Statistisi

-45- Sebuah Buku, Tentang Catatan Dahlan Iskan

Wednesday, March 28, 2012

Balikpapan kota beriman, Rabu, 21 Maret 2012. Seharusnya tulisan ini saya upload di hari yang sama, tapi seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, blog ini tiba-tiba saja terhapus. 
    
Mulai selasa lalu, maksud saya selasa pada tanggal 20 Maret 2012 lalu, saya mengikuti Rapat Teknis Pimpinan BPS Kab/Kota Se-Kalimantan Timur di Hotel Bahtera Balikpapan. Seperti rapat pada umumnya, jadwal yang harus saya ikuti cukup padat, mulai dari pagi jam delapan sampai menjelang maghrib. Untuk melepas sedikit penat dan kebosanan, rabu malam ini saya putuskan untuk mencari sedikit udara segar selain ac (air conditioner) di luar hotel. Kebetulan saat makan malam saya bertemu mbak Ita peserta dari Malinau, saya melihatnya cukup rapi dan membawa tas. Hanya saja, entah saya cukup merasa heran dengan penampilannya, berpakaian seolah siap bepergian tapi hanya menggunakan sandal hotel. 

"Habis dari Gramedia, temenin mbak Ita cari sandal ya...", saya pun mengangguk menyetujui permintaannya, oh, ternyata itu alasannya.


Dari Ac ke Ac
Gerimis kecil mulai turun, kami menyusuri jalan pinggiran toko menuju Mol Balikpapan Center (BC) dan langsung menuju Gramedia, sesuai kesepakatan awal. Lucu sekali karena udara segar yang saya maksudkan justru tetap berada di bawah lindungan ac. Dari ac hotel ke ac Gramedia. Tapi tidak apalah, suasana seperti ini akan sangat jarang saya dapatkan di Bulungan. Hmmm, saya sedikit kikuk dan merasa asing berada di tengah-tengah kota kelahiran saya sendiri, seperti orang desa baru masuk kota. Tiba-tiba saja merasa damai dengan kesunyian suasana Tanjung Selor, Bulungan.

Deretan Buku Baru
Mata saya langsung tertuju pada pajangan rak buku-buku baru. Ada satu buku yang langsung menarik hati saya, semacam buku biografi tapi tidak juga. Kebetulan sekali ada satu buku yang sengaja sudah dibuka plastiknya. Seketika sayapun larut membaca lembar demi lembarnya, buku ini berisi kisah bapak Dahlan Iskan saat ia harus menjalani transplantasi ginjal. Jujur saja, saya baru mengenal sosok pak Dahlan saat beliau menjadi dirut PLN. Namanya menjadi lebih tenar, saat Pak SBY mengangkatnya menjadi menteri.
Akhir-akhir ini kebetulan saya juga semakin rajin membaca koran Kaltim Post di mana beberapa hari sekali tulisan pak Dahlan Iskan muncul di surat kabar tersebut.

Dalam sebuah buku yang tidak terlalu tebal ini, saya mendapatkan banyak pencerahan terutama tentang semangat untuk terus membangun dan berkarya. Karena malam yang semakin larut, saya tidak bisa berlama-lama di Gramedia untuk menghabiskan membaca banyak buku, bahkan judul buku tentang Dahlan Iskan inipun saya lupakan judulnya, kalau tidak salah dari Dirut Menjadi Menteri, atau apalah.

Namun begitu, ada beberapa baris kalimat yang saya catat dari tulisan Pak Dahlan di Kaltim Post saat ia membahas mengenai Leadership
--
Sayang sekali kalau ada orang yang bersih tapi terlalu menyombongkan diri dengan kebersihannya. Akhirnya tercipta suasana seolah-olah hanya dia yang bersih, apalagi kalau dia justru selalu menuduh orang-orang di sekitarnya tidak ada yang bersih.

Orang yang kaku biasanya sulit diterima dalam sebuah tim. Termasuk orang bersih sekali pun. Karena itu kita sangat memerlukan orang-orang yang bersih dalam jumlah yang banyak tapi juga bukan orang-orang yang kaku, yang sepertinya ingin masuk surga sendirian.

Memang kaku atau fleksibel itu sangat nisbi. Simaklah SMS yang beredar luas ini:
Jika seorang bos tetap pada pendiriannya disebut konsisten.
Jika anak buah tetap pada pendiriannya disebut kaku.
Jika bos sering berubah pendapat disebut fleksibel.
Jika anak buah sering berubah pendapat disebut plin-plan.
Jika bos bekerja lambat disebut teliti.
Jika anak buah bekerja lambat disebut malas.
Jika bos cepat mengambil keputusan disebut berani.
Jika anak buah cepat mengambil keputusan disebut grusa-grusu.
Jika bos melanggar prosedur dianggap penuh inisiatif.
Jika anak buah melanggar prosedur dianggap tidak tahu aturan.
Jika bos mengatakan sesuatu itu mudah dianggap optimistis.
Jika anak buah mengatakan mudah dianggap sok tahu.
Jika bos sering mengintertaint orang, itu disebut lobby.
Jika anak buah melakukannya disebut pemborosan.

Sebuah Buku dan Rindu
Membaca habis satu buku yang berkisah tentang Pak Dahlan Iskan, mengingatkan kerinduan saya pada Kak. Ternyata kerinduan itu tercipta saat terpisah dan bukan saat bersama. Saya memimpikan suatu saat akan menuliskan kisah suksesnya dalam sebuah buku, saya memimpikan bahwa suatu saat sayalah orang dibalik kesuksesannya, saya akan menjadikannya 'the winner'. Tiba-tiba saja saya begitu ingin membahagiakannya. Ah, ternyata saya sedang merindu......




Gambar dipinjam dari http://dahlaniskan.wordpress.com/

You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



0 komentar