Celoteh

-133- Dibalik Bakwan Pasti Ada Udang

Monday, December 09, 2013




Ah masak iya? Gak percaya deh. Siapa yang bilang begitu?  Ya, saya, kan sudah saya tuliskan dengan jelas, di pake untuk judul tulisan lagi. Masa masih gak percaya?

“Ya elah, lihat-lihat juga kali bikinnya bakwan apaan. Gak semuanya juga kaleeeeee”
 -ngomong dengan gaya mulut mencibir, mata melotot, lubang hidung menganga-

“Ah, elu. Kalau elu yang ngomong mah, guwe kagak bakalan percaya,, elu kan tukang ngayal, tukang ngarang, plus tukang gombal…” –sambil jitak kepala penulis-


Iya deh, saya sadar diri. Sebagai penulis kasta brahmana sudra, hiks, masalah bakwan saja bisa jadi runyam persoalan. Apalagi kalau itu sudah jelas-jelas saya simpulkan sendiri tanpa penelitian atau observasi mendalam. Saya sih, bisa saja tetap ngotot, dengan dalih kebebasan pemikiran, pendapat, hak asasi manusia atau apalah itu. Kan, bisa saja kalau kemudian saya katakan, “iya, itukan berlaku untuk bakwan udang, ya pastilah, ada udangnya”, kalau begitu, kalimatnya seharusnya berbunyi ‘Di balik bakwan udang pasti ada udang’. Haiyah,,, ngomongin bakwan-bakwanan bikin laper aje.



________________________________________________________
Bismillahirrohmanirrohim,

Tetapi hal demikian, tidak pernah berlaku, ketika kalimat-kalimat tersebut bersumber dari Al-Quran.  Misalnya ketika Allah berfirman:
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. Q.S Al-Insyiroh: 5-6.

Siapa yang dapat menyangkalnya? selain sumbernya yang memang terpercaya, jaminan bahwa setiap kalimatnya dapat dibuktikan baik secara ilmiah maupun teoritis, menjadikannya alasan terkuat untuk diyakini. Kalimat bahwa kesulitan senantiasa berpasangan dengan kemudahan, sama halnya dengan slogan seluruh penduduk bumi ini, bahwa siapa yang hendak memetik hasil, maka harus berusaha terlebih dahulu, berpayah-payah dahulu, berakit-rakit dulu ke hulu, berenang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

Pernah menonton film Top Secret: The Billionaire ? saya baru menontonnya tadi malam bersama suami. Film tersebut diangkat dari kisah nyata, perjalanan seorang pemuda Thailand bernama Top Ittipat yang ketika itu berusia 19 tahun, jatuh-bangun berusaha hingga menjadi seorang milyuner di usianya yang ke-26. Bagi yang pernah berkunjung ke 7-Eleven –kalau saya, belum pernah- coba sesekali beli snack rumput laut ‘Tao Kae Noi’ dalam bahasa Indonesia berarti ‘Pengusaha Muda’. Top digambarkan sebagai seorang pemuda yang berani mengambil resiko, berpendirian, tegas, dan pantang menyerah. Hampir mirip dengan kisah pengusaha milyuner seperti Aple, Bill Gates dan yang lainnya. Top tidak menyelesaikan kuliahnya, dan lebih memilih berfokus ke bisnis. Menurut saya, itu tidak menggambarkan bahwa pendidikan sama sekali tidak penting, tetapi, itu adalah bentuk keseriusan, fokus, dan keberanian dalam mengambil sebuah pilihan. Film yang berdurasi 120 menit tersebut mengisahkan bagaimana perjuangan Top yang senantiasa di dera kegagalan, tetapi, ia selalu mampu bangkit hingga kemudian akhirnya keberhasilan menyertainya. Saat berusia 26 tahun, Top telah berpenghasilan 800 juta Baht (2,4 Trilyun rupiah per tahun) dan memiliki 2000 karyawan.

