Celoteh

-77- Berburu Bang Haji

Wednesday, October 17, 2012


Setiap malam selama pelaksanaan Birau 7 hari ini, selalu ada hiburan artis-artis ibu kota di Lapangan Agatish, tempat pameran Birau berlangsung.

Semalam adalah puncak hari yang mencengangkan dimana anak-anak kami yang terdiri dari anak-anak kelas 5, 6 dan SMU, tak menampakkan batang hidungnya sama sekali kecuali seorang saja.

“Oh ya, hari ini Armada ya”, kata saya pada Kak.
“Di luar rame lho, banyak orang-orang jalan kaki ke lapangan”, Kak menimpali sambil membuka tirai jendela.
“Anak-anak sekarang ya, padahal belajarnya kan cuma sampe jam setengah sembilan, masih sempat nonton, baru mulai malah”
“Ah, kamu. Kayak gak pernah jadi anak muda aja”.

Saya tertawa dalam hati. Ya, saya juga pernah muda. Saya jadi ingat saat SMP dulu, saya dan teman-teman yang ngefans berat dengan Westlife, sepulang sekolah membuat janji berkumpul, lalu karoeke-an di rumah salah seorang dari kami. Atau saat kami tergila-gila dengan Shahrukh Khan, seperti biasa, saat pulang sekolah, lagi-lagi kami janjian untuk menonton film india dari kaset sewaan. Atau saat saya dan seorang teman merasa satu hati hanya karena sama-sama menyukai lagu ‘Hingga Ujung Waktu’ Sheila On 7 (hingga kini saya juga masih suka lagu ini). Atau … ehm … saya agak malu menyatakannya, saat saya ngefans dengan Nicholas Saputra yang semakin menjadi saat ia memainkan peran sebagai Soe Hok Gie. 
-Hidup itu soal  keberanian. Berani menghadapi yang tanda tanya-
Itu adalah kalimat yang dituliskan Gie saat saya kemudian tertarik membaca lebih lanjut tentang sosok demonstran ini. Lalu membayangkan jika kemudian hari, catatan-catatan harian saya juga dipublikasikan seperti halnya Gie yang mulanya hanyalah seorang mahasiswa biasa. Saya rasa, puisi-puisi yang lekat dalam sosok Nicho saat bermain peran di beberapa filmnya itu, menarik perhatian saya padanya.
Atau saat SMA, saat saya dan teman-teman hampir tiap bulan rebutan majalah sastra Horison di perpustakaan. Kami berebut meminjam majalah yang penuh dengan puisi dan cerpen sastra itu, terkadang menyalin puisinya di buku atau sekedar pamer bacaan novel.

“Aku sudah pernah baca novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, bagus banget, tahu gak, novel ini ada yang ngritik lho, katanya mirip sama novel buatan orang lain … bla … bla”, waktu itu, terus terang saja, rasanya panas sekali mendengar celotehan teman saya itu, hanya karena novel yang pernah ia baca, tidak ada di perpustakaan dan tidak dapat saya temukan dimana-mana. Menyebalkan!

“Kita nonton yuk”, ajak Kak.
“Gak ah, nonton di TV saja, disana pasti padat banget”, kebetulan setiap kegiatan Birau selalu diliput di Bulungan TV.
“Kita lihat keramaiannya saja”, saya tetap menolak karena memang tidak tertarik untuk pergi.

Hari ini, Rabu, 17 September 2012, adalah hari terakhir sekaligus penutupan Birau. Penampilan malam ini akan diramaikan oleh Bang Haji Rhoma Irama. Saat mendengar grup Soneta Bang Haji check Sound pukul dua siang dari kantor, cukup menggoda saya untuk datang ke lapangan. Apalagi melihat, kantor cukup sepi karena banyak yang pergi menonton, akhirnya saya pun pergi kesana bersama Dzikri dan Dzakwan sekaligus menemani mereka bermain.

Ya, saya juga pernah muda, saat menonton Bang Haji dengan gitar tanpa kepala itu, benar-benar menggugah rasa. Begini rasanya bertemu dengan pujaan hati. Saya cukup mengagumi Rhoma karena karya-karyanya yang fenomenal. Saya juga menaruh hormat padanya, sebab keistiqomahannya hingga bisa eksis sampai saat ini. Pun masih di elu-elukan oleh penggemar tua-muda. Bersama dengan kumpulan banyak orang berseragam yang menonton check sound ini, saya meminta Kak memotret aksi Bang Rhoma, sebab saya harus menjaga dua anak yang sedang aktif-aktifnya ini. 

Hasil berburu saat Bang Haji dan grupnya sedang check sound

Sepulang dari menonton, saya heran melihat Kak yang tak kunjung kembali.
“Dari mana Kak?”
“Aku habis ngejar Bang Haji sampe hotel”
“Ha?”, saya cukup tercengang.
“Yah, siapa tahu bisa foto bareng sama Bang Haji”
“Tadi emang gak dapet sih, tapi katanya nanti malam ditunggu di hotel habis maghrib kalau mau”

Lagi-lagi saya tertawa dalam hati. Ya, kita semua memang pernah muda.

You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



2 komentar

  1. Lucu dah.....sayang aku g ada pas beliu cekh sound,. he....

    ReplyDelete
  2. @Asra


    iya, aku juga gak ada pas beliu lagi konser ... satu sama. hihi

    ReplyDelete