Review

-144- Berpikir & Berjiwa Besar

Wednesday, February 12, 2014





Judul Buku     : Berpikir & Berjiwa Besar
Judul Asli        : The Magic of Thinking Big
Penulis                        : David J. Schwartz Ph.D
Cetakan pertama       : 1992

“Manusia sesungguhnya adalah apa yang ia pikirkan di dalam hatinya.”
-Nabi Daud-
“Manusia yang agung adalah mereka yang mengetahui bahwa pikiran menguasai dunia”.
–Emerson-

Siapa yang tidak mengetahui tentang besarnya kekuatan pikiran? Bahkan tokoh yang amat perspektif seperti Shakespeare berpendapat, “Tidak ada yang baik atau buruk kecuali bahwa pikiran membuatnya demikian”. Tokoh seperti Milton dalam Paradise Lost menuliskan, “Pikiran adalah tempatnya sendiri dan pikiran ini saja dapat membuat surga dari neraka atau neraka dari surga. Allah juga telah mengindikasikan mengenai hebatnya pikiran ini yang diriwayatkan berdasarkan sebuah hadits,
"Sesungguhnya Allah berfirman: "Aku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku."[HR.Turmudzi]


Tetapi, bagaimana kita dapat membuktikan teori dan pendapat tersebut? Sebuah pertanyaan wajar yang mungkin akan muncul, ya, pertanyaan yang hanya dapat dijawab melalui sebuah pembuktian. Bukti-bukti tersebut datang dari kehidupan orang-orang pilihan di sekeliling kita yang, melalui keberhasilan, prestasi dan kebahagiaan, membuktikan bahwa berpikir besar benar-benar mendatangkan mukjizat.

Saya ingat, bagaimana kehidupan saya, di tahun-tahun awal Sekolah Menengah Atas. Saya mengalamai tingkat kepercayaan diri yang sangat buruk, rapuh, dan pikiran yang penuh dengan prasangka. Lalu saya menemukan buku ini, seorang sepupu saya memberikannya kepada saya. Katanya, buku ini sangat bagus, bacalah. Buku ini, sedikit banyak membawa perubahan pada diri saya, terutama perubahan bagaimana mengelola pikiran, jiwa sekaligus meningkatkan rasa percaya diri. Sebelumnya, saya termasuk siswa yang tidak di kenal, tidak pernah mendapatkan rangking, tidak pernah mengikuti ekstrakurikuler, cukup introvert dan sangat pemalu. Kemudian, buku ini datang membimbing saya, memaksa saya melakukan banyak gebrakan baru yang mungkin terlihat biasa seperti: berjalan membelah lapangan menuju ke kantin, -sebelumnya saya lebih memilih jalan memutar demi menghindari tatapan mata orang-orang, saya selalu merasa risih diperhatikan, meski orang-orang belum tentu memperhatikan-. Saya mendaftar untuk mengikuti beberapa ekstrakurikuler, mencoba bergabung dengan komunitas, dan berusaha sekeras mungkin mendapatkan rangking, agar dapat terpilih dalam Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK). Saya berlatih untuk mengisi pikiran dengan hal-hal yang lebih positif, dan kekuatan pikiran itu telah membawa saya kepada sebuah perubahan besar, yang tentunya jauh lebih baik. Saya beberapa kali mendapatkan rangking terbaik untuk satu angkatan, sisanya tidak pernah lebih rendah dari rangking 3. Saya masuk di jajaran kepengurusan OSIS, sempat menjadi calon ketua, memaparkan visi-misi di hadapan banyak muka, bergerilya mempromosikan diri –dimana hal demikian ini sangat jauh dari bayangan saya tentang kemampuan diri saya sendiri-, beberapa kali mewakili sekolah untuk perlombaan, juga mewakili dalam pertemuan-pertemuan pengurus OSIS antar sekolah. Dari itu, saya kemudian benar-benar memercayai tentang kekuatan pikiran ini. Dan saya tidak dapat memungkiri, sebagian besar karena terpengaruh buku ini. 

Jadi, buku ini sudah pernah saya baca, 13 tahun yang lalu. Tahun 2014, saya mencanangkan untuk membacanya kembali, karena saya membutuhkannya. Buku ini, semacam terapi jiwa dan pikiran yang lebih dari sekedar motivasi. Buku ini tidak hanya menyajikan teori atau opini semata, tetapi memberikan pendekatan yang sudah terbukti terhadap situasi kehidupan yang nyata, dan merupakan langkah-langkah yang dapat diterapkan secara universal. Meski, kebanyakan contoh yang diberikan di buku ini lebih banyak mengacu ke kehidupan wiraniaga, pebisnis dan semacam itu. Untuk kalangan di luar itu, seperti saya, membacanya terkadang agak membosankan, tetapi hal itu tidak terlalu mengganggu.