See? Kesuksesan senantiasa membersamai kegagalan, kemudahan senantiasa membersamai kesulitan, itulah hukum alam. Siapa saja yang bersungguh-sungguh, bekerja keras, dan fokus untuk mendapatkan sesuatu, maka ia akan mendapatkan. Ya, itu, fokus dan pantang menyerah! Itu yang saya dapatkan setelah menonton film tersebut. Pas sekali dengan kondisi saya, yang merasa hampir menyerah dan putus asa. Saya mengalami kegagalan bertubi-tubi, rasanya seperti jatuh di bawah reruntuhan bangunan (duh, lebay!). Setidaknya, saya tahu bahwa saya punya mimpi besar dalam hidup yang ingin digapai, saya punya impian yang layak untuk diperjuangkan. Mimpi besar itu yang seharusnya tetap menjadi prioritas utama untuk diperjuangkan tanpa menyerah. Dulu saya, seringkali ‘panas’ dengan kesuksesan orang lain. Terlebih kepada rekan-rekan penulis yang sudah beberapa kali menelurkan buku. Satu tahun belakangan, saya mulai sadar bahwa masing-masing orang akan berhasil bersama kesulitannya. Bahwa mereka telah mendapatkan hasil dari apa yang telah diusahakan. Jadi saya tidak perlu sedemikian ‘panas’. Kalaupun, serasa disiram ‘air panas’ seperti yang pernah saya tuliskan di ‘Permisi, Air Panas Mau Lewat’, kini saya sudah bisa menguasai diri dan berdamai, sambil membawa gula dan teh, hehe. 

Bicara soal menulis, menulis itu sudah seperti bagian dari kehidupan saya, itulah alasan terbesar yang kemudian membuat saya memutuskan untuk membuat blog di tahun 2011 bulan September. Tujuannya, tentu saja untuk menumpahkan segala yang ada difikiran dan sebagai kebutuhan narsis seorang penulis. Juga kebutuhan untuk terus mengasah pena. Nakalnya saya, kadang-kadang aktivitas ini melalaikan saya dari fokus cita-cita utama dalam hidup saya. Dari awal, saya sudah bersepakat bahwa saya harus bersabar sampai beberapa tahun, -dengan mencukupkan diri menulis di blog saja dulu- sampai nanti saya sampai pada waktu untuk dapat memfokuskan diri menulis.


Dua tahun hingga saat ini, karya saya bertambah dengan 3 buah buku antologi. Buku-buku tersebut saya anggap sebagai bonus, karena saya belum pernah serius menerbitkan buku. Ah iya! Saya memilih untuk fokus ke mimpi besar tadi, sementara kebutuhan menulis saya ganti dengan serius mengurus blog ini. Saya selalu berusaha merawatnya agar jangan sampai ‘hidup segan mati tak mau’, meskipun kadang-kadang di bulan tertentu, blog ini seolah terbengkalai. Jadi, saat ada seorang penulis buku yang telah melahirkan banyak buku antologi dan solo berujar kepada saya, “wah, isi blognya sudah banyak ya, punyaku malah belum keurus”, sudah pasti itu karena saya serius menulis di blog sementara dia serius menelurkan buku. Karena keseriusan itu, saya tetap bermimpi bahwa blog ini akan menuang suksesnya di suatu waktu, sukses menebarkan kebaikan dan membawa perubahan bagi yang membacanya, dan saya tetap bermimpi, suatu ketika terlahir banyak buku dari blog ini (teutep!)

