Celoteh

-194- Perjalanan (Mudik) Menegangkan

Sunday, July 03, 2016

Sabtu, 02 Juli 2016.

Bismillahirrahim,

Hari ini banyak hati yang bergembira, membayangkan akan bepergian (mudik) ke rumah orang tua membuat lelah tidak terasa. :) Hampir semua moda transportasi terisi penuh, penumpang membludak, padat. Jalanan yang biasanya lengang, mendadak merayap, macet.  Semua ingin tiba dengan segera, semua ingin segera sampai di pelukan ibunda.

Hati saya juga turut berbunga-bunga, dua tahun tidak pulang, tentu kerinduannya meningkat lebih dari dua puluh purnama. :)

Rute pertama yang harus kami lalui adalah jalur air, Tideng Pale-Tarakan, jadwal speed boat yang kami tumpangi ialah pemberangkatan paling pagi, jam delapan. Demi melihat kami (sekeluarga) yang baru memasuki pelabuhan, petugas karcis langsung menghampiri,

"Loh Pak, Bapak sudah ditinggal, speed nya baru saja berangkat"

"Ditinggal bagaimana Pak? Ini kan baru jam 8". Kilah saya menimpali.

Lah bagaimana ceritanya, kami ditinggal? Ditinggal lho ya bukan tertinggal. DITINGGAL. Cateeet. :).

"Maaf ya, saya lupa. Pantesan tadi saya hitung, kenapa penumpang cuma 17 padahal catatan saya ada 19. Pantas rasa-rasanya kok kurang dua (penumpang anak-anak tidak membayar/gratis)".

Lupa? Bagaimana bisa lupa? Padahal tiket sudah kami booking dari hari jumat kemarin. Dan karena tiket baru bisa dibeli menjelang pemberangkatan, maka tiket baru diambil dan dibayar jam tujuh pagi tadi.

Petugas berulang kali meminta maaf dan mencoba menghubungi motoris kapal untuk kembali mengangkut kami, tapi kapal sudah terlalu jauh, dan kembali hanya untuk mengangkut penumpang yang dilupakan :p adalah mustahil.

Maka, petugas karcis segera mengganti jadwal kami ke pemberangkatan jam 9.

"Nyampe gak ini Pak? Pesawat kami jam 12", kami jadi agak khawatir."

"Jam 12.55 kan?",  si Bapak malah sok lebih tahu jadwal pesawat. :)

"Gak Pak, saya ambil pesawat jam 12.10, yang langsung"

"Oh, ini aja. Naik yang ini saja, lebih cepat, dua jam sampai ini. Lambat-lambatnya setengah 12 lah sampainya". Karena penumpang yang membludak lebih dari biasanya jadi kapal pemberangkatan jam 9 ada dua.

Baiklah, akhirnya kami menurut saja. Mau juga tidak ada guna. Ini pertama kalinya dalam sejarah, menjadi penumpang yang terlupakan hohoho. :D

"Mbak, untung Mbak gak naik kapal yang jam delapan tadi. Penuh Mbak, sesak, banyak sekali barangnya". Seorang penumpang di sebelah saya berkata seperti itu pada saya.

"Pada mudik ya Bu?, berarti Ibu sudah ada di sini dari tadi?"

"Iya, saya saja gak mau naik yang jam delapan tadi, penuh betul"

Baiklah. Mungkin ini hikmahnya. Mungkin saking padatnya barang-barang di kapal jadi kami terlupakan. :D Tapi perasaan saya tetap tidak enak, namun demikian saya tetap berdoa semoga semua baik-baik saja.

Perjalanan alhamdulillah cukup lancar, beberapa kali sempat ada hentakan karena mesin kapal yang tersangkut batang kayu.  Sampai kemudian terjadi hentakan beberapa kali dan teriakan histeris beberapa penumpang. Kapal sempat oleng, air laut sempat masuk di kursi duduk penumpang bagian belakang. Saya reflek langsung meminta suami mengambil baju pelampung yang sejak berangkat tadi motoris sudah cerewet sekali mengingatkan penumpang untuk menggunakannya, demi keselamatan. Ada sedikit kekhawatiran di hati.

