Wisata

-76- Birau Festival 2012, The Lost Moment

Friday, October 12, 2012

Tarian Massal Pada Pembukaan Pekan Budaya Birau, 2012
Pembukaan Pesta Budaya Birau 2012 pada tanggal 10 Oktober 2012 dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Bulungan yang ke 52 dan Kota Tanjung Selor yang ke-222 yang dihelat tiap dua tahun sekali adalah hal yang sudah lama saya nantikan setelah di tahun 2010 lalu, saya tidak berkesempatan melihatnya secara langsung. Tahun 2010 lalu, saya harus cukup puas hanya dengan menonton para penari saat sesi latihan. Maka, di tahun ini, saya sudah mulai mempersiapkan semua hal, termasuk menyelesaikan semua pekerjaan kantor tepat sebelum pelaksanaan Birau dimulai. Alhamdulillah, apa mau dikata, tepat di hari H, Allah masih terlalu sayang dengan memberikan sakit pada saya. Padahal sore harinya, saya masih sempat dengan semangat juang 2012 membuat janji dengan kawan-kawan untuk hunting foto di lokasi yang paling bagus.  




Penari dengan pakaian adat suku Dayak

Meski harus kembali menelan kenyataan pahit, kehilangan momen untuk menonton hingar bingar pembukaan Birau 2012, saya masih sempat memberikan wasiat pada sahabat hidup terbaik saya, 

“To…long… Kak, bawalah kamera ini, tolong foto dan rekamkan acara di sana ya…” , mirip adegan di sinetron saat sang pemeran utama yang baik hati sedang di ujung maut. Tidak … tidak … jangan terlalu dihayati, tentu saja tidak sedramatis itu.
Pada pembukaan Birau, selalu ada pagelaran Tarian Massal yang dibawakan oleh 450 penari, pertunjukan seni budaya ini dimaksudkan untuk memperlihatkan kesatuan masyarakat Kabupaten Bulungan dari berbagai etnis. Hal ini terlihat dari pakaian yang dikenakan oleh para penari yang mencirikan masing-masing etnis yang kini mendiami Kabupaten Bulungan. Seperti halnya Pakaian berwarna kuning yang mencirikan suku Bulungan, kalau pakaian seperti gambar di atas tentu saja pakaian adat Dayak, pakaian adat Tidung, Bugis, Jawa, Cina serta berbagai pakaian adat suku lainnya. Disamping itu, tarian yang dibawakan biasanya tidak hanya satu, melainkan tarian perpaduan dari berbagai etnis.




         Birau sendiri adalah sebuah kata dalam bahasa suku Bulungan yang artinya, pesta besar (agung). Sebuah tradisi (pesta adat) yang dulunya biasa dilakukan oleh Sultan Bulungan secara turun-temurun. Birau diselenggarakan pada saat perkawinan putera-puteri Sultan, khatam Al Qur’an, sunatan, naik ayun/injak tanah, dan teristimewa saat penobatan sultan. Birau sudah menjadi salah satu upacara adat di kalangan Kesultanan Bulungan, sekaligus sebagai sarana partisipasi dan hiburan bagi rakyat. Namun kini, Birau menjadi perayaan melembaga karena dipadukan dengan perayaan hari jadi Kota Tanjung Selor, bulan Oktober tahun 1790, dan hari jadi Kabupaten Bulungan yang jatuh pada 12 Oktober 1960. Birau saat ini merupakan pekan Budaya, Seni dan Olahraga. 


Suguhan tari kreasi daerah

            Di hari ketiga pelaksanaan Birau, 12 Oktober 2012, tepat di hari Jumat ini, Alhamdulillah sayapun berkesempatan melihat-lihat keramaian Birau yang bertempat di Lapangan Agathis, tidak jauh dari Kantor. Pagi ini kami menyaksikan lomba Tari Kreasi Daerah Pesisir, Pedalaman tingkat SD sampai SLTA. Tari-tarian ini biasanya diiringi dengan musik dari Sampe’, alat musik tradisional khas Kalimantan. Tapi, untuk perlombaan seperti ini, tidak lagi menggunakan Sampe’, namun menggunakan musik rekaman. Bunyi musik yang mengiringi tarian dari satu kelompok penari ke kelompok lainnya kedengarannya hampir sama dan seirama. Jadi, menonton suguhan tarian ini seperti menonton hal yang sama berulang-ulang, hanya beda penari saja. Untuk orang awam seperti saya, sepertinya apa yang saya tonton dari awal hingga empat grup penari, rasanya hampir sama saja, tidak ada bedanya. 