Jangan dibayangkan, seorang penulis itu, sehari-harinya leyeh-leyeh, santai, duduk-duduk sambil minum kopi sambil menunggu ilham ataupun ide turun, lalu menulis, dan selesai. Sebuah tulisan ringan yang pernah saya buat seperti: “Bulungan, diantara reruntuhan puing yang terserak” ini misalnya. Saat saya membuat tulisan sependek itu, kira-kira dua hari-an saya tidur menjelang pagi, saya juga bahkan tidak melakukan kegiatan rumah tangga selama satu harinya, seharian itu, yang saya lakukan, hanya duduk memandangi laptop. Satu hari lainnya sibuk mencari referensi, menemui narasumber, memilah-milah foto dan banyak lagi. Maka, bisa dibayangkan bagaimana proses lahirnya sebuah buku. Saat saya menyelesaikan buku duet ‘gak juara gak oke’ dibutuhkan waktu menulis hampir 1 bulan tanpa jeda, dibarengi berjaga sampai pagi, membaca sekoper buku-buku referensi. Setelah itu, tidak terhitung, berapa waktu untuk proses editing dan sebagainya. Jadi lahirnya sebuah tulisan itu tidak selalu berkaitan dengan ilham, ide apalagi bakat. Di satu sisi, ketiga hal tersebut memang dibutuhkan, tetapi selebihnya yang dibutuhkan seorang penulis adalah referensi, observasi mendalam, teknis kepenulisan, dan seabrek teori-teori lain. Hal-hal itulah yang seringkali menguras banyak energi, dan membutuhkan kekuatan fisik ekstra, dan tentunya fokus!.

Tulisan yang cukup berkesan lain dengan tema cinta yang saya tulis, seperti ‘Diantara Dua Cinta Ibrahim’, waktu menuliskan itu, kebetulan di sepertiga malam, cukup menguras air mata karena saya seperti mengalaminya sendiri, perempuan mana ya yang mau di poligami?. ‘Menganalogikan Cinta Versi Al-Iman’, ini juga cukup berkesan buat saya, mengingat seorang perempuan bersepeda yang dengan terburu mendatangi saya, mengisahkan kisahnya, dan kini berakhir dengan – agak menyedihkan— ditinggal kawin, cintanya belum bertepuk sempurna!.

Kisah lain yang mengharukan adalah tulisan ‘Kisah Mereka yang Tengah Menanti Buah Hati’, tulisan ini sepertinya yang paling disukai karena dari pertama saya posting hingga kini, tetap menempati urutan Post Populer pertama. Saat menuliskan ini saya seperti mendapat teguran langsung dari Allah, dimana saat saya menerima banyak keluhan dari para perempuan yang sedang menantikan kehadiran buah hati, seorang remaja menginjak 22 tahun, tiba-tiba berkisah tentang penyakitnya, Amenore Primer. Apa itu? sebuah kelainan yang tingkat kesembuhannya bergantung pada mukjizat, sebuah kelainan yang menimpanya, hingga ia tak juga mendapatkan menstruasi, itu artinya ia tak akan mampu untuk bereproduksi. Saat saya bertanya padanya, "adakah lelaki yang kau sukai?", matanya berbinar, "ada Mbak", ia tidak melanjutkan pembicaraan. Saya tahu, ia seperti tak berani bermimpi lebih jauh. 

Tulisan cinta lain yang saya suka adalah 'tulisan dengan judul '[Bukan] Virus Merah Jambu'', tidak ada alasan khusus memang, saya suka tulisannya karena disitu penuh dengan kata-kata gombal, dan sok-sokan penyair. :). Selain itu? cerita jalan-jalan yang saya suka adalah saat saya ke Makassar, Around The Word: Makassar in South Sulawesi, argh! sebenarnya itu karena saya -sebelum bertaubat- dulunya sempat sok membuat sumpah palapa, bahwa pulau yang tidak ingin saya kunjungi dalam hidup ini adalah Pulau Sulawesi,, (istighfar banyak-banyak) :).  Setelah itu yang asyik lagi adalah saat saya untuk pertamakalinya dalam hidup bisa ikut menyaksikan pesta adat Kalimantan di Birau Festival: The Lost Moment, dan Pekan Budaya Birau sampai punya ratusan koleksi foto yang saya ambil di tengah-tengah padatnya kegiatan kantor. Lalu? ah ya, waktu saya akhirnya berkesempatan ke Pulau Derawan, Eksotisme Kepulauan Derawan, keindahan pulau ini menempati urutan kedua setelah Raja Ampat, Papua. Setelahnya? sudah pasti jalan-jalan sok-sokan saya ke beberapa negeri Eropa, agak merasa bersalah juga kenapa saya bisa posting tulisan yang akhirnya belum bisa saya lanjutkan. Tapi ya sudahlah, siapa tahu kapan waktu masih bisa dilanjutkan, siapa tahu nanti malah jadi novel, kasihan siapa tahu sudah ada yang nunggu lanjutannya (gaer! ^^).  From Iran to Damaskus: [Edisi Tong Berjalan di Jerman], From Iran to Damaskus: [Edisi Borneo Rasa Swiss],

