Inspirasi

Beberapa Gejala Depresi dan Cara Penyembuhan Dari Dalam Diri

Wednesday, March 13, 2019



Bismillahirrahmanirrahim. 


Hai hai halo! 😁, karena beberapa ada yang protes, (((beberapa))) biar kelihatannya BANYAK. 😂 Tulisan saya yang kemarin kepanjangan dan bikin sesek napas 😆🙏, saya bagi jadi dua. 

Postingan ini, adalah kelanjutan dari curhatan (((sangat penting))) sebelumnya, hoho. 😅

Teman-teman boleh membacanya di sini: 


Bangkit dari Kesedihan Mendalam dan Gejala Depresi


Jadi, apa yang saya tuliskan di sini adalah berdasarkan pengalaman yang saya alami, ditambah dengan hasil baca-dengar dan mencari tahu. 😊🙏


Kapan kita bisa tahu kalau mental kita sedang sakit?

SAAT KEHILANGAN RASA BERHARGA

Saat kita mulai merasa hidup ini tidak ada artinya lagi. Diri kita TIDAK LAGI BERHARGA. Ini masuk ke tanda siaga satu.

Kesedihan yang mendalam, seringkali membuat kita ini merasa, paling nestapa sedunia, yang lainnya bahagia. Padahal kalau mental kita sedang sehat, sebenarnya GAK JUGA. 😅 Kita aja yang GEDE RASA. Merasa paling SENGSARA. 🙈

Tapi kan kita sedang sakit nih ceritanya, mana bisa dikasih nasihat macem-macem, dan ngelihat dengan kacamata sehat.

Suka sebel kan ya, pas lagi kita sedang sedih-sedihnya, gak jadi nikah misalnya, trus ada yang nyeletuk, "Emang kamu udah usaha apa aja?."

Oh heloooow, dia pikir, sampai ke tahapan akhirnya batal nikah, kita diem aja gak usaha apa-apa? 😅.

Bahkan nasihat sebaik, "Yang sabar ya. Semua pasti ada hikmahnya."

Oh my Allah!, anak kecil juga tahu, kalau semua hal pasti ada hikmahnya. Bukannya membantu, apalagi menolong, tapi malah bikin pikiran kita yang sedang gak sehat, makin sedih. 😅

Kehilangan rasa berharga ini sangat menguras energi, terutama pikiran. Kalian bisa lantas menjadi tidak semangat lagi terhadap hidup, tidak berminat terhadap apapun, merasa lemah, letih. Menyesali banyak hal.

Di titik saat kita kehabisan energi ini, hal yang paling baik untuk dilakukan adalah berbagi perasaan kepada orang lain.

Kepada siapa? kepada orang-orang terdekat yang terpercaya yang kita tahu, ia bisa menjadi tempat untuk mengeluarakan semua sakit, kecewa dan amarah. TIDAK KE SEMBARANG ORANG.

Ke orang-orang yang mau menerima pengakuan rasa sedih kita. Ke tempat di mana orang tersebut bisa berempati pada apa yang kita rasakan.

"Sakit ya? saya tahu, ini tidak mudah, butuh waktu lama untuk menyembuhkannya." Kalimat yang saya terima ini, menenangkan saya, membuat saya mampu meluapkan rasa sakitnya, karena memang menurut saya sakit.

Sama seperti jika suatu ketika kita jatuh terjerembap, kita mengaduh kesakitan, lalu ada yang bilang, "ah, gak papa itu, cuma jatuh gitu aja. Cuma ngelupas dikit, gak papa." Ini membuat kita yang pada awalnya kesakitan, tidak jadi mengeluarkan emosi perasaan sakit yang harusnya dikeluarkan. Dan ini tidak baik untuk mental.

Jadi, dari sisi kita, yang sedang tidak sehat, hal yang paling baik untuk bangkit dari kesedihan yang mengarah pada depresi adalah MENGAKUI RASA SAKITNYA. Jangan ditahan.

Dan hal terbaik, yang bisa kita lakukan, saat bertemu dengan orang-orang yang sedang tidak sehat keadaan mentalnya adalah MEMBERI PENGAKUAN PADA RASA SAKITNYA. Mempersilakan ia mengeluarkan semua yang dirasakannya, membiarkannya menangis, tersedu, menghabiskan semua perasaan kecewa dan amarah. Memberikannya pelukan hangat dan tak lupa menawarkan bahu untuknya bercerita.

MENOLAK KENYATAAN

Setidaknya, untuk orang-orang yang kehilangan, ini adalah tahapan pertama yang pasti akan dialami. Fase Denial, menolak kenyataan.

