Celoteh

-73- Tidur di Surga

Wednesday, September 19, 2012



Saya memimpikan bisa tidur di surga, seperti lazimnya setiap hamba beriman yang rela berpayah-payah agar bisa meraihnya. Namun bagaimana jika saya yang seorang pemimpi ini telah benar-benar merasakan nikmatnya tidur di surga? Haha, mungkin saya akan ditertawakan, atau bisa jadi lebih parah lagi, saya dihujat. Tapi saya tidak berdusta, saya benar-benar telah merasakan rasanya tidur di surga, rasanya tidak cukup jika hanya dilukiskan dengan kata-kata. Bahagia, nyaman, tenteram dan begitu tenang. Dan saya, boleh percaya, boleh mencemooh, telah merasakannya, setiap hari, setiap malam.

“Rasanya seperti berada di surga mbak … “,
ucap salah seorang sahabat saya, yang kebetulan berkunjung ke tempat ini. Saya menarik nafas dalam sambil melihat kembali ruangan 3x4 meter ini. Surga yang sahabat saya maksud ini tentu saja mengarah pada sebuah rak besar ala kadarnya buatan tangan, hadiah Kak untuk saya di Hari Keluarga Nasional (Harganas) lalu. Padahal saat itu, saya berharap Kak datang pada acara Family Gathering, seperti suami-suami lain yang datang di acara tersebut untuk membacakan puisi cinta untuk istri tersayangnya. Rupanya saya berharap terlalu tinggi, saya fikir sepuluh ribu kalipun sepertinya Kak bukan tipikal suami seperti itu, beliau cukup amat sangat pemalu, berbeda sekali dengan saya. Andai di acara tersebut ada pembacaan puisi balasan dari para istri untuk para suami, mungkin sayalah orang pertama yang bersedia melakukannya, he he. Jadilah, di hari itu, Kak hanya menemani saya sebentar sampai sebelum sesi puisi-puisian dimulai.

Rak besar itu, kini bertengger cantik di ruangan 6x4 meter ini, berhadap-hadapan dengan pajangan dokumentasi kegiatan kami bersama anak-anak, hasil buah tangan Kak juga. Rak besar yang menjulang tinggi itu baru saja menggantikan dua rak pinjaman yang telah kembali ke pemiliknya. Rak besar itu, kini berisi ratusan buku bacaan, mulai dari majalah, bacaan anak, novel, buku pengetahuan sampai dengan buku pelajaran sekolah. Di tempat inilah, kadangkala jika kami bosan dan merasa terlalu sempit berada di dalam kamar ukuran 3x3 meter yang penuh sesak dengan barang-barang -sebab kami nyaris tidak punya ruang privasi kecuali kamar ini saja-   tempat yang paling nyaman untuk beristirah. Biasanya kami cukup lesehan tiduran membelakangi rak buku, sambil melihat foto-foto bersama anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Rasanya benar-benar seperti berada di surga. Tak ayal, selalu ada cerita baru di setiap malam yang terlewati. Seperti saat saya baru mengetahui betapa inspiratifnya buku Totto Chan yang fenomenal itu tadi malam. Buku dengan judul Totto Chan & Children ini mengisahkan kisah perjalanan keliling dunia Totto Chan untuk melihat keadaan anak-anak di luar sana. Ah, betapa mengesankannya, sebab saya pun bermimpi bisa melakukan hal yang sama. Selalu ada kisah dan hal baru disini, di setiap puzzle malam yang akan terus menggabungkan diri menjadi bilangan hari.

Dan, saya masih selalu memimpikan ini, ruang tamu dengan rak-rak buku, rumah yang ramai dengan canda dan tawa anak-anak yang ceria, rumah yang selalu haus akan ilmu, rumah yang mendamaikan, rumah yang menentramkan, rumah yang membahagiakan. 

Lalu berharap semua itu tetap abadi, 
Disini, 
Di tempat ini,
Di Surgaku,



Gambar dipinjam dari: sini

You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



2 komentar

  1. Eh, Totto Chan yang lanjutannya itu bagus nggak? Bagus kaya Totto Chan yang waktu kecil nggak?

    ReplyDelete
  2. @Millati Indah, aku belum pernah baca Totto Chan kecil, jadi gak bisa bandingin. Ini Totto Chan juga dapat kiriman dari bang Tere, karena sering denger orang bilang betapa inspiratifnya kisah Totto Chan, makanya tak buka.

    ReplyDelete