Apalagi ya? tentang Al-Quran, sudah ada 17 tulisan yang sudah saya kumpulkan, kebanyakan berisi tentang bagaimana berinteraksi dengan Al-Quran, sebagiannya berisi resume buku, Menjadi Hafidz-hafidzoh Al-Quran. Dan ada juga secuplik hasil riset kecil-kecilan kami, seperti Sebuah Fakta: Menebak Halaman Al-Quran Tanpa Menghafal, bukan sesuatu yang asing sebenarnya, tapi asyik saja saat bisa menemukannya sendiri. 

Saya juga punya tulisan-tulisan khusus berkenaan dengan pekerjaan saya sebagai birokrat. Tidak banyak, karena saya jarang meng-update aktivitas saya. Satu tulisan sudah pernah muncul di majalah Varia Statistik rubrik opini -edisinya lupa di catet!- Orang Cerdas Baca Buku Cerdas. Beberapa tulisan lainnya isinya curhatan saya, yang kadang-kadang kalau difikirkan sedikit konyol dan menyedihkan, :P seperti di Salah Nyacah. Terakhir, yang lagi ribut-ribut, BLSM, Balsem Panas

Tentang fiksi? saya juga punya, di grup fiksi saya tergabung di grup Monday Flash Fiction yang tiap minggunya ada prompt membuat FF. Saya tertarik karena salah satu penyakit saya dalam membuat fiksi adalah ketidakmampuan saya menyelesaikan satu cerita. Karena itu, saya jadi bersemangat ketika mengetahui membuat FF itu lebih ringkas, dan ada tantangan untuk membuat twist. Sejak bergabung di grup MFF ini, saya masih tergolong anggota yang kurang aktif, tulisan yang pernah saya setor baru 4. Pertama kali bergabung, saya langsung ikutan kuiz, Macet didaulat juri menjadi tulisan terbaik kedua. Padahal sayanya longak-longok, masih belum ngeh tentang FF. Selain FF, ada beberapa puisi dan cerpen yang saya buat. Tentang grup kepenulisan, saya baru sadar ternyata saya sudah mengikuti banyak grup (alamak! saat menulis ini saja, saya sudah menambah ikut dua grup lagi). Diantaranya Kumpulan Emak Blogger, yang segera akan menggelar ajang Srikandi Blogger 2014. Isi grupnya keren, bisa bertemu banyak penulis-penulis hebat, juga pemula, banyak info dan pelajaran yang bisa di dapat.

Ada lagi? karena saya diposisi sebagai penulis, jadi semua tulisan saya suka... :). 

Sebenarnya saya masih ingin menunggu tampilan blog baru saya ini benar-benar rampung. Apa daya, ditunggu-tunggu, dengan alasan teknis, rupanya masih ada yang belum selesai juga. Rencananya saya pengen buka galeri foto, hasil jepretan sendiri, hitung-hitung untuk belajar juga. 


Baiklah, ini sebagai tulisan untuk merayakan dua tahun blog saya dan tampilan baru blog saya. Perubahan tampilan blog ini juga demi menyongsong resolusi 2014: Fokus Menggapai Impian!, mudah-mudahan bisa tercapai di tahun 2014. Amin.

Selamat menikmati, ^^















You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



0 komentar