Inspirasi

-191- Balada Pecel lele

Wednesday, June 01, 2016

Tana Tidung. Photo by: Ilunk

Bismillahirrohmanirrohim. 
31 Mei 2016, rapat hari terakhir pelaksanaan Sensus Ekonomi 2016 diadakan. Hari yang cukup sibuk, sampai-sampai tidak ada satupun dari kami yang mengingat perihal konsumsi rapat. Pukul dua belas tepat, barulah seseorang dari kami mengingatkan.

Baiklah, pesanan pun mulai dihitung. Saya langsung angkat tangan dan memesan Pecel Lele. Lele ini jenis komoditi yang jarang-jarang ada di sini. Jadi, sebagai pencinta lele garis keras :p, mumpung sedang ada, dan mumpung sudah lamaaaaaaaaaa sekali tidak makan lele. Saya memesan pecel lele. Lalu, lalu, jadi pada banyak yang ikutan lah. :D. Karena makanan baru dipesan jam dua belas siang -meskipun saya lagi ngidam berat dan sudah berkhayal membayangkan makan lele pedes-pedes endes dengan sambel- saya putuskan untuk makan siang di rumah saja, sayang makanan yang sudah tersedia di rumah jadi tidak termakan. Selain itu, keburu jam istirahat selesai, dan keburu kelaparan juga. :)


Begitu saya kembali dari istirahat siang, saya langsung bersemangat mengambil bungkusan konsumsi yang  kebetulan tinggal tiga.  

“Loh, lele saya mana? Kok ayam?”,
“Mbak tadi pesen apa?”
“Lele kan? Hayoooo siapa yang ambil lele saya? Hayooo siapa yang nuker nih? Aduh kecewa saya”, mana bungkusan ayamnya sudah remek, sepertinya habis dibuka, dilihat isinya lalu dibungkus lagi. :).

“Lah terus pesenan Lelenya yang satu lagi mana? Masih ada dua nih yang belum dapet lele”.

Yah, gimana tidak kecewa. Lagi pengen-pengennya, udah bayangin gimana sedep kriuk-kriuknya, ngebayangin nanti sore pulang kantor bisa makan lele ditemani nasi hangat, ngebayangin sambel tomatnya. Nikmatnya!. Harapan sudah begitu tinggi menjulang sampai ke langit Je...:D.

Tapi begitulah, takdir. Iya, begitulah kalau Allah sudah berketetapan. Meski, perhitungan sudah tepat, perencanaan sudah matang. Para pemesan lele sudah dihitung, jumlahnya pas, sesuai. Kurir yang di utus untuk membeli juga sudah mengatakan,
“Iya bener kok Mbak, tadi saya mesennya udah bener”.  
Ya begitulah. Urusan remeh temeh macam lele saja bisa meleset dari perkiraan. Apalagi urusan-urusan besar dalam hidup. Mudah saja bagi Allah. Mudah saja. Jika Allah berkehendak lain, jika Allah belum mengijinkan harapan mewujud menjadi kenyataan, mudah saja bagi Allah.

Lalu soal kecewa?
Nah ini, ini yang menarik. :)
Kalau keadaan saya sedang suntuk, lagi banyak kerjaan, iman menipis, tanggal tua lagi, maka bentuk kekecewaan ini bisa panjang buntutnya..:p. Saya pasti sudah suudzon level tinggi, curiga sama setiap orang, marah-marah, tidak terima. Cari tahu siapa pelakunya! Meskipun nasi sudah menjadi bubur, eh lele sudah berubah menjadi ayam, :p.

Tapi, ini pasti berbeda, jika kacamata yang digunakan adalah kacamata positif. Kacamata husnudzon. Iman lagi dalam kondisi bagus-bagusnya. :D.
“Yah, gak papalah, besok juga sudah tanggal 1, sudah gajian, sebentar lagi juga terima gaji 13, 14. Masih bisa beli lele lagi sendiri. ” Eaaaa.... kan enak tuh. Hidup tentram, gak susah hati. Riang dan senang. Kan semua hal bisa terjadi. Bisa saja salah hitung pesenan, bisa saja pemilik warung salah dengar, bisa saja...bisa saja... banyak kemungkinan.

