawatirkan jika proses menyusui dilakukan oleh orang lain, akan membawa pengaruh terhadap prilaku, dan akhlak yang terbentuk, sementara Nabi Musa ialah calon seorang rasul. 

“Dan kami beritahu ibu Musa,” Susui dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke Sungai Nil. Dan janganlah kamu khawatir dan bersedih hati, karena sesungguhnya kami akan mengembalikan kepadamu, dan menjadikannya sebagai salah satu rasul,” Alquran Al-Qassas ayat 7.

Kalau boleh saya katakan, jikalau kita menginginkan memiliki anak saleh saleha, ingin mereka menjadi ulama dan ahli ilmu, perjuangkan fase menyusuinya. Ikhtiar lakukan penjagaan dan pengasuhan selama aktivitas menyusui. Karena menyusui bukan semata memberi ASI. Menyusui tidak sama dengan memberi ASI. Menyusui itu kata kerja, ada aktivitas di dalamnya, para ilmuwan biasa menyebutnya dengan istilah "stimulasi". Prof Dr Hardiono seorang ahli otak menyampaikan dua hal yang dibutuhkan bayi, ASI dan stimulasi. 

Jadi, ASInya penting, tapi aktivitas menyusuinya jauh lebih penting. Menyusui di dalam Al-Quran disebutkan sebagai aktivitas menyusui secara langsung atau yang saat ini sering dikenal dengan istilah direct breastfeeding (dbf). Seperti halnya saat bayi di dalam kandungan, stimulasi sudah bisa diperkenalkan. Dalam aktivitas menyusui, stimulasi jauh lebih hebat dan kuat karena seluruh panca indera bayi terstimulus. Bayi bisa merasakan kasih sayang, cinta, dan pengasuhan dari ibunya. Kontak antara ibu dan bayi ini juga akan mempererat hubungan antara keduanya, membentuk psikis dan hal-hal lain yang menjadi dasar-dasar pengasuhan seorang anak. 

Menyusui Pascalahir 

Baiqlaaaah, kembali ke tema awal 😁

Dimulai setelah lahiran, di mana PD saya itu kempes pes pes. Sejak hamil, ribut aja kanan-kiri keluarga dekat suka nanyain, "PD udah bengkak belum? udah keluar belum asinya?" saya itu yang selow aja gitu, yang ngerasa lah emang kalau mau nyusuin mesti keluar dulu asinya sebelum lahiran? mesti bengkak-bengkak dulu, gitu?. Ya pokoknya menurut keyakinan saya enggak gitu. 

Menurut saya ya menyusui itu proses alamiah yang akan terjadi dengan sistem tubuh yang diciptakan oleh Sang Mahakuasa dengan sempurna ini. 

Saya melahirkan di Bulan April, di masa itu, pandemi Covid-19 sedang hangat-hangatnya. Hampir semua RS di Bandung menjadi rujukan pasien Covid, sisanya, menjadi tempat rujukan ODP dan PDP. 

RS Sariningsih yang menjadi RS pilihan saya dan suami, di hari saya melahirkan, qadarullah sedang kedatangan banyak pasien ODP di ruang IGD. Maka, atas nama kedaruratan dan menjaga bayi-bayi yang lahir, tidak ada IMD dan pertemuan antara ibu dan bayi. 

Semua bayi sesegera mungkin dibawa di ruangan steril berkumpul dengan bayi lainnya, sementara ibu berada di ruang perawatan. Kebijakan lain yang dilakukan ialah mengupayakan agar ibu hanya menginap satu hari (lebih cepat lebih baik), agar dapat segera berkumpul bersama bayi dan segera melakukan proses menyusui. 

Saat di ruang perawatan itulah, mulai deh saya agak resah, "kenapa ya, tiada ada tanda-tanda ASI bakal keluar ngucur?" 😆 apalagi tiap beberapa jam sekali bidan di ruangan bayi bolak balik nagih, "Ibu, asi buat dedeknya mana?." Sudah berbagai cara dilakukan, dibantu pompa pun hasilnya nihil, tetap saja tidak ada yang keluar. 🙈

Di sinilah pentingnya peran ILMU. Saya termasuk yang minim ILMU, hanya berbekal YAKIN. 