Buku ini dibagi menjadi 14 bab, dengan disertai ringkasan di setiap akhir bab, yang akan sangat membantu, jika kita tidak menginginkan membaca kalimat panjang, dan uraian yang bertele-tele. Masing-masing bab, memiliki pokok bahasan tersendiri, yang sebaiknya dibaca dengan perlahan, dan akan lebih baik jika segera dipraktekkan, sebelum melangkah menuju bab berikutnya. Pembaca buku ini akan terlihat seperti peserta program yang sedang mendengarkan motivator yang berbicara dalam beberapa episode. Dimana buku ini telah disusun dengan sangat baik, memenuhi tiga unsur dalam sebuah program pelatihan, yakni:
1. Memberikan isi, apa yang harus dilakukan
2. Menyediakan metode, bagaimana mengerjakannya
3. Memenuhi tes pembuktian, yaitu mendatangkan hasil

            Bab pertama pada buku ini menyajikan tentang bagaimana mengembangkan kekuatan kepercayaan. Mungkin, ini masalah umum yang seringkali menyerang. Kita seringkali merasa kalah sebelum bertanding, merasa tidak mampu sebelum mencoba, pesimistis sebelum berjuang. Sementara, disadari atau tidak, dalih kepercayaan bisa menebas itu semua. Jika kita benar-benar percaya dapat melakukannya, maka kita benar-benar akan dapat melakukannya.

Berpikir sukses, jangan berpikir gagal. Sewaktu menghadapi situasi yang sulit, berpikirlah, “saya akan menang”, bukan “saya akan kalah”. Ketika anda bersaing dengan orang lain, berpikirlah, “saya sama dengan yang terbaik” bukan “saya tidak masuk hitungan”. Jika peluang muncul, berpikirlah “saya dapat melakukannya” jangan pernah berpikir “saya tidak dapat”. Biarkan pikiran utama “saya-akan-berhasil” mendominasi proses berpikir anda. Berpikir sukses mengkondisikan pikiran anda untuk rencana yang menghasilkan keberhasilan. Berpikir gagal mengerjakan yang persis berlawanan. Berpikir gagal mengkondisikan pikiran memikirkan pikiran-pikiran lain yang menghasilkan kegagalan. Hal: 12.

Seringkali kita menilai rendah diri kita. Dan buku ini mengajak agar kita merubah pola-pola perendahan diri, ketidakpercayaan diri, pesimistis menjadi sikap optimistis yang dimulai dengan mengisi pemikiran-pemikiran positif. Orang yang sukses bukanlah orang yang super. Sukses tidak mensyaratkan super-intelek. Juga tidak ada yang mistis mengenai sukses. Sukses tidak didasarkan pada nasib. Orang yang sukses hanyalah orang biasa yang telah mengembangkan kepercayaan kepada diri sendiri dan apa yang mereka kerjakan. 

Yang penting sebenarnya bukanlah berapa banyak intelegensi yang anda miliki, tetapi bagaimana anda menggunakan apa yang benar-benar anda punyai. Pikiran yang memandu intelegensi anda jauh lebih penting daripada kuantitas kekuatan otak anda. Biarlah saya ulangi sekali lagi, karena ini sangat penting –pikiran yang memandu intelegensi anda jauh lebih penting daripada berapa banyak intelegensi yang mungkin anda punyai-. Hal: 24. 

Mengapa beberapa orang yang brilian gagal? Disini Schwartz memberikan contoh tentang seorang pria yang ia kenal memenuhi syarat sebagai seorang genius, yang mempunyai intelegensi abstrak yang tinggi. Walaupun intelegensinya sangat tinggi, ia adalah salah satu dari orang paling tidak berhasil yang saya kenal. Ia mempunyai pekerjaan tingkat menengah (ia takut akan tanggung jawab). Ia tidak pernah menikah (ia dibuat takut oleh angka perceraian yang tinggi),  ia hanya mempunyai sedikit teman (orang bosan dengannya), ia tidak pernah menaruh investasi dalam bidang property jenis apapun (ia takut kehilangan uangnya). Orang ini menggunakan kekuatan otaknya yang hebat untuk membuktikan mengapa segalanya tidak akan berhasil, bukannya mengarahkan kekuatan mentalnya dalam mencari cara-cara untuk berhasil. Karena cara berpikir negatif yang memandu otaknya yang hebat, orang ini sedikit sekali memberikan sumbangan dan tidak menghasilkan apapun. Dengan sikap yang berubah, ia sebenarnya dapat mengerjakan hal-hal besar. Ia mempunyai otak yang cerdas yang dapat menjadi dasar bagi keberhasilan yang luar biasa, tetapi sayangnya, ia tidak mempunyai kekuatan pikiran. 
   Permasalahan pikiran yang agaknya juga cukup menganggu adalah ketakutan. Saya sering mendapati orang-orang yang begitu takut untuk tampil padahal ia layak untuk tampil. Ketakutan adalah musuh sukses nomor satu. Ketakutan menghentikan orang memanfaatkan peluang; ketakutan meletihkan vitalitas fisik; ketakutan benar-benar membuat orang sakit, menyebabkan gangguang organik, memendekkan umur; ketakutan menutup mulut anda ketika anda sebenarnya ingin berbicara. Ketakutan akan orang lain adalah ketakutan terbesar. 