Proses menerima suatu kejadian, takdir yang tidak sesuai harapan ini tidak mudah. Saat penolakan (denial) ini tidak dapat ditahan, perasaan akan berkembang, seseorang akan masuk dalam Fase Anger. Bisa berupa rasa amarah, benci, kesedihan yang diekpresikan dengan berbagai cara dan tidak menentu.

Di tahap ini, mulai ada fase menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain, marah-marah tidak jelas, sedih-sedih tidak jelas, murung-murung tidak jelas. Rasanya semua patut dipersalahkan.

Hal ini bisa memengaruhi perubahan psikologi, fisik dan menguras banyak energi positif yang efeknya akan membawa pada Fase Bargaining.

Pertanyaan, "mengapa harus saya?" "mengapa Tuhan tidak adil?" "apa salah saya?" mulai muncul pada tahapan ini. Mulai kecewa pada Tuhan, marah pada Tuhan. Bahkan sampai punya perasaan, "aku sudah baik, aku sudah melakukan ini itu, hijrah dengan ini itu, mengapa masih disakiti juga?" misalnya. Di tahapan ini, seseorang bisa saja punya perasaan ingin menukar semua hal, kembali ke semula, karena toh apa yang dilakukannya tidak berarti apa-apa di matanya.

Pengejawantahannya bisa saja, dulunya jarang ibadah-mulai rajin ibadah-diuji-merasa sakit-kecewa-marah lalu kembali lagi ke semula, meninggalkan ibadah.

Kemudian masuklah seseorang pada tahap Depression. Masa di mana seseorang sudah tidak bisa lagi menyangkal hal-hal yang menyebabkan respon kesedihan pada dirinya muncul. Ini mengubah keadaan dari mulanya denial dan anger menjadi perasaan kehilangan mendalam yang sangat memengaruhi hidupnya.

Ada yang berubah. Pasti. Tahapan ini menyebabkan perubahan pada diri seseorang, dan bisa saja sangat drastis. Di tahap ini, seorang individu yang mengalaminya, bisa saja tiba-tiba menangis dan merasakan sakit kembali saat mengingat pemicu kehilangan, merasa kesepian, merasa tidak berharga, paling nestapa dan semua perasaan sedih lainnya. Di fase ini, besar kemungkinan seseorang memiliki keinginan menarik diri dari lingkungan, ingin meninggalkan semua hal.

Pada tahap akhir, jika keempat fase bisa dilalui, seseorang akan masuk pada Fase Acceptance. Fase pasrah. Bukan berarti ia sudah merasa baik-baik saja dan bahagia, tapi sudah mulai bisa menerima keadaan yang dialami.

(Kalau diperhatikan, dari fase pertama hingga akhir, mirip dengan proses penyembuhan luka fisik ya. Sakit-berdarah-bengkak-kempes-sembuh. Untuk sampai sembuh, tentu perlu upaya. 😊)

PERUBAHAN

Sayangnya, tidak semua orang bisa melalui masa depresi dengan baik. Sebaliknya ada yang justru jatuh pada tingkatan depresi yang lebih mendalam.

WHO menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke-empat penyakit di dunia. Gangguan depresi angka prevalensinya sekitar 15% dari populasi global, sedangkan di Indonesia terdapat sekitar 37,5 juta jiwa dari 250 juta jiwa penduduk yang mengalami gangguan depresi dengan berbagai tingkat keparahan dari ringan, sedang dan berat. Lima hingga lima belas persen dari pelaku depresi melakukan bunuh diri. (Eniwei ini data 2011, dan saya lagi males riset data terbaru, tolong dicari sendiri yaks. 😆🙏)

Nah, salah satu tanda kita sedang depresi ini juga bisa dilihat dari perubahan fisik yang tiba-tiba dan sangat drastis. Sulit tidur, migrain berkepanjangan, sakit fisik parah, nafsu makan menurun atau sebaliknya.

Di saya, nafsu makan semakin menjadi, dan badan saya mengembang sempurna, seperti adonan kue setelah ditaburi baking soda. 😂 Rambut saya juga rontok parah. PARAH BANGET NYEREMIN SUMPAH. 🙈.

Selain perubahan fisik, juga bisa ditandai dengan perubahan kepribadian, minat atau perilaku. Misalnya, yang tadinya rame, tiba-tiba berubah jadi pendiem banget. Awalnya introvert berubah menjadi ekstrovert. Dulunya suka nge-medsos, apa-apa di statusin, trus tiba-tiba jadi gak punya minat sama medsos (kek saiya banget 😁😂). Atau perubahan drastis lainnya.