"Untung saja motoris yang ini gak panik. Kalau banting stir aja, tenggelam sudah kita ini Bu. Terbalik kapalnya". Haduh Ibu di sebelah saya ini malah cerita yang enggak-enggak.

"Iya, saya pernah tuh Bu, begini juga, kapal sudah miring betul, mau terbalik... ", saya berada di kapal yang nyaris tenggelam, mesin kapal mati, berasap, terombang ambing di tengah lautan, dan ibu di sebelah saya ini malah curcol tidak pada tempatnya.

"Harusnya nyampe jam 12, kami waktu itu baru bisa dievakuasi sampai jam 6 sore Bu". Dan, si ibu masih saja terus bercerita dengan santainya. :)

Tapi alhamdulillah, tidak berapa lama mesin bisa hidup kembali, dan kapal bisa menjaga keseimbangan. Benar kata Ibu tadi, motorisnya kalem dan tidak panikan.

Sampai di pelabuhan Tarakan, mobil jemputan datang. Waktu menunjukkan pukul dua belas kurang. Kami meminta mobil melaju dengan lebih cepat, kali ini kami tidak mau tertinggal. :).

Luar biasa, jalanan macet, tidak seperti biasanya. Sampai di tempat check in antrian mengular. Waduh, bisa satu jam-an ini baru dapat giliran. Beruntung, petugas memberi pengumuman untuk mendahulukan penumpang dengan pemberangkatan jam 12.

Tibalah saat menuju ruang tunggu. Tepat di pemeriksaan, ada satu tas kami yang ditahan karena berisi barang (ada satu jenis oleh-oleh) yang tidak bisa di bawa naik ke atas kabin.

"Loh biasanya selama ini bisa? Gak ada masalah..."

"Ibu biasa naik pesawat apa?"

"G****a"
"Iya Bu, kalau maskapai G memang bisa, tapi yang lain SOP nya gak bisa". Ini gimana sih, masak maskapai yang jauh di bawah G secara kualitas punya SOP sendiri dan nyeleneh sendiri. :)

Karena tidak ada titik temu. Dan penumpang sedang padat-padatnya, bukan hanya mengurus saya saja,  petugas pemeriksaan lantas memanggil petugas maskapai.

"Ini silahkan bicara langsung dengan petugas maskapai"

Dengan perjuangan yang cukup besar hingga sampai bandara, :), sampai dibandara masih harus mengurusi yang beginian, membuat saya meng-cut urusan yang tidak ada ujung pangkalnya ini

"Sudah Kak, mengalah. Itu penumpang sudah dipanggil masuk pesawat. Masukkan saja tasnya ke bagasi" kata saya pada suami. Dan itu artinya, suami saya harus kembali ke ruang check in di bawah, turun lagi lalu naik lagi, cukup menghabiskan waktu dan tenaga.

Rute pesawat yang kami pilih kali ini adalah pesawat langsung Tarakan-Makassar. Berangkat tepat pukul 12.10. Sampai di bandara Sultan Hassanudin Makassar jam 13.30. Perjalanan Makassar-Kendari dilanjutkan pukul 15.00.

Waktu menunggu tidak begitu terasa menjenuhkan, tertutupi dengan waktu mencari gate. Bener-bener suatu kekonyolan yang tidak terlupakan :D :D. 

Mulanya kami tidak melihat petunjuk di mana gate 5, tempat di mana kami seharusnya menunggu. Kami malah kesasar sampai gate 1. Setelah berbalik, barulah terlihat gate 5 ada di paling ujung utara. 

Sampai di gate 5, cari tempat duduk, leyeh-leyeh sebentar, siap-siap hendak salat bergantian. Saat saya tanya ke petugas, di mana ada musala. Dan tahu apa jawabnya? 

"Musala ada di gate 1 Bu".