  1. Saya tidak mempunyai bekal ilmu mengenai teknik memerah yang benar. Saya bahkan tidak menguasai keahlian memerah dengan tangan.
  2. Saya membeli seprintilan alat perah, lengkap dengan tas, botol penyimpan asi, pemanas, plastik penyimpan, tapi saya tidak tahu bagaimana cara penggunaannya. 🙈 Merakit alat pompanya saja saya masih gagu, sebuah kedudulan yang terpampang nyata 😆. Saya bahkan membeli dua jenis pompa: manual dan elektrik, tapi tidak sempat belajar bagaimana cara penggunaan. Pas lagi dibutuhkan di rumah sakit, saya baru buka tuh manual book-nya, tapi ya Allah udah gak konsen euy, mikirin diri sendiri usai persalinan saja masih nyut-nyutan. 😆 Singkat cerita nih ges, saya pun berhasil (BERHASIL BERHASIL...) masang yang pompa manual, trus nyobain, eh enggak ada ngaruh-ngaruhnya dong, ya mana saya tahu kalau kita dengan pompa tuh juga cocok-cocokan. 😜 Enggak asal beli langsung cocok. Jadi emang udah kudu prepare dan cari tahu yang paling cocok sejak kehamilan ya gais 😎. 
  3. Setahu saya bayi akan tahan dua kali 24 jam tanpa diberi apa pun, jadi saya ngerasa woles, amanlah itu bayi-bayi ampe dua hari ke depan. TAPI TERNYATA GAK GITU UKH! iyes bener, bayi akan tahan selama dua kali 24 jam tanpa diberi apa pun, dengan catatan, BAYINYA NEMPEL TERUS SAMA IBUNYA. 😓 Ngapain aja selama nempel? IMD IMD IMD, skin to skin, dan belajar nenen. Percayalah, selama bayi terus ngisep PD, meskipun keliatannya belum ada tetesan yang keluar, itu sebenernya bayi tetep dapet barang setetes dua tetes. Nantinya, hisapan bayi itulah yang merangsang keluarnya produksi ASI secara alamiah. Jadi ternyata, sesaat setelah dilahirkan bayi tetap butuh asupan, bukan yang dibiarin aja didiemin selama dua kali dua puluh empat jam, heuheu. 🙈
  4. Saya tidak mempersiapkan pendonor ASIP, dan ternyata ini penting. Persiapan sebelum lahiran itu selain barang bawaan printilan, persiapkan juga pendonor darah dan pendonor ASIP. 

Pada akhirnya, atas nama protokol kedaruratan selama Covid-19, saya menerima saran pihak RS (karena saya juga tidak bisa menyediakan ASIP) untuk memberi bayi-bayi sufor selama perawatan satu hari di RS. 

Menyusui Setelah Pulang ke Rumah

Alhamdulillah, kami benar-benar hanya satu hari di rumah sakit. Gembira sekali hati akhirnya untuk pertama kalinya bisa menyentuh, memeluk, dan mencium bayi-bayi. 😭

Kamis pagi lahiran, tiba di rumah Jumat malam. setibanya di rumah, saya langsung melakukan proses pedekate ke bayi-bayi yang tertunda. Namun apa mau dinyana, bayi-bayi menangis dan rewel di malam pertama kebersamaan itu, tetapi saya tetap bertahan dengan terus melakukan proses penyusuan. Inilah detik-detik awal begadang dimulai. 😝

Tiga hari penuh perjuangan, karena saya nyaris tidak tidur sama sekali. Bayi-bayi saya di ambang rewel maksimal, sementara PD saya masih juga kempes, dan belum menunjukkan tanda-tanda keluar ASI yang deras. 

