Wisata

-78- Pekan Budaya Birau 2012, Kabupaten Bulungan [Kalimantan Utara]

Friday, October 19, 2012

Seorang Pria dengan pakaian adat suku dayak
Bismillahirrohmanirrohim.
Postingan kali ini melanjutkan postingan saya sebelumnya: -76- Birau Festival 2012, The Lost Moment. 

Indonesia kaya akan ragam budaya. Manifestasi kekayaan ini tercermin dari kekhasan setiap wilayah yang menjadi bagian dari negeri ini. Tak terkecuali, Kabupaten Bulungan yang terletak di bagian utara Kalimantan Timur, pulau Kalimantan.


Miniatur Biduk Bebandung yang di arak saat pawai budaya.
Berpenduduk 117.019 pada tahun 2011, Kabupaten Bulungan atau yang biasa disebut Bumi Tenguyun ini telah lama hidup dalam kemajemukan etnis penduduknya. Suku asli yang mendiami Kabupaten dengan Tanjung Selor sebagai ibu kotanya adalah suku Bulungan, suku Tidung dan suku Dayak.

Persembahan dari etnis Tionghwa di Birau 2012.
Terbiasa dengan kehidupan tenang, aman, dan nyaman sebagaimana slogan Tanjung Selor Kota Ibadah yang bermakna Indah, Bersih, Aman, Damai, Asri dan Harmonis, pelaksanaan pekan budaya Birau menjadi simbol menyatunya berbagai keragaman etnis, budaya, adat dan kebiasaan masyarakatnya untuk berpadu dalam mewujudkan Bulungan ke arah yang lebih baik.


Tarian Jepen dan gerak sama yang dibawakan saat penutupan Birau
Tarian Jepen dan gerak sama yang dibawakan oleh Bupati bersama pejabat eselon, pejabat fungsional, anggota dewan dll yang bermakna menyatunya pimpinan dengan masyarakat dalam membangun Bulungan
Tarian Jepen dan gerak sama yang dibawakan saat pembukaan Birau
Salah satu tari yang populer di Kabupaten Bulungan adalah tari Jepen. Tari Jepen Bulungan lahir dari  proses yang panjang dari interaksi agama islam dengan penduduk suku Bulungan.

Tarian yang mengisahkan tentang puteri Lemlaisuri, asal-usul suku Bulungan
Bulungan, berasal dari perkataan Bulu Tengon (Bahasa Bulungan), yang artinya bambu betulan. Karena adanya perubahan dialek bahasa Melayu maka berubah menjadi “Bulungan”.
Asal usul etnik Bulungan bermula dari kisah legenda tentang lahirnya Jau Iru dan Lemlaisuri. Dikisahkan bahwa Ku Anyi, seorang petani dan pemimpin di kawasan Long Sungai Payan, Pujungan (kini masuk wilayah Malinau) dan istrinya menemukan sebatang bambu petung dan telur yang digonggong anjing di hutan. Setelah dibawa pulang ke rumah, ternyata dari bambu dan telur lahir manusia yang diberi nama Jau Iru dan Lemlaisuri

Tarian panen padi, suku Tidung.

Dalam sejarahnya, Etnik Bulungan juga diketahui memiliki hubungan historis yang sangat dekat dengan etnik Tidung

Tarian Jepen Insunu

Tarian Jepen Insunu menggambarkan kegembiraan muda-mudi, tarian ini biasanya ditampilkan saat acara pernikahan.


Tarian Panen Padi, Suku Tidung di Salim Batu
Tarian panen padi ini menggambarkan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Desa Salim Batu Kabupaten Bulungan yang sebagian besar selain bertani juga pergi melaut sebagai nelayan


 Tari Payung Jodoh

 Tarian Batin Putri Delalit

Tarian Batin Putri Delalit dibawakan oleh kelompok penari yang lain

Tarian ini menceritakan seorang puteri kahyangan dari Tidung yang baru bertemu dengan suaminya setelah sekian lama tidak bertemu. Dalam pertemuan mereka itu, sang suami memintanya untuk menari dihadapannya. Sang Puteri dengan sedih hati menari sambil terbang meninggalkan suami dan anak-anaknya.

Para pemain sampek, alat musik tradisional khas Kalimantan Timur
Sampek adalah alat musik tradisional Suku Dayak di Kalimantan Timur. Alat musik ini terbuat dari berbagai jenis kayu. Namun, yang paling sering dijadikan bahan adalah kayu arrow, kayu kapur, dan kayu ulin dan dibuat secara tradisional. Proses pembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu. Dibuat dengan 3 senar, 4 senar dan 6 senar. Biasanya sampek akan diukir sesuai dengan keinginan pembuatnya, dan setiap ukiran memiliki arti. (Sumber: Wikipedia)

Penari dengan pakaian kulit kayu

Ragam budaya Bulungan yang ditampilkan dalam Pekan Budaya Birau semakin cantik dengan suguhan tari-tarian Suku Dayak.

Tari Gong yakni sang penari yang menari di atas Gong.
Tarian Dayak yang cukup populer adalah Tari Gong dimana sang penari akan menari di atas gong kemudian diangkat seperti yang terlihat di atas. Pakaian yang digunakan oleh penari hampir seluruhnya dihiasi dengan manik-manik dan bulu-bulu burung khas Kalimatan, yakni burung enggang.


Miniatur rumah tradisional Suku Dayak yang diarak saat pawai budaya.

Tidak hanya ditampilkan dalam pentas seni dan budaya. Di Birau, semua hal yang terkait dengan Bulungan juga ditampilkan dalam pawai budaya.

Tarian yang biasa dibawakan saat penyambutan tamu


Beberapa stand pameran di Birau Expo 2012



Mengenal keunikan Suku Dayak, juga berarti mengenal pesona kecantikan gadis-gadis Suku Dayak.



Kata Dayak berasal dari kata "Daya" yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan  


Nenek moyang Suku Dayak dipercayai berasal dari China Selatan. Itulah mengapa, umumnya Suku Dayak berkulit putih dan bermata sipit. Semboyan Suku Dayak sendiri adalah "Menteng Ueh Mamut", yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.


Gendongan bayi atau yang biasa disebut Anjat khas Suku Dayak seharga Rp 600.000








You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



2 komentar