Tampak seorang penari laki-laki menggigit Mandau,

            Pada pembukaan Birau lalu, juga disuguhkan Pergelaran Sampe’ Massal yang dimainkan 222 pemain sampe’, pergelaran ini sekaligus memecahkan Museum Rekor Indonesia (MURI) Kategori Pemain sampe’ terbanyak.

            Sampe’ adalah alat musik khas dari suku dayak. Cara memainkan alat musik ini sama dengan memainkan sebuah gitar, yakni dengan cara dipetik. Sampe’ berbentuk kotak yang terdiri dari beberapa senar, hampir mirip seperti gitar yang dipadukan dengan ornamen khas dayak.


Salah satu peserta lomba perahu

             Hal menarik lainnya adalah menyaksikan Parade Lomba Perahu atau yang disebut ‘Alut Pasa Pabeka Tawai Uyan’ di hamparan Sungai Kayan. Sekedar untuk diketahui, Sungai Kayan adalah sungai terpanjang kedua di Provinsi Kalimantan Timur setelah Sungai Mahakam. Sungai Kayan memiliki panjang mencapai 640 Km, sedangkan Sungai Mahakam panjangnya mencapai 920 Km.


Keriuhan Sungai Kayan menjelang senja

Selain itu, menjelang pelaksanaan Birau, di Sungai Kayan ini juga diadakan upacara adat yakni Upacara Biduk Bebandung.

Biduk Bebandung atau "Perahu Kembar Tiga" adalah perahu unik mirip pendopo terapung adalah perahu yang dibuat dalam menyambut tamu kehormatan Kesultanan Bulungan. Kehadiran Biduk Bebandung kini hanya bisa disaksikan melalui Pesta Budaya Birau. Biduk Bebandung akan membawa Bupati, ketua DPRD serta unsur pimpinan Muspida yang lain bersama tokoh masyarakat dan tokoh adat akan melayari kawasan Sungai Kayan disertai pembacaan doa tolak bala demi kemakmuran kabupaten Bulungan.


Perlombaan Meniup Sumpit

Saya menyebut ini lomba panahan, sebab aturan permainannya yang mirip sekali dengan memanah. Setiap peserta harus memasukkan anak sumpit ke dalam sumpit yang memiliki panjang kurang lebih 1,5 sampai 2 meter lalu meniupnya dengan sekuat tenaga sampai mengenai sasaran panah. Jarak antara tempat meniup Sumpit dan sasarannya kurang lebih 20-30 meteran. Jadi, bayangkan saja, berapa kekuatan tiup yang harus dihasilkan masing-masing peserta. Hebatnya lagi, pesertanya tidak hanya dari kaum laki-laki saja, kaum ibu-ibu juga ada.

Sumpit adalah senjata tradisional khas Kalimantan ataupun Melayu. Kehebatan dari alat tradisional ini adalah keakurasian jarak tiup hingga 200 meter.


Salah satu pintu masuk menuju Birau Expo 2012

       Selain semua suguhan budaya tadi, disini juga ada Birau Expo 2012. Pameran di dalamnya sangat beragam. Mulai dari pameran kerajinan, pameran sejarah, pameran dari setiap SKPD, sampai pameran kuliner. Datang di Birau Expo ini dapat mempersingkat waktu mengenali keragaman budaya dan eksotisme Kabupaten Bulungan. Selain menyegarkan mata, disini kita bisa membawa pulang banyak pernak-pernik, oleh-oleh khas Bulungan ataupun Kalimantan sembari menyantap hidangan kuliner. Menyenangkan bukan?


Lanjut membaca cerita ini, di sini

You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



2 komentar

  1. Seru banget kayaknya...

    Kalo di kabupatenku jarang ada festival. Tapi, kalo ada orang nikah, biasanya ada hiburan tari daerah dan yang nari anak2. Sayangnya acara hiburannya malem, jadi males nonton :D

    ReplyDelete
  2. @Millati Indah hooh Mil, seru banget, tapi sayang gak nonton langsung, :). Hiburan malamnya juga ada Mil, tapi aku juga gak nonton yang malam

    ReplyDelete