Saya tetap memilih untuk terus bertahan, dan yakin bahwa ini proses yang memang harus saya lalui. Enggak tahu deh waktu itu saya pede saja meskipun sudah menerima wejangan keluarga dekat untuk "ya udah sih kasih sufor aja kasihan bayinya nangis terus," tapi saya yang terus bertahan, meski itu rasanya sudah gak nyaman karena puting udah mulai lecet, sakit, karena meskipun bayi menyusu, kayak nyusu kering saja. Alhamdulillah PD mulai bengkak di hari ketujuh. Kesabaran pun membuahkan hasil, karena setelah bengkak, ASI mulai terasa penuh, dan keluarlah ASI ngucur yang saya idam-idamkan itu. 😅

Tantangan berikutnya ialah bayi Alfath yang sejak pertama kali bertemu dengan saya, ternyata TIDAK PANDAI MENYUSU. Kenyataan bahwa Alfath selalu menangis kencang di setiap sesi menyusui karena dia belum bisa menyusui dengan baik, nantinya akan saya hadapi kurang lebih selama TIGA BULAN. 

Alhamdulillah Allah karuniakan saya dua bayi. 😭 Di masa-masa awal menyusui, saya lebih banyak bekerja sama dengan bayi Althaf untuk merangsang proses keluarnya ASI. Sejak pertemuan pertama, kemampuan Althaf dalam menyusui baik sekali dan nyaris tanpa kendala.

Bagaimana dengan bayi Alfath? butuh waktu yang sangat lama sampai kemudian ia mampu mengunci puting dan menghisap dengan baik, kurang lebih setengah jam setiap sesi menyusui. Dan ini terjadi selama tiga bulan lamanya. Bayi Alfath menjadi bayi yang paling rewel, tidak nyenyak tidur, menangis hampir sepanjang malam. Hampir tiga bulan lamanya, nyaris saya tidak pernah tidur malam karena Alfath baru bisa tidur saat azan Subuh berkumandang. 

Apa yang saya lakukan saat itu?
  1. Terus menyusui Alfath. Saya ajak ia berkomunikasi, "Ayo Nak, bismillah, yuk belajar lagi yuk." Setiap akan memulai proses menyusui, Alfath yang sudah tidak sabaran ingin segera menyusu, masih harus berjuang melakukan proses mengunci. Seringkali inilah yang membuat bayi menjadi tidak sabar, dan berakhir dengan nangis hebat. 
  2. Mengeluarkan jurus segala doa. 😆 Ya apalagi selain senjata ini. Alfath ini bayi yang membuat saya misek-misek nangis tiap ngelihat bagaimana proses perjuangannya untuk dapat menyusui. 
  3. Memperbaiki posisi menyusui dan belajar kembali tentang ilmu menyusui. Saya memanggil konselor menyusui untuk datang ke rumah untuk menyelesaikan tantangan bayi Alfath.
  4. Tantangan saya hanyalah proses memulai menyusui. Nantinya saat Alfath sudah bisa mengunci (apa ya istilahnya ini, saya kok jadi tidak ingat) kemampuan menghisapnya sangat baik sekali. Inilah yang membuat saya yakin bayi saya akan baik-baik saja. Yang perlu saya lakukan adalah sabar dan kuat.  
Alhamdulillah, setelah berjalan selama tiga bulan pertama, lama-lama Alfath semakin pandai. Langsung bisa "lep", dan pada akhirnya kini ia menjadi bayi yang lebih gendat dibanding saudaranya.😘

Serba Serbi Seru Menyusui Bayi Kembar

Banyak ya keseruan menyusui bayi kembar. Di tiap tahapan usianya, tantangannya beda-beda. 😄

Menyusui Sekaligus Dua

Apa pun nanti pilihan metode menyusuinya, sampai sebelum bayi bisa duduk tegak, semua pilihannya adalah menyusui dengan posisi duduk. Dan ini rawan pegal 😁. Apalagi di masa awal, tiga bulan pertama, kebutuhan menyusui bayi masih kuat-kuatnya. Saya bisa duduk menyusui berjam-jam, sampai tidur pun dalam posisi duduk. 

