Inspirasi

-271- Melanjutkan Estafet Perjuangan Perempuan Indonesia

Friday, December 22, 2017


Bismillahirrahmanirrahim.

Kemarin siang, saya bertemu sahabat lama, seorang Ibu dengan tiga anak balitanya. Demi melihat sepatu rajut yang dikenakan oleh anak ketiganya, saya berkomentar, 

"Buat sendiri ya Mbak?."

"Iya" jawabnya. 

"Bandananya juga?."

"Iya." 

Saya tersenyum sambil memberikan pujian. Dengan segala keriwehan di rumah, masih sempat merajut, luar biasa sekali!, mendadak mengingatkan saya pada sosok ibu. 

Ibu saya adalah gambaran sempurna seorang perempuan, di mata saya. Ia hadir, buat saya dan seluruh anggota keluarga lengkap dengan keahlian membahagiakan kami. Masakannya selalu saya rindukan hingga saat ini, -saat saya pulang ke rumah, ibu selalu memasakkan makanan kesukaan saya-. Ibu pandai merajut, merawat bunga di pekarangan, membuat boneka, pandai mendongeng, dan satu kelebihan ibu di mata saya, tidak pernah terlihat bersedih. 

Saya melihat sosok beliau yang tangguh, selalu bahagia dalam hidup, dan ini yang senantiasa saya pelajari dan latih. Ini resep yang juga membuat beliau tampak awet muda, cantik dan menyenangkan saat dipandang. :)

Boleh baca kisah masa kecil saya bersama ibu di sini: It's Called Home

Ibu Adalah Sekolah Utama

"Al Ummu madrasatul u-la. Iza a'dadtaha a'dadta sya'ban thayyibal a'raq" 

Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, 
maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik. 

Dalam Islam, kedudukan perempuan teramat dimuliakan. Pemuliaan dan pengagungan kedudukan kaum perempuan ini, diwujudkan dengan menyamakan kesempatan mereka dengan kaum laki-laki dalam mayoritas hukum-hukum syariat, dalam kewajiban bertauhid kepada Allah, menyempurnakan keimanan, dalam pahala dan siksaan, dalam anjuran dan larangan Islam. 

Rasulullah dalam khutbah beliau pernah menyampaikan pesan khusus tentang wajibnya memberi perhatian kepada kaum wanita setiap waktu. Di pundak seorang perempuan, tersimpan amanah besar sebagai seorang Ibu. Ibu adalah pendidik pertama dan utama. Seorang ibu adalah penentu generasi terbaik di masa depan.

Yang ingin dicapai bukanlah kuantitas perempuan yang sama dengan kaum laki-laki di dalam berbagai peran aspek kehidupan. Tetapi kesamaan dalam memperoleh kesempatan dan pemenuhan hak. Dengan kekhususan perempuan dan peranannya, kualitas perempuan lebih diutamakan, perempuan mestilah baik dalam budi, cerdas dalam pemikiran, mulia dalam akhlak. Dengan demikian, diharapkan dari rahim-rahim perempuan seperti inilah, kelak akan lahir generasi-generasi terbaik yang akan mewujudkan sebuah negara yang sejahtera. 

Hari Ibu, Lebih Dari Sekadar Perayaan Mothers Day

Dengan mendapatkan gambaran demikian besar peran Perempuan sebagai seorang Ibu. Di dalam peringatan Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember 2017, kita juga mesti mengingat ada nilai perjuangan yang lebih besar yang melatarbelakangi sejarah dibalik peringatan hari ini. 

Pada hari Senin, 18 Desember 2017, dalam konferensi pers di Jakarta, Menteri Yohana mengungkapkan (seperti yang saya lansir dari laman www.viva.co.id):

"Peringatan Hari Ibu bukanlah Mothers Day yang dimaknai sebagai hari istimewa untuk memberikan penghargaan kepada kaum ibu, yang selama ini banyak berjasa di dalam mengurus rumah tangga, dan mendedikasikan segenap hidupnya demi kebahagiaan keluarganya. Peringatan Hari Ibu dimaksudkan untuk senantiasa mengingatkan kepada seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda, akan makna Hari Ibu sebagai hari kebangkitan dan persatuan serta kesatuan perjuangan kaum perempuan yang tidak terpisahkan dari kebangkitan perjuangan bangsa.”

Memang, peringatan Hari Ibu (Mothers Day) di banyak negara, di maksudkan sebagai peringatan hari Ibu (dalam pengertian sebenarnya). Di Indonesia, -terlebih saya- mengucapkan kata 'Hari Ibu' saja, mengingatkan pada ibu, terkenang juga akan tetes keringat, pengorbanan dan seluruh jerih Ibu. Bagi saya, ini menjadi momen yang tepat untuk berterimakasih lebih -dari hari biasanya- kepada Ibu dan memberi ucapan selamat kepada para Perempuan Tangguh di luar sana. 

Tetapi dengan menilik sejarah, kita akan tahu, bahwa, di Negeri kita, Indonesia, Hari Ibu memiliki makna lebih dari sekadar perayaan Mothers Day. 

