Celoteh

Mengapa Akhirnya Saya Berhenti dari Aktivitas Media Sosial

Friday, June 07, 2019



Bismillahirrahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah, bisa posting tulisan lagi. 😊

Lama tidak menulis di blog, rasanya jadi kaku ya. 😀 Ramadan tahun ini terasa sangat spesial buat saya. Mungkin karena jadi lebih khusyuk, lebih tenang, dan lebih fokus. Saya merasakan perasaan seperti sedang berada di tanah haram, di mana tidak ada hal lain yang dipikirkan kecuali akhirat. Hanya Allah dan ibadah. La haula wala quwwata illa billah. 

Meskipun aslinya, saya tetap punya jadwal aktivitas seperti tesis 😆 dan baru saja menunaikan UAS Semester dua. Doakan semoga hasilnya memuaskan ya. 🙏

Salah satu penyumbang ketenangan, barangkali karena saya sudah tidak begitu aktif lagi di media sosial. 😅 Ramadan tahun ini, saya juga sudah bertekad untuk BERHENTI dari hiruk pikuk media sosial. Semua akun saya masih aktif, tapi sedang tidak ada status harian lagi di sana. Saya masih bisa cheating sesekali, tapi itupun bisa dihitung dengan jari.

Saya sampai terheran-heran sendiri, ternyata bisa ya? hidup tanpa media sosial? 😅.

Jika ditanya, mengapa akhirnya saya berhenti dari aktivitas media sosial? karena kasih sayang Allah 🙈 yang telah memberikan saya rahmat melalui ujian hidup yang diberikan-Nya, yang membuat keadaan saya di setengah tahun terakhir ini, rasanya seperti sedang jatuh di "titik terendah" dalam hidup. 🙈

Di masa-masa itu, 🙈 saya mengalami banyak perubahan. Ibarat seseorang yang sedang tidak sehat fisik, bibir pahit, nafsu makan berkurang, melihat makanan enak pun tidak lagi berselera, atau malah bisa jadi antipati.

Nah, saya juga sedang merasakan itu. Entah mengapa, saya tetiba merasa tidak nyaman dengan akun medsos yang saya miliki. Padahal sebelumnya saya suka sekali. Saya jadi merasa semakin tidak sehat dengan membaca banyak status, rasanya pikiran saya jadi bertambah tidak baik. 😆

Oh ya, media sosial yang saya maksudkan di sini adalah facebook, instragram dan twitter ya, saya hanya menggunakan 3 medsos ini saja, satu lagi adalah blog. Namun platform blog sedikit berbeda dengan ketiga medsos tersebut dan saya masih merasa nyaman menggunakannya.

Bagaimana dengan WA dan sejenisnya? belakangan WA (dan media berbasis messenger lainnya) juga sudah menyerupai ketiga medsos tersebut, apalagi kalau ketambahan kita ikut di puluhan grup, sama-sama menyita pikiran. 😅 Untuk WA, saya pamit keluar dari banyak grup, dan hanya menyisakan grup-grup yang memang saya anggap urgen untuk saya ikuti. Saya juga menghapus banyak kontak, dan menyisakan beberapa yang memang harus saya simpan. Biar apa? biar saya tidak pusing melihat betapa banyaknya story di hp saya 🙈. Meskipun gak niat dilihat, ya kadang kan tergoda juga gitu. 🙈🙏

Tapi intinya, waktu saya sedang "tidak sehat" itu, kepala saya nyat nyutan kalau buka hp. Kek semacam, "apasih ini?", namanya juga lagi gak jernih ya haha 😜. Ngerasa jadi semakin baik saat hapus-hapus kontak itu malah. 🙏 Tapi saya melakukannya karena saya tahu bahwa saya masih bisa menemukan kontak mereka di grup yang saya ikuti.🙏

Jadi begitu awal mulanya, keterusan, lama-lama malah jadi habit. Setelah terbiasa dan keadaan saya menjadi jauh lebih sehat alhamdulillah, saya dapat merasakaan "sign" dari Allah terhadap semua jalinan peristiwa yang Allah rezekikan. Ini hanya caranya Allah saja, untuk menyentil saya agar kembali mereset ulang hidup, dan menjalaninya dengan cara yang lebih berkualitas. Ini hanya caranya Allah saja, untuk memeluk saya dan menjadikan saya lebih jernih lagi memandang sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda.  

Menjaga Pikiran Tetap Sehat

Media sosial itu memang nyenengin. BANGET. Makanya saya suka. 😄 Tapi seringkali, tanpa kita sadari, media sosial itu membuat pikiran kita jadi riuh, dan tidak sehat. Kalau diibaratkan makanan, semacam "junk food", enak gurih lezat, tapi lama-lama bisa mengganggu kesehatan badan.