Saat menyusui bayi kembar, jangan buru-buru diturunin dari pangkuan. Biarkan mereka tertidur pulas dulu, kitanya juga ikut tidur, haha. Kalau pengalaman saya bersama duo Al, kalau diturunin bayinya bangun lagi, nangis lagi, ngulang nen lagi, malah enggak bisa rehat sejenak sayanya. 

Asal Hatinya Hepi, Insyaallah Semua Bisa Terlalui

Ini kunci pentingnya. Nikmati dengan penuh kesyukuran dan bahagia. 😍 Saya menikmati setiap kebersamaan dengan bayi-bayi. Mereka nangis pun saya itu merasa bahagia karena bisa merasakan tangisan bayi masyaallah. Saya enggak merasakan repot ngurus mereka, karena menikmati. Kalau pas lagi nangis bareng, kadang malah saya jejerin trus videoin, sambil dilihat diketawain, habis itu cari cara lagi buat ngediemin, haha. 

Karena menjalaninya dengan bahagia, saya merasa Allah pun menguatkan tubuh saya. Ibu saya juga sampai heran melihat saya. Untuk ukuran pasien lahiran SC, alhamdulillah kuasa Allah, saya hanya merasakan efek sakitnya 12 jam pascalahiran saat di rumah sakit. Selebihnya, saya tidak pernah punya keluhan. Seperti keajaiban, luka saya tidak meninggalkan bekas, selain cepat sekali kering, saya bahkan kuat beraktivitas. Sepulang dari rumah sakit pun saya kuat begadang, kuat gendong gantian dua bayi untuk menyusui. Alhamdulillah tidak ada keluhan apa pun hingga saat ini jelang setahun usia bayi-bayi. Mahabesar Allah dengan segala nikmatNya. 

Alhamdulillah, semua ada ukurannya. Insyaallah jika Allah mengaruniakan pada kita dua bayi, insyaallah kekuatannya juga sudah ditakar mampu untuk dua bayi. Jika dikaruniai 3 bayi, insyaallah memang sudah disiapkan mampu untuk tiga bayi, dan seterusnya. 

Kerja Sama Tim, Ayah dan Ibu

Ayah itu bukan supporter, sehingga bukan pula bagian dari support system. Ayah adalah bagian dari tim. Dalam pengasuhan, bahkan sejak mulai mengandung, harus selalu bersama-sama dengan ibu sebagai sebuah tim. 

Salah satu kunci sukses menyusui dengan bahagia, alhamdulillah berkat kerja sama tim. Suami bertugas memenuhi semua kebutuhan saya dan bayi, sementara saya fokus menyusui-menyusui-menyusui. Menyusui saja sudah sangat menguras energi. 😄

Urusan rumah, semua tanggung jawab suami. Memasak, mencuci, berbelanja, semua tanggung jawab beliau. Waktunya makan, semua sudah terhidang di meja, bahkan saya hampir selalu disuapi saat makan, saking udah enggak bisa gerak dari posisi duduk menyusui. 😂

Suami juga membantu urusan mandi bayi, ganti popok, jemur bayi, dan semua hal di luar menyusui. Yah pokoknya datang ke mamak kalau sudah ready buat disusui 😆. 

Menyusui bayi kembar butuh energi ekstra, karena kita bakal menyusui maraton. Selesai satu, yang satu lagi. Pas bangun bareng, ya susui bareng. Kadang-kadang menyusui itu kayak nyaris tanpa jeda. Saya sering menyusui maraton dari Asar sampai jelang Subuh. 😄

Bersyukurlah Ibu-ibu yang bayinya gak ngajak begadang. Bayi-bayi saya begadang terus sampai usia kira-kira enam bulan. Masyaallah seru dan nikmat. 😁

Alhamdulillah, proses menyusui kemudian Allah mudahkan hingga saat ini, salah satunya berkat kerja sama tim yang baik. 😘

Insyaallah, di postingan selanjutnya, saya akan bercerita mengenai "Menyusui Bayi kembar Saat Bekerja". 😚 

Mudah-mudahan tulisan kali ini ada manfaatnya ya. 😉💕💕

You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



0 komentar