(Sejarah Hari Ibu, diramu dari laman kowani.or.id dan berbagai sumber).

Dipilihnya 22 Desember sebagai hari ibu ini bermula dari semangat wanita Indonesia untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Ini diawali dari pembukaan Kongres Perempoean Indonesia yang pertama, 22-25 Desember 1928, bertempat di Dalem Jayadipuran, Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta. Kongres ini dihadiri 30 organisasi wanita dari 12 Kota di Jawa dan Sumatera yang kemudian melahirkan terbentuknya Kongres Perempoean yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Kowani adalah organisasi wanita yang terinspirasi oleh perjuangan pahlawan-pahlawan Wanita Indonesia. 

Peranan perempuan nusantara dalam perjuangan kemerdekaan, peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perbaikan gizi, kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, pemberantasan buta huruf adalah sebagian isu yang diangkat di dalam kongres ini. Menariknya, pada Kongres Perempoean Indonesia II tahun 1935 di Jakarta, beberapa keputusan penting yang dilahirkan ialah bahwa kewajiban utama Wanita Indonesia ialah menjadi 'Ibu Bangsa' yang berarti bahwa berusaha menumbuhkan generasi baru yang lebih sadar akan kebangsaannya. 

Baru pada Kongres Perempoean III tahun 1938 di Bandung, ditetapkanlah tanggal 22 Desember sebagai 'Hari Ibu'. 


Peran Ganda Perempuan Indonesia Masa Kini

Satu dari dua orang Perempuan Indonesia berstatus kawin berani menanggung resiko menghadapi peran ganda sebagai pekerja dan ibu rumah tangga (BPS, Sakernas Februari 2016). Pada tahun 2016, Badan Pusat Statistik juga mencatatkan bahwa sebanyak 37,79 persen perempuan 15 tahun ke atas hanya berfokus mengurus rumah tangga (Sakernas, Agustus 2016). 

Peran ganda seorang perempuan, pada sektor domestik dan ranah publik, adalah salah satu buah perjuangan pergerakan Perempuan Indonesia dari masa ke masa. Dahulu, pergerakan berfokus pada bagaimana mempersiapkan seorang perempuan menjadi ibu yang terampil dalam mengurus dan mendidik anak-anaknya. Hari ini, perempuan membawa titah peran yang lebih besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagian besar terjun, turut andil, dan berjuang untuk masa depan generasi penerus bangsa yang lebih maju, modern dan bermartabat. 

Fakta berbicara, bahwa sebagian besar Perempuan Indonesia telah berhasil menduduki jabatan-jabatan penting di sektor pemerintahan, mengambil peran strategis dalam arah pengambilan kebijakan negara. Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada tahun 2015, mencatat sebanyak 29,50 persen perempuan yang menjadi pejabat struktural. Sementara, sekitar 17 persen anggota dewan diisi oleh perempuan.

Peran Perempuan Indonesia di masa kini ini juga  tercermin pada perannya di sektor perekonomian. Data dari Survei Industri Mikro Kecil (IMK) BPS tahun 2015 menunjukkan bahwa sebanyak 41,99 persen pengusaha Industri Kecil dan Menengah adalah perempuan. Secara rinci, pelaku usaha perempuan ini terlihat pada industri berskala mikro yaitu industri yang mempunyai tenaga kerja 1-4 orang. Perempuan juga banyak terserap pada sektor jasa-jasa.

Hari Ibu; Refleksi Untuk Melanjutkan Perjuangan

Peringatan Hari Ibu juga menunjukkan bahwa perjuangan kaum perempuan Indonesia telah menempuh proses yang sangat panjang dalam mewujudkan persamaan peran dan kedudukannya dengan kaum laki-laki, mengingat keduanya merupakan sumber daya manusia dan potensi yang turut menentukan keberhasilan pembangunan. (Sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia pada Upacara Hari Ibu, 22 Desember 2017).

Selanjutnya dalam sambutannya, Ibu Menteri menyampaikan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang setara di dalam mencapai tujuan negara serta di dalam memperjuangkan kesejahteraan di semua bidang pembangunan seperti bidang pendidikan, ekonomi, sosial, politik dan hukum.

Dua hal besar yang dijadikan sub tema pada peringatan Hari Ibu tahun ini ialah memperjuangkan:

  1. Peningkatkan akses ekonomi bagi perempuan menuju perempuan mandiri, sejahtera dan bebas dari kekerasan 
  2. Peningkatan ketahanan keluarga untuk mewujudkan keluarga yang kuat dalam berbagai bidang (kesehatan, ekonomi, pendidikan, kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat dan kuat dalam menyikapi perbedaan budaya). 

Perjuangan Perempuan Indonesia dalam pergerakan berkehidupan berbangsa dan bernegara masih terus akan berlanjut. Momen tanggal 22 Desember hari ini, dapat menjadi pengingat sejarah tentang estafet yang harus dilanjutkan oleh Generasi Perempuan Muda Indonesia. 

Selamat Hari Ibu, untuk semua Perempuan Indonesia. Perempuan Berdaya, Indonesia Jaya. 








You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



0 komentar