Jadi, faktor kedekatan dengan Allah itu juga penting. Menjaga stabitilitas iman itu juga penting. Biar gak gampang tersulut emosi, biar gak sedikit-sedikit kecewa menerima kenyataan hidup, marah-marah, lalu mempertanyakan takdir.
“Kenapa aku Tuhan?”
“Kenapa aku yang terpilih menerima ujian ini?”
“Kenapa.... kenapa... kenapa?”.
Sebab, manusia ini apa sih. Lemah dan tidak tahu apa-apa perihal hidup. Mana yang baik, dan mana yang tidak baik untuk kehidupan di masa yang akan datang, kita tidak tahu apa-apa. Nol besar.

Oh ya, ada satu lagi yang penting.
Orang-orang seperti ini pasti akan selalu ada di dunia ini. Catat ya!. :)
Orang-orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri, kepentingannya sendiri. Tidak peduli meski harus merampas hak orang lain, yang penting hidupnya senang, yang penting tujuannya tercapai, sukses.
Iya, sebut saja oknum.
--Oknum yang diduga dengan sungguh tega menukar pesenan lele saya--, ihihi. Gak tahu apa, saya lagi pengen-pengennya makan lele. :).

Tapi saya berbicara di luar konteks kelelean. :p.

Saya berbicara dalam konteks yang lebih luas. Orang-orang seperti itu pasti selalu ada. Mereka yang tidak pernah merasa bersalah mengambil jalan pintas kesuksesan. Mereka yang merampas hak atau mungkin impian dan harapan orang lain demi kepentingan pribadinya.

Jadi, janganlah bersikap demikian itu kawan!
Karena tidak jadi makan pecel lele di saat harapan sudah terlampau tinggi itu sakit, Jenderal!. #eh, :D

Jadi, karena mereka-mereka sudah pasti ada, ya biasa saja, tetaplah melangkah dengan anggun. Jangan terlalu diambil pusing, cukup jadikan pelajaran, bahwa kita tidak perlu bersikap seperti mereka. Pastikan kita bisa menjadi sebaik-baik jalan untuk kesuksesan orang lain, lalu menjadi bagian dalam tawa kebahagiaan kesuksesan orang lain. Menjadi orang yang menyenangkan, punya banyak teman, dan punya kebermanfaatan. 

Sungguh, kebaikan itu akan kembali. Esok, pasti, entah dengan cara bagaimana, kebaikan yang dahulu pernah kita tanam, akan datang kembali, memeluk kita. 

Nah, soalan kecewa saat sesuatu yang kita impikan tak bersesuaian dengan kenyataan, itu reaksi lumrah, biasa saja. Yang tidak lumrah jika sampai kecewa itu mengendap, jadi bulan-bulanan. Lalu marah, sampai mempertanyakan eksistensi Tuhan.

Terima, bersabarlah, sebab hikmah pasti datang belakangan.
-Karena kalau hikmah datang duluan, itu namanya pendaftaran, :p.-

Bahwa menjalani hidup ini sesungguhnya mudah saja, 
ringan saja, 
pahami, bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi, 
kecuali dengan seizin-Nya. 






You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



2 komentar

  1. Aku jadi ingat Rin, pernah ada yang mengambil botol aquaku, masih utuh di meja, agak kesel dan kecewa kok mau ngambil gak ngomong tapi sambil ngucap juga. Eh gak lama bos datang dan ngaku kalau beliau yang ngambil hihihi malu aku. Saat itu aku emang lagi capek habis mewawancarai 20 calon petugas dan berujung pada insiden tersebut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi..Wida:). Aku lupa mau bales2 ini. Kadang ya meski kita anggap remeh ternyata buat orang lain berharga ya...

      Delete