Sekarang, bagaimana bangkit dari kesedihan mendalam dan gejala depresi? 

Mengeluarkan emosi sedihnya. Jangan ditahan. Keluarkan semua dan akui rasa sakitnya. Jangan anggap semua baik-baik saja dan melakukan pelarian dengan traveling, makan-makan dan senang-senang. Karena pelarian sifatnya hanya menghilangkan efek sedihnya sementara. Tapi tidak benar-benar menyembuhkan.

Selain mengeluarkannya ke orang-orang terpercaya, keluarkan rasa sedih rasa sakit dan amarah saat sedang beribadah kepada Allah. Bawa dalam salat, nangis dalam sujud, cerita sama Allah, sampaikan semua yang nyesek dan sakit. Curhat ke Allah. Bawa dalam tangisan muhasabah panjang. Ini juga insyaallah sangat membantu.

Salah satu terapi healing yang saya lakukan. Mengikuti kegiatan komunitas MAMT (My Adventure My Tafakur).

Bersenang-senang.Lakukan banyak hal yang kita sukai. Hobi atau aktivitas yang membuat kita bahagia. Bawa suasana ini agar kita dapat melihat sisi limpahan karunia dari Allah. Betapa Allah telah begitu sayang dengan mengaruniai kita banyak hal yang patut disyukuri.

Baca juga: Perjalanan 40 Hari yang Mengubah Hidup Saya

Istirahatkan pikiran. Diet mental, rehat perasaan. Kalau badan punya asupan berupa makanan. Pikiran juga punya asupan yang masuk melalui mata dan telinga. Hanya dengarkan yang baik-baik. Hanya lihat yang baik-baik. Tinggalkan semua hal yang menyibukkan pikiran.

Istirahatkan dulu, seperti bedrestnya badan saat sakit. Cooling down, tinggalin dulu semua yang menyibukkan, media sosial, grup yang tidak perlu, kesibukan yang tidak perlu.

Kalau fisik yang sakit dan kita sedang dirawat di rumah sakit, trus kita tetap maksa beraktivitas, proses sembuhnya malah bisa lama. Sakitnya mental juga sama. Kalau masih maksa ngikutin berita-berita 'panas' di media-media, ikut mikirin gosip nasional dan internasional, bakalan makin runyam dan riuh isi pikiran. Sayangi dan cintai diri sendiri.  

Bangkit dan berusaha untuk sembuh, karena diri kita ini masih punya banyak arti untuk orang lain. 😊 Ini perasaan yang pasti ada kan, kalau kita sedang sakit fisik, kita ingin lekas sehat, karena kita masih punya keluarga, orang-orang terdekat, orang-orang terkasih, yang membutuhkan kita. JADI MILIKI JUGA PERASAAN INI, saat kita sedang sakit mental. 😊

Jangan takut untuk mengakui dan menerima, bahwa seperti juga fisik yang bisa terluka, mental kita juga bisa terluka. Kita merasa sakit, sedih, terluka, gak apa-apa kok jika memang kita sedang tidak baik-baik saja.


Pola Hidup Sehat. Mulai benahi gaya hidup kita. Olahraga teratur, makan teratur, diet ketat untuk kesehatan. Saat fisik kita sedang sakit, pikiran yang sehat mampu membantu proses penyembuhan. Sebaliknya, saat pikiran-mental-perasaan yang sedang terganggu, badan yang sehat juga mampu membantu proses penyembuhannya.

Orang-orang yang sedang mengalami kesedihan mendalam karena kehilangan, biasanya lalu berubah menjadi sangat ketat dalam menjalankan pola hidup sehat dan berolahraga dengan sangat teratur. Karena ini memang disarankan dan terbukti membantu. Dengan badan yang sehat dan bugar, dapat memengaruhi pikiran menjadi lebih jernih dan berangsur sehat.

(Dan sekarang, saya sedang proses diet menguranggi nasi, alhamdulillah udah bisa lo, ngurangin makan nasinya cuma di makan siang saja, dari tiga kali menjadi sekali *dan kemudian sombong 😁😂*)

Berkumpul dengan orang-orang baik dan lingkungan yang positif. Datang ke majelis ilmu, dengerin ceramah yang menenangkan. Tinggalin semua teman yang julidnya gak ketulungan, dengkinya turah-turah, dan selalu saja memandang kita dengan pikiran negatifnya. 😜. Kenapa? karena kita sedang diet pikiran. Cari lingkungan positif dan berkumpul dengan orang-orang baik.

