Kuliner

-180- Udang Galah: Kuliner Khas Tana Tidung

Sunday, January 17, 2016



Bismillahirrohmanirrohim,
Sejak tinggal di Kalimantan Utara, salah satu jenis seafood yang cukup sering saya makan adalah udang galah. Kalau ikan sudah biasa ya, di Penajam atau Balikpapan sekitarnya melimpah, tapi untuk udang jenis ini, tidak di semua tempat ada. Dan, salah satu panganan yang biasa akan dibawa oleh orang-orang sebagai oleh-oleh ketika bepergian sejak saya dulu tinggal di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, adalah udang galah. Dulu saya juga pasti membawa udang ini ketika pulang kampung ke Kalimantan Timur, mudik ke Kendari, Sulawesi Tenggara juga tidak pernah ketinggalan. Sebagian orang memilih membawa udang galah segar dengan cara membungkusnya di peti steoroform putih, ukurannya macam-macam, dari ukuran kecil, sedang hingga besar yang dengan tidak lupa memasukkan es ke dalamnya. 


Saat dipindah tugaskan ke Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten termuda di Kalimantan Utara (lima jam perjalanan darat dari Bulungan), di tahun 2013, udang galah sering saya jumpai di jual oleh nelayan ikan di sini. Udang galah dari Tana Tidung terkenal dengan udang berukuran besar, rasa yang enak, lebih gurih (karena berasal dari perairan tawar campuran antara sungai dan laut), dan tidak berbau tanah. Ditambah lagi, udang galah ini adalah hasil dari perairan Sungai Sesayap, sungai yang ada di Kabupaten Tana Tidung. Untuk membuktikan kekhasan udang galah Tana Tidung, pemerintah setempat pernah mengadakan pesta udang galah sebanyak 2 ton pada tahun 2011, sebagai bentuk rasa syukur satu tahun terbentuknya Kabupaten ini. Waktu itu, saya belum sempat turut mengikuti acara heboh hingga masuk rekor MURI, bayangkan saja, waktu itu acara ini dihelat di tengah lapangan, disediakan 1.801 kompor untuk menggoreng udang sebanyak dua ton oleh ibu-ibu dari tiap desa setempat.


Nah, pada tahun 2013, PKK Tana Tidung pernah menghelat acara serupa, dengan tetap menggunakan ikon udang galah ini, yakni acara ‘Makan Besar’ yang saat itu ditayangkan di salah satu saluran televisi swasta. 


Pasti kenal dengan duo pemeran di acara 'Makan Besar' ini kan? 

    Udang Galah merupakan jenis udang yang termasuk dalam spesies Macrobrachium rosenbergii. Udang galah memiliki ciri-ciri fisik yang lebih besar dari jenis udang lainnya. Udang galah biasanya hidup di daerah perairan air tawar yang dangkal. Wikipedia
Harga satu kilo udang galah bervariasi, tergantung besaran ukuran udang, biasanya semakin besar semakin mahal. Hari sabtu kemarin, kebetulan saya mendapatkan tawaran udang galah hasil dari pancingan, satu kilo dihargai Rp.70.000, besaran ukurannya campur, ada yang besar, sedang dan kecil. Kalau besar semua, harga bisa mencapai Rp 90.000 hingga Rp 100.000. 

Acara dibuka dengan tarian khas dari Tana Tidung
Saya sendiri jarang membawa udang galah ini dalam kemasan masih segar. Untuk alasan kepraktisan, sebagai oleh-oleh saya biasa mengolahnya terlebih dahulu, di goreng setengah matang. 


udang galah yang melimpah...:) 
Untuk rasa? rasanya enak sekali, gurih dan lezat. Karena dasarnya sudah enak, jadi mau diolah menjadi apapun pasti enak. Tapi, untuk saya pribadi, olahan original masih tetap juaranya, karena menurut saya, tanpa banyak bumbu, daging udangnya yang rasanya manis-manis gurih jadi lebih terasa. Cara memasaknya sederhana, tinggal direndam air jeruk nipis dan garam, lalu digoreng atau direbus juga bisa, sesuai selera. Kadang saya juga tidak menggunakan air jeruk nipis karena udangnya tidak berbau, dan juga tidak amis.

Proses syuting memakan waktu lama sekali, hampir seharian, dari pagi sampe sore. Dari sini saya jadi tahu betapa melelahkannya menjadi artis, :). Untuk satu adegan singkat saja, diulang hingga beberapa kali. Belum lagi, panas terik matahari dan masalah teknis yang lain. Begitu masuk tivi, tayangannya cuma jadi sekian menit saja.
Saya kembali setelah proses masak  yang panjang dan melelahkan ini selesai, kira-kira sebelum ashar. Alhamdulillah bisa ikut nyicip hasil masakan yang beneran sedapnya, olahan udang galah  dengan beberapa varian menu, itu juga masih beruntung bisa membawa pulang sepiring udang galah besar. :)

Yang paling enak dari makan udang galah ini menurut saya adalah bagian isi di dalam kepalanya. Di dalamnya ada telur udang dan sedikit daging yang enak sekali kalau dihisap, rasanya manis-manis gurih.  Karena itu, ukuran kepala biasanya lebih besar dibandingkan badan. 

Karena sudah terbiasa dengan udang galah goreng, kemarin saya mencoba memasaknya dengan merebusnya terlebih dahulu. Setelah direbus kemudian digoreng dengan sedikit minyak, sebentar saja. Ternyata, rasanya jadi lebih enak, menurut saya. Warnanya memang jadi tidak secantik dan secerah kalau langsung digoreng, tetapi tekstur dagingnya matang sempurna, begitu juga isi kepalanya. 

Ohya, saat memasak udang galah ini, entah digoreng atau direbus sebaiknya jangan terlalu lama, untuk menjaga daging tidak menjadi keras, atau terlalu kenyal seperti makan permen karet. 




Lain kali, inshaallah, saya juga ingin mencoba memasak udang galah ini dengan menu olahan yang berbeda. 


Tertarik mencoba? :)


You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



5 komentar

  1. Saya sukaaaa banget udang galah, Mbak. Apalagi kepalanya. Duh.. Enak banget... Ngileeer...

    ReplyDelete
  2. uwww..kebayanglah enaknya, di Siak juga banyak udang galah

    ReplyDelete
  3. Mbak nurin saya bisa minta alamat lengkap tempat udangnya berada, saya kepingin sekali kesana..

    ReplyDelete