Disadari atau gak, media sosial itu seringkali melimpahi kita dengan aura tidak positif lo. Terus kita ikutan kepo, ikutan cari tahu berita ini itu, ikutan baca komentar netizen yang kadang tidak mudah menemukan pesan positif di dalamnya.

Baca status teman? kadang kita bisa ikutan bahagia. Tapi seringkali malah kebawa perasaan, 😆 mulai membanding-bandingkan, mulai deh muncul rasa tidak bersyukurnya.

Dan yang paling sering saya temukan, media sosial menjadi tempat pembuangan segala unek-unek baik (tapi banyakan tidak baiknya), yang isinya sama sekali gak ada hubungannya dengan realita kehidupan kita, tapi kita bisa kebawa emosinya. Dan ini bisa mengubah mood baik kita lo, tanpa kita sadari.

Atau malah, yang lebih tidak kita inginkan, kita jadi turut ngibahin suatu topik. Yang kalau dipikir-pikir lagi, itu topik sebenarnya unfaedah banget buat hidup kita. Udahlah ghibahinnya itu masuk ke dalam perbuatan dosa, unfaedah pulak. 😆

Sayangnya, ini kita lakukan setiap hari. Kita mengisi pikiran kita dengan hal-hal seperti ini, minimal setiap 10 menit sekali (dengan catatan: ini sedang aktif-aktifnya bersosialisasi dengan medsos ya, makanya dikit-dikit pengin buka aja). 😅

Sama kayak makanan penuh micin nan lezat itu lo, kalau keseringan kan efeknya bisa jadi tiba-tiba, eh tiba-tiba kena hipertensi, kolesterol dan sebagainya. Tiba-tibanya itu memang gak bisa dirasain, karena emang gak kerasa, ujug-ujug aja.

Nah bisa jadi, kita tuh -tanpa kita sadari- menjadi manusia dengan hati yang tidak lagi penuh empati, rasa sayang, toleransi, tepa selira, ya karena sudah terlanjur addict memenuhi pikiran dengan riuhnya media sosial yang melenakan.

Di sisi lain, pasti juga ada yang pengin nyanggah kan ya? ah itu mah tergantung, media sosial kan ada baiknya juga. Iya. BANYAK. Medsos juga punya BANYAK KEBERMANFAATAN. Karena itu saya tidak serta merta menghapus akun-akun saya secara permanen. Karena saya masih membutuhkan banyak informasi baik di dalamnya. Misalnya seperti akun IG dr Zaidul Akbar yang konsisten berbagi hal positif tentang makanan, atau akun IG BPS yang masih perlu saya kepo-kepoin ada berita terbaru apa, ea. 😂

Jadi, rumus terbaik yang dapat saya temukan adalah, MENJAGA JARAK DENGAN MEDIA SOSIAL. Hindari menjadi CANDU. Alhamdulillah, saya dapati hal ini menjadi cara paling baik untuk menjaga agar pikiran kita tetap sehat, penuh aura positif dan terlingkupi oleh anugerah kebahagiaan. 😘

Mendamba Real Life

Mainan medsos itu seringkali melenakan kita ya, terhadap dunia nyata, yang ada di depan mata. 😆 Kalau sekiranya kita belum bisa memberikan secercah ilmu, atau kebermanfaatan, sebaiknya kurangin aktivitas di media sosial yang tidak perlu. KECUALI akun-akun kita memang akun yang penuh informasi berharga buat netizen negeri berflower ini. 😁

Sudah cukup hoax dan ujaran ketidakbaikan merajalela di medsos, plis gak perlu kita tambahin dengan sambatan-sambatan kita yang malah bikin sesek dada dan pikiran orang lain yang membacanya. 🙈

Tulislah yang baik-baik, agar follower yang membaca status kita ikut tertular aura baiknya. 😘

Nah, seperti juga real food yang menjadi makanan terbaik karunia dari Allah 😋, real life juga tetap menjadi kehidupan terbaik yang seharusnya kita miliki. Jangan sampai keasyikan kita di dunia maya, menjadikan kita tak acuh terhadap dunia nyata, atau malah tidak menikmatinya.

Ini yang kemudian saya sadari. Sebelumnya, saya tidak benar-benar menikmati dunia nyata saya. Gimana mau nikmat, lah sedang jalan bersama orang-orang terdekat, saya sibuk mbalesin komen dan update status. 😁 Atau sibuk sendiri dengan grap grup yang subhanallah alangkah banyaknya. 😅

Fokus

Apalagi ini, kecanduan terhadap media sosial ini memang berdampak pada berkurangnya fokus terhadap hidup 😆. Mau ngerjain apa-apa, jadi tergoda baca-baca status. Lagi jalan, mau lagi ngapain aja, seolah engga bisaan banget jauh-jauh dari HP. Hidup rasanya jadi ketergantungan. Kita jadi selalu punya hasrat dengan HP. Rasanya selalu jadi pengin buka lagi, pengin buka lagi.