Sewaktu menghadapi masalah sulit, kita tinggal di dalam lumpur hingga kita mengambil tindakan. Harapan adalah suatu awal. Akan tetapi harapan memerlukan tindakan untuk mendapat kemenangan. Hal.43. 

Bagian yang menarik di buku ini –sesuai judulnya- adalah bagaimana berpikir besar? Schwartz menuliskannya dalam sebuah kalimat inti yang ringkas,
Pemikir besar adalah ahli dalam menciptakan gambar yang positif, memandang ke depan, optimistis baik di dalam pikiran mereka sendiri maupun pikiran orang lain. untuk berpikir besar kita harus menggunakan kata dan frase yang menghasilkan citra atau gambar mental yang positif dan besar. 

Percaya bahwa sesuatu dapat dilakukan. Inilah prinsipnya: untuk melakukan apapun, kita harus lebih dahulu percaya bahwa hal itu dapat dilakukan. Percaya sesuatu dapat dilakukan membuat pikiran bergerak mencari cara untuk melaksanakannya. Jika anda percaya sesuatu itu tidak mungkin, , pikiran anda akan bekerja bagi anda dan membantu anda mencari jalan untuk melaksanakannya. Hapuskan kata “tidak mungkin”, “tidak akan berhasil”, “tidak dapat dikerjakan", “tidak ada gunanya mencoba” pikiran anda akan bekerja bagi anda untuk membuktikan mengapa hal itu tidak mungkin. Akan tetapi, jika anda percaya, sesuatu dapat dilakukan, benar-benar percaya, sesuatu dapat dilakukan, dari pikiran dan kosakata pembicaraan anda.

Akhir dari resume ini, saya tentu saja merekomendasikan buku ini, sebagai bacaan wajib demi memperbaiki kualitas pikiran dan jiwa. Buku ini dengan segenap kelebihannya, benar-benar memberikan motivasi yang begitu mendalam dan mengena, seolah ingin melengkapi, buku ini juga penuh dengan contoh-contoh keseharian dari orang-orang yang memang dikenal oleh penulis sendiri. Tentu saja saya yakin, buku ini hadir setelah riset bertahun-tahun dan berdasar pada pengalaman penulis. Jikapun, kita malas membaca penjelasan yang terlalu bertele-tele, selalu ada ringkasan di setiap akhir bab, yang dapat dilahap dengan cepat. Kekurangan buku ini –dari perspektif saya pribadi- adalah bahwa sayang sekali buku ini tidak dapat dibaca dengan cepat dan sambil lalu, jika benar-benar ingin mendapatkan pengaruhnya, sebaiknya buku ini memang dikunyah perlahan dan segera dipraktekkan. 

Selamat membaca!



You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



12 komentar

  1. buku yang berbobot ya.. resensinya jg berbobot bangeet.. lengkap dan detill.. hihi saya paling susah resensi buku nonfiksi gini.. salut :)

    ReplyDelete
  2. buku yang berbobot ya.. resensinya jg berbobot bangeet.. lengkap dan detill.. hihi saya paling susah resensi buku nonfiksi gini.. salut :)

    ReplyDelete
  3. @Binta Almamba: Bangeeeet Mbak, meski tergolong buku lama, buku-buku lama suka bagus-bagus ya memang,

    ReplyDelete
  4. aku membacanya waktu masih SMA tahun 80-an...makasih mengingatkan lagi...

    ReplyDelete
  5. eh salah tahun 90-an... wong belinya di shoping udah jaman kuliah

    ReplyDelete
  6. @Ida Nur Laila: dan saya membacanya di tahun 2000-an, berarti kira2 10 tahunan setelah generasi Ibu, hihi,,, masih ngena juga ni buku ya rupanya, :)

    ReplyDelete
  7. kayaknya buku bagus nih ya, tp masuk waiting list dulu deh

    ReplyDelete
  8. ini bukunya bisa diorder di toko buku gak ya mak?

    ReplyDelete
  9. @Titis Ayuningsih: kurang tahu saya juga Mbak tentang itu, coba di googling dan hunting ya Mak Titis. Semangkaaaaa!! :)

    ReplyDelete