Parenting

-123- Cinta Quran, Insyaalloh Berkah

Monday, August 26, 2013

"Ada tukis! ada tukis!"

Teriakan Fifi cukup mengagetkan,

"Ada apa Nak?",

"Eh... itu.. ehm... eh... eh... ada tukis..."

"Tukis?", saya mengernyitkan dahi, sambil berfikir.

"Ada tikus?"

"Iya... tadi Fifi lihat, ada tikus, disana.... ", panjang lebar Fifi mulai semangat bercerita.

Lain kesempatan, saya bertanya padanya,

"Fi, tadi di sekolah makan apa?"

"Nasi oyeng ndak ada Bun"

"Jadi makan apa tadi di sekolah?"

"Ehm...ehm... ", berfikir agak lama.

"Tadi disekolah, makan toso..."

"Toso? soto... tadi makan soto ya?"




Ini  hasil goresan mewarnainya, dari berbagai macam warna, hanya ada dua warna yang digunakannya, hijau dan cokelat. Warna hijau, seingat saya, adalah nama warna pertama yang dikenalinya.

Setelah mengucapkan kata 'cukup' dengan 'cupuk', akhir-akhir ini terhitung sudah 3 kata, yang diucapkan si kecil secara terbalik, dan spontan. Kedengarannya memang lucu, saya saja saat mengingat-ingat kembali kata 'tukis', bisa tertawa sendiri. Hanya, saya belum sempat mendalami lebih jauh tentang perkembangan otaknya, jadi belum tahu sebenarnya ada apa dengan si 'otak' hingga begitu kreatif bisa membolak-balik kata.

Belakangan, saya masih berkutat mempelajari kemampuan daya ingatnya. Dalam waktu kurang lebih lima bulan, saya akui sudah banyak perkembangan yang terjadi pada Fifi. Daya ingatnya luar biasa, kini ia sudah bisa membedakan banyak warna, bisa mengingat banyak lagu, artikulasi katanya juga semakin jelas dan baik. Tetapi yang masih mengganjal buat saya, adalah perkembangan mengajinya, yang dalam waktu lima bulan ini, belum beranjak dari halaman 1 Qiroati. Ada apa ya?, kira-kira seperti itulah yang ada dalam fikiran saya saat mengetahui dalam waktu selama itu, Fifi masih sering tertukar huruf a dan ba. Dan lagi, kenyataan bahwa Fifi tidak memiliki antusias atau semacam keinginan untuk mengaji kembali di rumah, membuat saya berfikir, ada apa ya?


Nah, kebetulan saat pulkam kemarin, akhirnya saya bisa ikut menonton salah satu program terbaik di Romadhon kali ini, 'Hafidz Indonesia', gaungnya memang sudah semarak sejak awal Ramadhan lalu. Berhubung, masih sibuk dengan pindahan, Ramadhan di tahun ini dilalui tanpa tv. Jadi, saat kawan-kawan yang lain sibuk menceritakan acara ini, saya hanya menyimak saja. Sejak awal pernikahan, saya dan suami sudah banyak berdebat tentang perlu tidaknya tv di rumah. Terlepas dari pro-kontra pengaruh tv untuk perkembangan pendidikan anak, pada akhirnya, kami sepakat, bahwa kami memerlukannya (mungkin kapan-kapan, saya akan bercerita lebih banyak tentang ini, insyaalloh).

Saat menyaksikan acara ini, dan melihat anak-anak seumuran, dan bahkan ada yang usianya di bawah Fifi dapat dengan lancar menghafalkan Juz 30, membuat saya tersadar, bahwa anak-anak memang seperti itu. Semua anak, dibekali kemampuan  daya ingat yang luar biasa, sehingga sangat mudah merekam segala bentuk informasi yang diberikan. Jadi saya yakin, ada sesuatu yang 'mungkin terjadi' dan itu bukan lagi berhubungan dengan Fifi. Tidak ada yang ganjil pada daya ingatnya. Kemampuan mengingatnya luar biasa, bahkan untuk mengingat nama-nama orang yang dikenalinya atau mengisahkan kembali cerita-cerita yang saya bacakan dari buku. Kesimpulan tersebut membawa saya lebih banyak merenung ke dalam, maksudnya ke dalam diri saya sendiri. Sebenarnya, saya sudah lama ingin berbagi tentang ini, tetapi masih agak ragu untuk menuliskannya. Saya kemudian merenungkan tentang hubungan kami (saya dan suami) dengan Al-Quran dalam kurun waktu lima bulan ini. Saya mendapati, bahwa selama ini kami belum dapat menciptakan suasana Qurani dengan baik di rumah. Saya juga merenungkan perkembangan saya dengan Al-Quran, lalu mendapati bahwa memang dalam lima bulan ini tidak ada kemajuan yang berarti, jika digrafikkan, hanya sebuah garis standar yang dapat saya lihat, stagnan, tidak ada kemajuan.

Ba'da Ramadhan, kami mulai mencoba memperbaikinya, saya juga mulai mengakrabkan diri kembali dengan Al-Quran. Tidak berapa lama setelah itu, Fifi menemui saya dengan membawa buku Qiroatinya, 

"Bunda, Fifi mau baca a-ba...", luar biasa, subhanalloh, untuk pertamakalinya, saya melihat antusiasmenya untuk mengaji, tanpa diminta. Tidak ada pengaruh dari siapapun, karena sekolah belum masuk, dan pada saat libur panjang hampir satu bulan ini, saya tidak pernah mengajak Fifi mengaji -karena anaknya memang belum mau-. Seterusnya, kini kami telah memiliki jadwal tetap untuk mengaji. Benar saja, ternyata tidak butuh waktu lama baginya untuk mengingat beberapa huruf selain a-ba.

Saya masih perlu belajar banyak tentang mendidik anak, tetapi saya selalu meyakini bahwa dalam proses mendidik anak, kualitas orangtua sangat banyak pengaruhnya terhadap anak. Maksud saya, kualitas 'dalam' yang banyak hubungannya dengan hati. Saya mendapati saat suasana hati saya sedang tidak baik, anak cenderung rewel dan banyak tingkah, begitu sebaliknya. Jadi, dalam beberapa kejadian yang saya temui, seringkali saya mulai mengevaluasi diri sendiri sebelum mencari penyebab lainnya.

Selain Hafidz Indonesia, acara favorit lain yang saya tonton adalah program tayangan Aksi 'Insyaalloh Berkah', karena itu, keduanya saya jadikan judul dalam tulisan ini.

Ah iya, hari ini, setelah sekian lama, akhirnya saya membaca catatan ngaji Fifi dari Bu Guru, disitu tertulis, 'Lanjut' ditambah dengan dua bintang.

Semoga tulisan ini bermanfaat, setelah sekian lama tak bersua,,, :)



















You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



2 komentar

  1. kaya ponakanku, mau bilang bola bilangnya balo. beberapa kata juga kebalik.

    semoga Fifi makin rajin belajarnya :)

    ReplyDelete