What? Jadi saya harus kembali lagi ke gate 1 tempat kesasar tadi. Haaah :D

Ruang tunggu ada di ujung utara, sementara tempat salat berada di ujung selatan. Ujung bertemu ujung. :) 

Dan, perjalanan menuju Kendari pun tiba. Cuaca mendung, tidak bersahabat, beberapa kali terjadi turbulensi. Sampai tiba saatnya mendarat, pesawat seperti terhempas, dan penumpang reflek berteriak, saya merasakan guncangan yang amat keras dan merasakan pilot yang sepertinya sedang berusaha mengerem menahan laju pesawat. Beruntung, tidak terjadi apa-apa. Pesawat mendarat dengan selamat. 

Sungguh, perjalanan hari ini yang luar biasa. Mulai dari menjadi penumpang yang dilupakan, ditinggal kapal, berada di dalam kapal yang nyaris tenggelam, mengurus tas yang di tahan, pendaratan yang hampir gagal.

Tapi ceritanya tidak hanya sampai di situ.

Sampai di tempat pengambilan bagasi. Kami adalah penumpang terakhir yang menunggui sampai habis barang. Ternyata, tas yang tertahan itu tidak ada, entah diturunkan di mana. Akhirnya, kisah ini berakhir seru di ruangan Lost and Found, :).

Maskapai mengajukan permohonan maaf karena kesalahan mereka barang kami diturunkan di Makassar. :)

Padahal itu tas isi oleh-oleh. Karena bukan kesalahan kami, maka tas itu pun dijanjikan akan diantar langsung ke rumah (entah kapan). Semoga segera sampai, jangan sampai kami sudah kembali dari mudik tasnya belum juga diantar. :D.

Jadilah, orangnya datang duluan, oleh-olehnya belakangan. :D.

Di dalam mobil menuju rumah, kami baru bisa bersyukur, bisa sampai dengan selamat. Lantas tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian demi kejadian yang baru saja dialami.

Jika Allah sudah berkehendak, sudah menetapkan, sudah berkemauan. Kun, maka Fayakun. 

"Untung tadi kepiting gak jadi dimasukkan ke dalam tas ya. Untung sudah dikeluarin",' kata saya pada Kak (suami)"

"Benerkan kata ku"

"Hehe", padahal tadinya saya mau masukkan sekalian kepitingnya ke tas oleh-oleh. Beruntung, karena kepiting yang saya bawa ini hanya tahan 24 jam. Jadi apa dia kalau sampai terikut di tas dan baru sampai seminggu kemudian. :D :D.


Tetaplah berpengharapan baik, berdoa yang baik-baik, mendoakan yang baik, berpikir yang baik, berbuat yang baik. Bisa jadi hasil akhirnya tidak sesuai dengan pengharapan. Kita menginginkan sehat, tapi Allah memberi sakit. Kita menginginkan kebahagiaan, tapi Allah menghadirkan ujian. Kita menginginkan kelancaran, tapi Allah menghadiahkan ganjalan. Itu semua sebab kasih sayang Allah, ia menginginkan kita untuk terus belajar, bahwa nikmat sekecil apa pun wujudnya, adalah sebuah KEBESARAN. 
Alhamdulillah, sampailah di rumah Ibunda tercinta. :)
Pelukannya yang hangat dan lama, kegembiraannya menyambut kami meluluhkan segala kekhawatiran dan gemetar sepanjang perjalanan hari ini. Allah Maha Besar mengajarkan satu hal hari ini, tentang betapa BESAR nya nikmat sebuah keselamatan itu.

Alhamdulillah. Sungguh sebuah nikmat yang tidak terkira. :)


Tiba di Haluoleo, Kendari dengan selamat, alhamdulillah 

Bagaimana pengalaman mudik teman-teman? :D semoga menyenangkan dan penuh keseruan ya. :)

Semoga semua perjalanan (kita) menuju pulang, dilancarkan. 

Sampaikan doa pada kerabat, saudara dan teman yang akan bepergian, semoga perjalanan lancar dan menyenangkan. 

Selamat Mudik bagi yang mudik ya! Selamat berjumpa dan berkumpul dengan keluarga tercinta! :)



You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



13 komentar