Apalagi kalau kita termasuk golongan orang-orang yang rajin update status. Rasanya nagih banget lo, dikit-dikit pengin nyetatus, dikit-dikit pengin di story-in. Dan ini sudah pasti sepaket dengan hasrat selalu ingin buka hp, buat ngelihat notif like-komen netizen. 😅

Nah, akibat kecanduan media sosial ini juga bisa mengalihkan perhatian kita dari tujuan utama terhadap hidup, yakni ibadah kepada Allah. Tilawah keteteran, hafalan gak pernah kelar, baca-baca kitab gak khatam-khatam. 😆

Kadang, gak kerasa juga lo, skral skrol medsos itu sekali buka tahu-tahu bisa sejam dua jam gak kerasa, dan ini ngebuang waktu juga.

Menjaga Niat dan Kebersihan Hati

Keduanya merupakan alasan mendasar selain sebagai bentuk rasa syukur menjaga kesehatan pikiran yang melatarbelakangi mengapa saya berhenti dari aktivitas media sosial, dari semula pengguna aktif menjadi pengguna pasif.

Menjaga niat dan kebersihan hati ini paling tidak mudah, karena hanya diri kita sendiri yang bisa mengukurnya.

Jujur saja, untuk saya, seringkali niat masih suka bercampur dengan keinginan-keinginan pamer 🙈, supaya dlihat orang, pencitraan, dan niatan tipis yang berbalut kebaikan.

Sedangkan kebersihan hati ini juga yang tidak mudah dalam menggapainya. Terlalu candu dengan media sosial, seringkali tidak menjernihkan hati karena di dalamnya berkumpullah semua informasi yang tidak mudah pula kita saring mana yang baik, mana yang penting, dan mana yang sia-sia.

***

Alhamdulillah, jadi demikianlah beberapa alasan mengapa Ramadan tahun ini saya berupaya (((berhenti))) dari aktivitas media sosial. 🙈 Baru sampai di tahapan, tidak nyetatus di FB dan IG selama sebulan, upaya diet ketat pikirannya sudah sangat luar biasa buat saya. Efeknya juga terasa dahsyat alhamdulillah. Kalau dulu, apa-apa, dikit-dikit pengin di share, hampir tiap hari update, (untuk story WA, dulu malah dua kali sehari jadwal updatenya 😝) sekarang jadinya, lebih banyak mikir kalau mau nyetatus, lalu berakhir dengan tidak jadi melakukannya.😅

Akun-akun medsos saya saat ini juga dalam keadaan saya gembok, untuk mengurangi kekepoan orang-orang yang tidak perlu mengetahui hal-hal tidak penting yang dulu-dulu rajin saya bagikan. Mohon dimaafkan 🙈🙏. Beberapa permintaan pertemanan juga tidak saya accept dengan alasan yang sama, plus mungkin karena ke depan, gak bakal banyak pembaharuan status 😅🙏 Jadi bukan karena saya tidak ingin menyambung silaturahmi, insyaallah kita masih bisa bersahabat baik di real life ya ya ya 😊. Pun, masih ada email atau telepon jika ada hal-hal yang ingin disampaikan secara pribadi. 😊🙏

Blog? kemarin sempat vakum dan tidak rutin menulis di blog ini, ke depan, insyaallah akan kembali aktif seperti semula 😉. Tentu tidak akan seramai seperti sebelumnya, namun mudah-mudahan tetap dapat memberikan makna, manfaat dan menjadi jariyah kebaikan yang memperberat amal di hari akhir nanti. Amin. 😊🙏

Bagaimana kabar teman-teman semua?

Semoga sehat selalu ya. Taqabbalallahu minna wa minkum wa taqabbal ya karim. Mohon maafkan semua khilaf selama saya menulis dan mengelola blog ini ya. 🙏 Mudah-mudahan tidak hanya di dunia kita bersahabat dan bersua, di akhirat nanti kita juga berjumpa di surgaNya. 😇🙏


You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



3 komentar

  1. betul..betul mbak..setuju akut..mending waktunya buat nambah hafalan quran daripada buat sosmed.

    ReplyDelete
  2. waw salut untuk generasi millenial yang bisa rehat dari aktivitas medsos. Kadang ya pengen tapi kerjaannya memang memantau medsos jadi ya sulit

    ReplyDelete
  3. According to statistics, so many people are addicted on media and social networks. I personally try to spend less time in Internet.

    ReplyDelete