Cinta

-38- Episode Cinta Putih Abu-abu

Friday, February 17, 2012

          
           Ramai, sejumlah anak kelas 3 masih tampak berkumpul di tengah-tengah halaman. Sebagian berfoto dengan bermacam gaya. Maklum, kostum hari perpisahan cuma 3 tahun sekali, tidak boleh ada yang terlewatkan. Sebagian yang lain sibuk berpisah ria dengan adik-adik kelas, mungkin juga pacarnya, sebab mereka nampak begitu mesra. 

          Di sudut kelas 3 IPA, dua orang berlainan jenis nampak malu-malu bercengkrama, suasana sekeliling sunyi. Semua terpusat pada panggung di tengah-tengah halaman yang sedang menyajikan suguhan lagu perpisahan Sheila On 7. Si wanita Nampak kikuk dan beberapa kali mengalihkan pandangan ke sekeliling, menghindar dari tatapan tajam kakak kelasnya yang sebentar lagi akan meninggalkan SMA tercinta, selamanya….

“Harusnya kamu punya alasan dong kenapa nolak aku?”, cowok dengan tinggi badan sedang dan kulit sawo matang mulai menaikkan nada bicaranya, sedikit menantang dengan tatapan yang semakin dipertajam. 



“Ya… aku gak mau pacaran aja…kita temenan aja Kak…”.
“Iya… tapi kan ada alasannya kenapa kamu nolak. Kenapa? apa karena aku jelek? aku kurang pinter? kurang macho? gak modal?”

“Kan ada dua pilihan. Terima atau tolak. Suka-suka saya kan mau pilih yang mana. Alasannya sudah jelas, saya malas kalau pacaran, kalau temenan saya mau.”
Kue bolu yang sedari tadi berada digenggaman remuk, redam, ku tahan remahan-remahan bolu agar tidak tercecer di lantai, bagaimanapun aku tetap harus menjaga perasaan lawan jenis  di depanku ini  agar tidak menjadi naik pitam. 
 
Suasana menjadi sedikit tegang. Pikiran remaja laki-laki yang sedang jatuh cinta ini kalut. Ini kesempatan terakhir, batinnya. Kapan lagi bisa mempersuntingnya? Huss…nembak dia maksudnya…
“Kalau gak mau pacaran, kenapa harus sekolah disini, ini tuh SMA. Kenapa kamu gak sekolah di Aliyah atau pesantren aja? 

Deeg….rasanya seperti dihantam palu godam hati ini, keterlaluan. Pernyataannya kali ini adalah penghinaan yang begitu besar buatku. Ahh, mana lagi si Caca (maaf nama sebenarnya saya samarkan), teman baikku yang memaksaku datang ke kelas 3 IPA nun sepi ini, sedari tadi tidak kulihat batang hidungnya. Sungguh tega dia, menjerumuskan aku ke tempat ini hanya untuk mendengarkan pernyataan seperti ini?????. Buang-buang waktu, setelah berdebat panjang lebar tentang mengapa aku sekolah di SMA, kutinggalkan kakak kelas gak jelas, dan tidak pernah ku ingat lagi siapa namanya itu bersama remahan-remahan bolu yang bercecer di lantai.
*** 
"Kalau gak mau pacaran, kenapa sekolah disini, ini tuh SMA. Kenapa kamu gak sekolah di Aliyah atau pesantren aja?” 
Waktu itu saya marah besar karena menurut saya pernyataan ini adalah pelecehan terbesar buat saya dan tidak akan pernah saya lupakan. Lagi pula, sempit sekali sih pikiran si kakak kelas itu, sampai harus mengotak-ngotakkan mana sekolah untuk legalisasi pacaran mana yang tidak. Lalu, kalau saya sudah terlanjur sekolah di SMA dan tidak mau pacaran, salah siapa? Salah guwe? Salah babe gue yang udah masukin guwe disini? –gak nyambung kan?-

Belakangan, baru saya benar-benar meresapi kalimat sang kakak kelas yang kira-kira dua tahun kemudian meminta maaf atas kelancangan kata-katanya. Tidak ada yang salah dalam kalimat tersebut, di kalangan anak sekolah pacaran itu lumrah dan mendekati wajib, justru sayalah yang aneh, sayalah yang berbeda. Ikhtilat dimana-mana itu biasa, jika saya tidak hendak mengikuti arus mengapa tidak di pesantren saja dengan lingkungan yang lebih terjaga?
***
Suatu ketika, selepas senam pagi, segerombolan kakak kelas tiga, aku lupa jumlahnya, kurang lebih dua puluhan mungkin, tiba-tiba menggerebek kelasku, kelas Satu-1. Aku yang saat itu, sedang duduk di bangku kaget seketika karena mereka menuju ke arahku, memaksaku keluar kelas. Duh, ramai sekali. Seorang cewek membawakan aku bunga mawar oranye yang terbuat dari sabun (dulu zaman SMA-ku bunga sabun sedang tren), yang lain dengan kor menyoraki terima… terima... terima… sembari mendorong sesosok cowok berparas biasa, memakai sepatu olahraga merah (warna sepatunya sangat ku ingat karena warnanya yang mencolok). Di tengah-tengah sorak sorai bergembira itu, setengah berbisik, kakak cowok kelas tiga ini mengatakan sesuatu 
“Terima aja…., aku malu nih… sama temen-temen kalau sampai gak diterima” 
“Tapi saya gak bisa kak…. Gimana ya…. Saya kan butuh waktu mikir juga…”.

