Celoteh

-115- Yang Pasti Itu Mati!

Wednesday, May 29, 2013

Gambar diambil dari: Sini
Bismillahirrohmanirrohim, 
Setiap orang pernah bersedih, pernah menangis, saya juga. Dan, di sela-sela tangisan saya itu, saya tak pernah menyangka, Kak akan menepuk pundak saya, dan berkata:
"Sudah, makan dulu sana... ada mie ayam spesial tuh!"
Haha ... gak lah ya ...  waktu itu saya menangis cuma gara-gara buku. Buku-buku saya -waktu itu berjumlah ratusan- terserak begitu saja dilantai, tanpa rak. Sebelumnya, kami memang mendapatkan pinjaman rak, dan saat itu sang pemilik mengambil kembali raknya. Bagi saya, itu hal yang sangat menyedihkan (halah, lebay). 
"Sudah, tenang saja, nanti saya buatkan lemari buku untukmu... ", inilah kalimat yang Kak ucapkan pada saya waktu itu.
Tidak berapa lama, Kak benar-benar membeli beberapa kayu, dan membuatkan sebuah lemari buku, untuk saya, ehm, itu romantis sekali, (meskipun saya tidak pernah berhenti menagih kapan lemari buku saya jadi, rasanya laaaama sekali, maklum tukang kayu dadakan ^^ ).


Setiap orang pernah marah, pernah kesal, saya juga. Dan, saya begitu kesal, saat tahu buku baru saya, yang baru dibuka dari plastik, yang bahkan belum saya baca, yang saya pinjamkan ke orang lain itu, tidak kunjung kembali. Yang paling membuat kesal adalah, si peminjam sama sekali tidak merasa -entah lupa, entah malas-, lalu lagi-lagi seolah tidak berkeinginan mengembalikan, terbukti dengan janji bertemu yang selalu tertunda, tanpa kabar berita -sementara saya selalu berharap-harap senang akan segera bertemu dengan si buku-. 
"Masak iya sih, orang seperti dia, yang terkenal amanah, tega menyalahi janji?", masih dalam keadaan marah, saya curhat (lagi) pada Kak.
"Katanya mau datang jam 1, ternyata gak jadi, terus katanya besok, ditungguin juga gak datang, sekarang dijanjiin lagi nanti sore...", masih berkutat dengan peminjam buku. 
"Ya sudahlah, pengalaman. Lain kali jangan mudah meminjamkan buku pada orang". 
Tetapi, saya, paling senang meminjamkan buku, itu masalahnya. Kadang, Kak yang tahu sifat saya yang satu ini, diam-diam menyembunyikan beberapa buku bagus di dalam kamar, agar dapat saya baca, dan tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Meski, lagi-lagi, saya protes "ini buku kita beli kan, buat dibaca, bukan untuk disembunyikan", badung banget ya saya. 

Meski saya senang mengoleksi buku, kemampuan mengoleksi buku ini masih berbanding terbalik dengan kemampuan membaca saya. Jadi, seringkali saya membeli banyak buku, tetapi belum sempat dibaca. Yang pasti, bagi saya, buku itu barang berharga. Jika diibaratkan dengan orang yang mencintai emas permata, dan barang mewah, maka buku itu termasuk seperti emas permata buat saya. Jadi, ketika saya memberikan buku-buku yang saya cintai, termasuk belajar mengikhlaskan buku-buku yang tidak pernah kembali, itu adalah perjuangan yang sangat berat bagi saya, seperti halnya pecinta emas menyerahkan emasnya dengan cuma-cuma. Sesekali, masih juga ditangisi. Seperti umumnya, rasa kehilangan.

Setiap orang, pasti punya mimpi, punya keinginan, punya impian, saya juga. Setelah puas berkeliling Eropa dan Mesir, (dalam mimpi). Beneran lho, saya pernah punya mimpi -mimpi dalam tidur- keliling Eropa dan pergi ke Mesir. Setidaknya, bolehlah sedikit bangga, saya sudah pernah punya mimpi yang kece, level internasional, bukan lagi level kecamatan, hehe. Saya ingin melanjutkan perjalanan itu, perjalanan yang beneran, bukan hanya bohong-bohongan, yang entah, kapan itu terwujud. Yang saya lakukan, saat ini, adalah berusaha meraih mimpi-mimpi yang bisa segera diwujudkan, yang lebih dekat, yang lebih mudah. Sepertihalnya: mengoleksi banyak buku. Jadi ya, kalau boleh jujur-jujuran, saya paling suka kalau dikirimi hadiah buku, apalagi buku-buku yang berisi kisah-kisah nyata seseorang, kisah perjalanan atau yang ringan-ringan seperti fiksi. Ini salah satu mimpi saya. Sebagai manusia pada umumnya, setiap orang punya banyak mimpi.

Banyak hal yang bisa kita lakukan, hal-hal kecil yang bermanfaat ataupun hal besar yang berguna, tanamkan keyakinan lalu berusahalah. Daripada kita dibingungkan oleh berbagai perseteruan orang, media atau apapun itu tentang banyak hal yang justru tidak berdampak langsung dan sama sekali tidak bermanfaat buat kehidupan kita, sedang jatah kehidupan, jatah usaha kita meraih mimpi, jatah usia kita, tidak ada yang tahu. Hari ini kita bisa tertawa, hari ini kita masih bisa bersua, mungkin saja, satu menit kemudian tidak lagi. Sebab, yang pasti itu Mati!. Dan yang pasti, kita harus menyiapkan diri sebelum menerima buku amalan kita nanti!



Yuk bermimpi!



--Edisi curhat gak jelas-- ^^








You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



2 komentar

  1. Ternyata Nurin juga suka biografi~! Aku juga suka.... Apalagi yang bentuknya komik. *plak*

    Aku setuju, Nurin. Menggapai mimpi itu mulai dari kecil-kecil sejangkauan tangan dulu. Ntar lama-lama tau-tau udah jauh aja jangkauanya. :D

    ReplyDelete