Karya

-270- Membaca Geliat Perekonomian Kalimantan Utara

Friday, December 22, 2017



Bismillahirrahmanirrahim.

Setelah terpilih untuk mengikuti Workshop Menulis BPS dengan hashtagnya, #MenulisAsyikBPS bulan lalu, salah satu beban moril amanah yang diberikan selain menularkan virus menulis adalah muncul tulisan di koran jeng jeng jeng.... :D. 

Merasa malu-malu kucing gimana gitu ya, karena sebelumnya tulisan saya belum pernah masuk koran untuk versi seriyees dengan mengupas angka. :). Nyesel juga, kenapa karya sastra sebelumnya yang pernah masuk koran tidak saya masukkan ke blog ini sebagai arsip. 

Mengubah gaya menulis dari yang mulanya sak karepe, syuka-syuka menjadi satu genre bahasa koran bukan perkara mudah ternyata. Saya sempat vakum mengurus blog ini, karena merasa kehilangan kenikmatan dalam menulis. *Hamba blogger yang merasa kehilangan identitas, ahahaha, :D. 

Ngeblog makin terasa tidak nikmat, ketika kawan-kawan di grup ngejembreng prestasi masuk koran, sementara saya belum sukses-sukses juga, tulisan yang saya buat ditolak tiga koran lokal dan dua portal news online, *kunyah batako di pojokan dan minum es prutang :). 

Lalu akhirnya, saya masukkan sebagai updatean blog di sini: :)


Tulisan yang ini juga sebenarnya sudah ditolak oleh satu media, saya kirim dari 3 Desember, sampai dengan tanggal 19 Desember tiada kunjung berkabar. Saya heran, apakah semua koran lokal memang tidak punya SOP untuk membalas email pengirim tulisan untuk konfirmasi? harap-harap cemas berhari-hari sembari dag dig dug membuka koran ituuuuuh sesuatuuuuh, macam pengemis cinta yang di PHP looooh. :)

Lalu, tanggal 20 Desember lalu, di subuh pagi buta, saya kirimkan tulisan ini ke Tribun Kaltim. Surprise, karena esoknya, WAG kantor sudah ramai, memberitakan kalau tulisan saya masuk koran. Alhamdulillah, ya Allah rezeki anak shalelah. *benerin jilbab. :)

Sebagai bentuk rasa syukur dan media penyimpanan, saya upload di blog ini, mudah-mudahan yang pertama ini menjadi berkah untuk karya-karya selanjutnya. Semoga!


Amin, amin ya mujibas sailin. 


Membaca Geliat Perekonomian Kalimantan Utara

Terbit di koran Tribun Kaltim, 21 Desember 2017

Terbentuknya Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) sejak tanggal 16 November 2012 menjadi babak baru dalam histori Negeri. Lima tahun provinsi ini berjalan, dari segi ekonomi, Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Kaltara sejak tahun berdirinya selalu mampu bertumbuh kokoh pada batas angka melewati lima persen. Pada tahun 2012, ekonomi tumbuh sebesar 7,77 persen, tahun 2013 sebesar 8,15 persen, 2014 sebesar 8,18 persen. Mengalami perlambatan pada tahun 2015 dan 2016 akibat jatuhnya harga batu bara dan pengaruh perekonomian global yakni sebesar  3,13 persen dan 3,75 persen. Sementara pada kuartal ketiga tahun 2017, BPS baru saja merilis angka pertumbuhan Kalimantan Utara yang kokoh pada angka 6,62 persen, jauh melampaui angka tumbuh Provinsi Induknya (Kalimantan Timur) yang tumbuh sebesar 3,54 persen, dan angka pertumbuhan nasional sebesar 5,06 persen. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan, tentu saja.