Berkumpul dengan teman-teman yang membawa energi positif
Lagi diet makanan saja kan, kita sudah mulai pilih-pilih dan hanya mau makanan yang sehat-sehat. Udah mulai tuh ninggalin gorengan, makanan dengan kadar gula tinggi, junk food, minuman bersoda dan banyak lagi. Diet pikiran juga gitu. Mulai tinggalin, teman-teman yang penggaweane ngibaaaaah melulu, nyampaaaah melulu, nyinyirin oraaaaang melulu, sambaaaat melulu. Mulai tinggalin orang-orang yang masih sempet ngomongin temen sendiri di belakang, ngomongin kejelekan atasan di ruang publik, orang-orang iri hati dan semacamnya.

Ganti dengan mencari lingkungan yang positif, yang isi pembicaraannya berbobot, memikirkan hal-hal baik untuk masa depan. Membicarakan visi, misi, cita-cita, perubahan. Orang-orang yang sibuknya bukan sibuk ngurusin kejelekan orang lain, orang baik mah gak punya waktu untuk itu, tapi sibuk memperbaiki diri sendiri dan selalu berpikir hal apa yang bisa diberikan kepada yang lainnya.

Memaafkan. Setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan, tidak terkecuali kita. Di dalam Al-Quran surah Ali Imran 133-134 Allah berfirman:

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa."

Buat siapa? Allah jawab lagi di ayat selanjutnya, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.

Yang saya bold itu semuanya adalah hal yang tidak mudah dilakukan, karenanya Allah menutupnya dengan kalimat "dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan". 😊

Tidak mudah memaafkan kesalahan orang lain karena hati kita sudah terlanjur terluka. Namun kita perlu ingat, bahwa semua manusia bisa berbuat kesalahan, dan itu hanya cara Allah menitipkan hal yang menyakitkan (kebetulan saja) lewat orang tersebut agar kita naik kelas. Punya hati yang lebih sabar, lebih lapang, lebih ikhlas dan lebih pemaaf. Jadi jangan benci orangnya, karena itu secara tidak langsung sama saja kita membenci bentuk kasih sayang Allah.

Mengapa proses ini penting? karena saat kita sedang mengalami depresi, memori kita mengingat semua hal yang menyakitkan, termasuk perlakuan orang lain, dari yang dulu-dulu, yang belum benar-benar sembuh lukanya. Kadang kita gak sadar kalau kita masih menyimpan semua perasaan sedih, amarah dan sakit hati ini. Lalu numpuk-numpuk. Suatu saat, kita mengalami suatu peristiwa kehilangan. Kesedihan kita ini menarik semua luka lama yang tak terselesaikan. Dum! ini bisa memperparah tingkat depresi yang sedang dialami, padahal sebenarnya gak ada kaitannya dengan apa yang dialami saat ini.

Karenanya, seringkali pasien yang mengalami depresi mendalam, dimintai informasi latar belakang keluarga, masa kecil, trauma masa silam dan sebagainya. Untuk merunut hal-hal di masa lalu yang masih mengganjal dan belum sembuh, untuk kemudian benang merahnya menjadi bahan menyelesaikan depresi yang saat ini sedang dihadapi.

Jadi, upayakan, sebelum tidur, belajar memaafkan, mengikhlaskan. 😊

Tetaplah Menjadi Baik. Betapa banyak ayat di dalam Al-Quran, Allah mengulang ayat "dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan". Apapun yang Allah hadirkan pasti ada maknanya, hatta itu rasa sakit. Tidak nyaman memang, saat dijalani. Namun tetaplah menjadi baik, karena Allah sayang pada orang-orang baik dan berbuat kebaikan.

Jikapun kita merasa tidak lagi berharga di mata dunia, di mata manusia, jangan sampai kita kehilangan rasa berharga di mata Allah.

Tetaplah menjadi baik. Karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. 😊

Semua cara ini bisa dilakukan atas dasar ikhtiar pribadi. Jika dirasa keadaan depresi sudah terlalu mengkhawatirkan tidak perlu ragu untuk melakukan pengobatan seperti mendatangi psikiater atau terapi pengobatan lainnya. 😊




Bandung, 09 Maret 2019, seusai milad hari satu tahun Komunitas Perempuan BPS Menulis.

Saya tulis dalam waktu dua hari, dengan deraian air mata, di awal, di tengah, dan di akhir. Rasanya masih sesak dan sakit. Mohon doanya ya. 😊🙏

You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



2 komentar

  1. Liat foto yang paling bawah...kegiatan dan ide ginian bener-bener ngilangin depresi...thanks mbak, untuk ulasan ide2 mengatasi depresi ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Mbak, semoga ada manafaatnya cerita ringan ini. :)

      Delete