 Ya, kalau dah begini aku juga malu. Ku tengok kanan-kiri depan-belakang, siapa tahu ada host Katakan Cinta, kali aja nih kakak nekat bin nekat bawa kru katakan cinta ke SMA. 
Dengan lantang sang kakak kelas Tiga tadi berkata:
“Kalau kamu mau jadi pacarku, terima pemberian bungaku, kalau gak mau, aku akan terus menunggumu….”. 
“Dek, terima aja bunganya. Aku kasih waktu sampe nanti malem deh. Ntar malam ku telpon ya… lanjutnya dengan mengiba…
***
Sinetron, musik, tontonan remaja sangat berpengaruh pada pembentukan mental dan jiwa seorang remaja. Dulu saya juga termasuk fans berat F-Tse, sepulang sekolah hobi sekali berkarauke ria bersama teman-teman menyanyikan lagu-lagu Westlife, nonton film Syarukh Khan yang terbaru, update berita artis, sholat maghrib buru-buru karena takut ketinggalan cerita telenovela, selalu setia dengan sinetron Tersanjung entah waktu itu sampai Tersanjung ke berapa ya, dan tidak lupa hobi sekali membaca zodiak. Anak sekolah zaman saya sampai sekarang tetap sama, mereka masih menggemari musik dan film terlebih televisi. Darimana lagi si kakak kelas tiga itu mendapatkan ide gila dengan membawa begitu banyak rombongan dan dengan sangat pedenya menyatakan cintanya jika bukan terinspirasi dari televisi. Itu di zaman saya, waktu masih mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan mesin tik, belum zamannya anak sekolah menenteng handphone, belum ada facebook, twitter apalagi bebek alias blackberry. Sekarang? Anak TK saja sudah punya HP, sinetron remaja sekolah isinya rebutan cowok, pacaran, makan-makan, senang-senang, gaya-gayaan. Saya sampai berfikir, ini belajarnya kapan ya?
***
Mengenai jaga sikap, aku juga punya pengalaman mengenaskan nan menyedihkan. Ceritanya, teman satu kelas kakak pemberi mawar sabun itu, belum lama juga menembakku. Sejak peristiwa penggerebekan bak Sereal Katakan Cinta, aku jadi berhati-hati kalau harus pergi ke koperasi sekolah yang notabene nya harus melewati kelas mereka. Hari itu, ku lihat kak Andre (sebut saja begitu) duduk di kursi panjang tepat di seberang koperasi dikelilingi teman-teman wanitanya yang cantik-cantik. Aku tidak mengerti, kenapa dia sesekali mengarahkan pandangan padaku, sambil sok bermesraan dengan teman-temannya, mungkin ini intrik untuk membuatku cemburu. Benar saja, ketika hendak kembali ke kelas,  kak Andre memanggilku, persis di hadapan teman wanitanya. Dengan gaya kacak pinggang dan belagak jagoan, meluncurlah kata-kata yang akan terus ku ingat sepanjang masa. (Lebay mode:on)

“Emang aku pernah bilang suka sama kamu ya?”
“Hah? Maksud kak Andre apa sih?”
           “Ya, kamu gak usah sok ngejar-ngejar aku deh…aku tuh udah punya cewek tahu!” 
Karena aku anak baru, baru kelas 1, baru semester 1. Aku hanya bisa diam, tidak berkutik. Membiarkannya ngomong asal, melihatnya dengan lenggang kembali duduk bersama teman wanitanya itu dan kembali sok-sok mesra. Pengalaman ini memberikanku satu kesimpulan: belajar karate sejak dini, jadi kalau ada yang coba-coba menyakiti seperti ini bisa dengan mudah membuatnya tahu diri. 
***

Zaman berubah, dan remaja masa kini semakin bebas. Jika dulu diantara mereka masih ada yang beranggapan pacaran itu untuk SMA saja, sekarang yang lulusan sekolah agama saja sudah terbiasa dengan pacaran. Pacaran boleh saja asal PAkai CARA Nikah. Wallohu a'lam bisshowab. Hanya sekedar mengenang masa Putih Abu-abu.
Gambar dipinjam dari:http://www.loveloveislam.com

You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



2 komentar

  1. “Harusnya kamu punya alasan dong kenapa nolak aku?”, cowok dengan tinggi badan sedang dan kulit sawo matang mulai menaikkan nada bicaranya, sedikit menantang dengan tatapan yang semakin dipertajam.

    ReplyDelete
  2. AAAAAAA suka tulisan mbak. Sangat inspiratif :)

    ReplyDelete