Geliat Perekonomian Kalimantan Utara

Menelisik angka pertumbuhan ekonomi Kalimantan Utara lebih jauh. Pada struktur perekonomian, jika dilihat dari pembentukan nilai tambah, pada tahun 2016, perekonomian Kalimantan Utara didominasi oleh usaha Pertambangan dan Penggalian. Nilai PDRB menunjukkan bahwa kontribusi kategori tersebut mencapai 30 persen, tertinggi dibandingkan nilai tambah dari kategori atau lapangan usaha yang merupakan cakupan kegiatan Sensus Ekonomi (SE) 2016. Kategori yang juga memberikan nilai tambah cukup signifikan adalah Konstruksi yaitu sebesar 16 persen. Selain itu, usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor menyumbang sebesar 15 persen terhadap total penciptaan nilai tambah di Kalimantan Utara

Namun demikian, dari aspek kuantitas, data SE2016 menunjukkan struktur yang agak berbeda dari struktur penciptaan nilai tambah. Pada tahun 2016, peta potensi wilayah Kalimantan Utara menunjukkan bahwa hampir separuh (47,27 persen) dari total usaha di Provinsi Kalimantan Utara menjalankan aktivitas ekonomi pada kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor. Usaha ekonomi yang juga cukup banyak di Kalimantan Utara adalah usaha Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum, yaitu sekitar 17 persen dari total usaha di Kalimantan Utara. Sementara itu, jumlah usaha yang tersebar pada kategori lainnya, masing-masing berada di bawah 10 persen.

Dari total usaha yang ada di Kalimantan Utara, sebanyak 53.145 unit usaha atau sekitar 97,53 persen dari total usaha di Kalimantan Utara merupakan Usaha Mikro Kecil (UMK), sisanya, hanya 2,47 persen yang merupakan Usaha Menengah Besar (UMB). Peranan UMK yang sangat signifikan juga terlihat pada beberapa kategori. Beberapa kategori memiliki proporsi lebih dari 80 persen. Peningkatan jumlah UMK di Kalimantan Utara rata-rata sebesar 4,96 persen per tahun.

Dari aspek ketenagakerjaan, UMK juga cukup berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Secara umum dari total tenaga kerja sebanyak 149.676 orang, UMK menyerap 74,77 persen tenaga kerja, atau sekitar 111.920 orang. Sementara itu, 25,23 persen tenaga kerja bekerja pada Usaha Menengah Besar (UMB) di Kalimantan Utara.

Tantangan Perekonomian

Kekuatan UMK sebagai basis perekonomian Kalimantan Utara dapat menjadi salah satu modal pembangunan untuk terus diberdayakan. Hal ini sekaligus menjadi tantangan untuk Kaltara sebab sajian potret ekonomi menunjukkan, proporsi usaha/perusahaan yang berlokasi di Kalimantan Utara hanya 3,95 persen atau sebanyak 54.493 unit usaha/perusahaan. Jumlah usaha yang berada di Kalimantan Utara merupakan yang terkecil dibandingkan provinsi lainnya di Kalimantan.

Hal berikutnya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan investasi pada leading sektor potensial berbasis non sumber daya alam, terutama pada sektor perdagangan dan industri pengolahan. Perlu diingat, bahwa penciptaan nilai tambah yang dominan dari pertambangan dapat menjadi sebuah momok, dikarenakan sektor ini sangat bergantung kepada ketersediaan sumber daya alam yang tidak terbarukan.

Berdasarkan teori ekonomi yang ada, terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan sumber daya alam. Artinya, semakin cepat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah maka akan semakin menipis ketersediaan sumber daya alam di wilayah yang bersangkutan. Sebaliknya, akan terdapat hubungan positif antara pembangunan ekonomi dan pencemaran lingkungan, artinya semakin baik pembangunan ekonomi semakin tinggi pula tingkat pencemaran lingkungan. Ini adalah tantangan berikutnya bagi provinsi termuda ini. Ketergantungan terhadap sumber daya alam, apatah lagi yang sifatnya tidak terbarukan seperti halnya batu bara, sangat riskan dan rawan terkena imbas dampak perekonomian global selain permasalahan besar yang ada di depan mata; habisnya sumber daya alam, dan menyisakan masalah kerusakan lingkungan.

Selebihnya, dengan memperhatikan geliat pertumbuhan ekonomi yang terus bertumbuh kokoh selama kurang lebih lima tahun ini, saya merasa optimis bahwa provinsi muda ini masih punya peluang besar dan harapan untuk berkembang dan maju. Kita lihat saja!.*



You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



3 komentar

  1. Semoga berkah ya Mbak.. semoga makin membawa manfaat yang luas bagi masyarakat.. Amiin.. Saking semangatnya jadi komentar dua kali.. hehe

    ReplyDelete