Celoteh

-155- Kenangan

Wednesday, September 03, 2014


Bismillahirrohmanirrohim, 


Saya suka musik, tapi bukan pencinta musik. Jadi, jangan pernah bertanya pada saya tentang lagu-lagu keluaran terbaru, saya tidak pernah tahu. Sejak kurang lebih lima atau enam tahun lalu, saya sudah mulai mengurangi frekuensi mendengarkan musik. Belakangan, saya merasa sudah lama sekali tidak punya kebiasaan mendengarkan musik, termasuk nasyid. Itu bukan berarti saya benar-benar anti musik, bukan begitu. Sesekali saya juga rindu, seperti hari ini, saya pun mulai menulis diiringi musik, meski rasanya agak sulit berkonsentrasi –berisik sekali-. Pernah tahu lagu Hingga Ujung Waktu yang dinyanyikan Sheila On 7? Itu lagu yang benar-benar saya sukai sejak dulu, sampai sekarang, saya masih suka mendengarkannya, sesekali jika rindu. Saya suka liriknya, kedalaman maknanya, semuanya. Tidak ada peristiwa atau alasan kuat yang melatarbelakangi, saya hanya menyukainya, itu saja. Dan saya masih suka mengenang betapa damainya perasaan saat mendengarkan lagu itu.

Seperti bernostalgia akan masa yang telah usai, hari-hari yang usang, catatan-catatan perjalanan yang telah lewat. Itulah yang saya rasakan saat mendengarkan kembali lagu itu. Jika ada yang mengatakan untuk hidup di hari ini, kita harus mulai melupakan masa lalu, menghapus semua memori dan memulai lembaran baru. Saya tidak sepakat dengan itu. Saya mulai belajar tentang perkara melupakan itu adalah hal yang paling menyulitkan, menyakitkan. Semakin kita berupaya melupakan kenangan akan masa lalu, ia tumbuh menjadi benalu yang terus mengikat kehidupan di hari ini. Kita seolah berjalan dengan membawa beban berat yang terseret di kaki, kemudian menganggap beban itu seolah tidak pernah ada di sana. Kita berupaya untuk tidak pernah lagi merasakan sakitnya, sementara peristiwa menyakitkan itu ada sebagai rangkaian tali-temali yang membawa kita pada kehidupan di hari ini. Untuk itu, saya mulai belajar berdamai. Berdamai dengan masa lalu, dengan kenangan, dan bukan benar-benar melupakan. Belajar meletakkan kenangan pada tempatnya, menyimpannya di rak-rak ingatan, yang suatu saat bisa saya ambil kembali untuk sekedar dikenang, dinikmati. Tentu saja, hal itu membutuhkan proses dan waktu. Sesekali, saya berkeinginan kuat untuk kembali ke masa lalu, sesekali, saya begitu ingin menghilangkan salah satu puzzle peristiwa di masa lalu. Tetapi, hidup di bawah bayang-bayang masa lalu sangat tidak mengenakkan. 

Saya belajar untuk lebih ahli menyimpan kenangan, saya hanya perlu berlagak seperti sedang membangun museum purbakala. Saya menyimpan beberapa benda yang bernilai historis buat saya. Seperti sekumpulan surat-surat saat SMA, sebungkus coklat (bungkusnya saja) yang mana jika hari ini saya membukanya kembali, bau cokelatnya masih harum meski umurnya sudah lebih dari empat tahunan. Saya fikir waktu itu saya tidak akan pernah tersentuh dengan pemberian semacam itu –coklat, bunga, boneka, kejutan makan malam-, saya tidak pernah merasa hal-hal umum seperti itu romantis. Tetapi, di hari itu, sebungkus cokelat kecil itu ternyata memberikan debar yang berbeda, saya bahagia , dan bisa mengingat seluruh percakapan yang hanya terhitung belasan menit itu. Seharusnya, setiap potongan masa yang telah lewat itu dapat dinikmati, karena tersimpan dengan rapi dan di jaga. Seperti saat kita masuk ke sebuah museum, dan menikmati setiap nilai yang disuguhkan benda-benda purbakala itu. Atau seperti menikmati senja, tempat dimana kita bisa sejenak mengakhiri hari dengan indah, mengingat semua pencapaian yang telah dilalui seharian. 

Tetapi, kenangan -entah itu baik ataupun buruk- percayalah, akan selalu membersamai kehidupan kita. Jangan pernah menghukumnya, hanya karena rasa sakit yang diberikannya, atau jangan terus menerus memaksanya hadir di kehidupan hari ini, hanya karena rasa berbunga-bunga yang dihadirkannya. 

Biarlah masa lalu berada pada tempatnya, 
hiduplah sepenuhnya untuk hari ini, 
kenanglah kenangan seperlunya, 
songsong hari ini seperti semangat sang fajar, 
menyala, terang, membawa harapan,
janji-janji baru, 
impian-impian baru,
dan kehidupan baru,
yang lebih,




You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



2 komentar

  1. Tak apa sesekali menengok ke belakang...sesaat saja sekedar untuk menoleh dan menguatkan langkah menuju ke depan :)

    ReplyDelete